Siapa tidak kenal dengan Dr. Ir. H. Wahyu Saidi, MSc.? Alumni ITB Angkatan’81 ini selain dikenal sebagai dosen, penulis buku dan pembicara seminar, beliau juga lebih dikenal sebagai pengusaha makanan yang sukses. Jatuh bangun dalam membangun bisnis sudah menjadi makanan sehari-hari baginya. Tidak heran beliau selalu santai dan tidak pernah terlihat galau dalam menghadapi setiap persoalan yang dihadapinya.
Wahyu Saidi lahir di Palembang pada 24 Oktober 1962. Ketika masuk usia sekolah, beliau pindah ke Lubuk Lingggau – berjarak 400 Km dari Palembang, mengikuti tugas ayahnya – Ir. Said Harun, yang bekerja sebagai Kepala Dinas Pertanian. Beliau mulai bersekolah di SD Xaverius dan SMP Xaverius di kota ini sampai selesai.
Selama tinggal di Lubuk Linggau ini, Wahyu Saidi mempunyai kesan tersendiri. Saat itu banyak teman-teman sekolahnya yang kdeturunan etnis Tionghoa, dimana orangtua mereka rata-rata bekerja sebagai pedagangan. Pertemanan  beliau dengan anak-anak keturunan seperti  Ayong, Ahu, Aweng, Ahok, Ahin, Aping, Afen dan lainnya sangat membekas dalam jiwanya dan kelak banyak memberikan inspirasi baginya dalam berkiprah di dunia bisnis. Pertemanan tersebut akhirnya menjadi titik awal tumbuhnya jiwa entrepreneurship dalam diri beliau.
Pada masa itu lulusan 1991 pendidikan S-2 ITB Jurusan Teknik dan Manajemen Industri ini begitu sering bermain dengan teman-temannya itu sambil menunggu toko. Beliau sering menyaksikan temannya itu mendapatkan uang jajan setelah melakukan pekerjaan tertentu. Hal itulah yang membuat anak-anak keturuan etnis Tionghoa tersebut  begitu sangat  menghargai uang.
Usai tamat SMP, lulusan 2001 pendidikan S-3 Universitas Negeri Jakarta (UNJ) juruasan Manajemen Administrasi Pendidikan ini melanjutkan ke SMA Xaverius I di Palembang. Pendidikan SMA diselesaikannya pada 1981, kemudian meneruskan kuliah di  Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB). Pada saat itu jurusan ini merupakan  jurusan paling populer bagi mahasiswa tingkat pertama bersama ITB. Tentu menjadi kebanggaan tersendiri bisa kuliah di jurusan tersebut.
Menurut Wahyu Saidi, alasannya kuliah di ITB saat itu karena di sana banyak melahirkan  orang-orang hebat dan bisa menjadi demonstran. Sayangnya begitu beliau masuk ITB, NKK dan BKK diberlakukan, sehingga dilarang melakukan demonstrasi dan bila melakukannya akan ditangkap karena dianggap melanggar hukum.
Selama kuliah di ITB, ayah dari 2 putri dan 1 putra ini aktif dalam kegiatan kampus, seperti olahraga  Karate Kyokushinkai dan ikut mendirikan unit ini di ITB. Beliau juga aktif juga di Perkumpulan Studi Ilmu Kemasyarakatan (PSIK) dan pernah menjadi Ketua Bidang Organisasi Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) ITB. Di samping itu, beliau juga  selama 4 tahun aktif sebagai wartawan di Berkala ITB - tabloid yang merupakan media resmi ITB.
Pengalaman Berkarir Dalam Dunia Kerja
Setelah menamatkan pendidikan S-1 ITB, Wahyu Saidi melanjutkan pendidikannya ke pascasarjana di Jurusan Teknik Industri ITB. Selesai mendapat gelar Master of Science (M.Sc), beliau bekerja di Propinsi Lampung . Beliau bekerja di di PT. Dipasena Citra Darmaja (pada 1994 perusahaan ini merupakan sebuah perusahaan tambak udang terpadu yang terbesar di dunia) sampai memperoleh posisi sebagai HRD Manajer.
Tidak puas sampai di sana, Wahyu Saidi ingin mencoba pengalaman baru. Lalu beliau pindah ke Jakarta dan bekerja sebagai manajer proyek di Drassindo Group - perusahaan investor dan kontraktor yang membangun jalan tol. Hasil kerjanya sebagai insinyur sipil selama di perusahaan tersebut adalah berupa 10 buah jembatan penyeberangan di ruas tol Pondok Indah sampai Jagorawi.
Sempat Menjadi Pengangguran Sebelum Akhirnya Mulai Berbisnis