Oleh: J. Haryadi
Berbicara soal sungai, mengingatkan saya kembali ke masa silam dan kampung halaman tercinta nun jauh di seberang sana. Meskipun kini saya tinggal di Bandung, Provinsi Jawa Barat, tetapi tidak pernah melupakan tanah kelahiran saya, Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara. Dulunya daerah ini termasuk wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel), tetapi akhirnya dimekarkan menjadi bagian dari Provinsi Lampung.
Saya masih ingat ketika dulu masih berusia kanak-kanak dan remaja, sering sekali bermain di sungai bersama teman-teman. Kebiasaan kami saat itu adalah mandi bersama sambil bermain air, seperti saling ciprat-cipratan dengan menggunakan kedua belah telapak tangan. Sasaran kami adalah menyerang wajah lawan masing-masing dengan cipratan air. Tudak heran mata menjadi merah dan terkadang mulut tersiram air atau terminum air tidak sengaja. Namun semua kami lakukan dengan happy, meskipun terkadang menimbulkan pertengkaran kecil.
Kami juga sering terjun ke dalam air dari pohon yang cukup tinggi di tepi sungai. Tentu saja kami sengaja mencari sungai yang airnya lebih. Kami biasa menyebutnya “lubuk”. Secara bergantian kami melompat, mulai dari dahan yang paling rendah sampai dahan yang tertinggi. Kami melakukannya sambil tertawa lepas, tanpa beban. Benar-benar pengalaman yang tidak terlupakan.
Kebiasaan lain bermain di sungai adalah memancing ikan. Saat itu masih banyak terdapat beragam jenis ikan, seperti ikan seluang, langli, baung, sepat, betok, piluk, gabus dan lain-lain. Umumnya kegiatan ini dilakukan sepulang sekolah atau pada saat liburan.
Suasana di sekitar sungai saat itu masih cukup jernih dan dikelilingi dengan semak belukar. Bahkan beberapa pohon besar seperti pohon rengas, masih banyak berdiri kokoh di tepi sungai. Beberapa diantaranya ada yang sudah berusia ratusan tahun. Jika pohon ini sudah tua, maka akar-akarnya mulai rapuh dan akan tumbang dengan sendirinya. Batang pohonnya bisa bertahan lama meskipun sebagian terendam air selama puluhan tahun. Biasanya masyarakat menjadikannya sebagai alas untuk membilas pakaian.
Selain itu juga terdapat pohon bambu, seperti bambu duri dan bambu betung. Kalau bambu duri sering kami pergunakan sebagai gagang pancing. Meskipun batangnya kecil, tetapi sangat lentur dan kuat. Lain lagi dengan bambu betung yang batangnya lebih besar, sering kami pakai untuk membuat “jeduman” – yaitu permainan meriam sundut yang bahannya terbuat dari bambu dan ramai dimainkan pada saat bulan puasa.
Kondisi Sungai di Indonesia Saat ini
1. Sungai Ciliwung di Pusat Kota Jakarta
Kondisi sungai zaman ketika saya masih kecil dulu sangat jauh berbeda dengan zaman sekarang. Semak belukar yang dulu mengelilingi sungai sudah berubah bentuk menjadi pemukiman. Sungai pun semakin dangkal dan menyempit, tidak ubahnya seperti parit. Tidak heran kalau datang hujan, sering terjadi kebanjiran.
Beberapa sungai besar di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, kondisinya sangat memprihatinkan. Fungsi sungai tidak ubahnya seperti air selokan yang kotor dan kumuh. Sungai dijadikan sebagai saluran pembuangan limbah, seperti limbah industri maupun limbah rumah tangga. Padahal masih banyak warga yang memanfaatkannya sebagai tempat mandi dan cuci.