[caption caption="Eni Wartuti, Mantan Buruh Migran Yang Sukses Menjadi Seorang Entrepreneur (sumber foto: Eny Success Haan)"][/caption]Profesi sebagai seorang Buruh Migran Indonesia (BMI) yang bekerja di sektor non formal seperti pembantu rumah tangga, pengasuh anak dan perawat orang jompo, sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Di satu sisi banyak orang yang menganggap profesi ini mempermalukan martabat bangsa, tetapi di sisi lain pekerjaan mereka sangat dibutuhkan di luar negeri.
Bekerja sebagai seorang BMI bukanlah pekerjaan yang hina, tetapi justru merupakan sesuatu yang sangat mulia. Mereka mendapatkan income yang halal dari jasa pekerjaannya, tidak merugikan orang lain, bahkan pekerjaan mereka mampu meringankan beban majikannya. Pofesi sebagai BMI telah menyumbangkan devisa yang cukup besar bagi negara, sehingga wajar kalau mereka dijuluki sebagai Pahlawan Devisa bagi negara. Â
Salah seorang mantan BMI yang sukses adalah Eni Wartuti atau yang lebih dikenal dengan julukan Eny Succes Haan. Wanita yang sering berpakaian nyentrik ini berasal dari keluarga sederhana, putri dari pasangan Akhmad Kholidi (almarhum) dan Robitah. Dia dilahirkan di Kebumen pada 27 Juni 1981 dan merupakan anak sulung dari 3 bersaudara.
Patuh dan taat terhadap kedua orangtuanya merupakan sifat dasar dari wanita yang hobi travelling ini. Meskipun kedua orangtuanya berpendidikan rendah, bahkan SD saja tidak tamat, tetapi Eni sangat menghormati mereka. Bahkan bagi Eni, bapaknya merupakan guru kehidupan yang tiada duanya di dunia ini.
[caption caption="Penampilan Eny yang unik dan nyentrik, membuat dia terlihat berbeda dengan wanita lainnya (sumber foto: Eny Success Haan)"]
[caption caption="Penampilan Eny yang unik dan nyentrik, membuat dia terlihat berbeda dengan wanita lainnya (sumber foto: Eny Success Haan)"]
[caption caption="Penampilan Eny yang unik dan nyentrik, membuat dia terlihat berbeda dengan wanita lainnya (sumber foto: Eny Success Haan)"]
Kondisi ekonomi keluarga Eni yang hidup pas-pasan telah memaksanya harus putus sekolah. Maklum pekerjaan bapaknya hanyalah sebagai seorang petani miskin dikampungnya, sehingga tidak mampu membiayai sekolahnya sampai ke jenjang SMA. Penghasilan bapaknya hanya cukup untuk makan sehari-hari, bahkan kadang-kadang kurang, sehingga terpaksa harus berhutang kepada tetangganya. Perasaan kecewa, sedih dan marah bercampur menjadi satu, tetapi dia harus menelan kenyataan pahit tersebut.
Wanita tegar ini lalu memutar otaknya dan berpikir keras, bagaimana caranya agar kehidupan keluarganya berubah menjadi lebih baik. Meskipun ini bukan cita-citanya, akhirnya Eni memutuskan pergi merantau untuk mengais rezeki. Langkah pertamanya adalah hijrah ke Kota Bandung.
Berkat pertolongan Allah, Eni berhasil diterima kerja di suatu tempat dengan gaji sebesar Rp50.000. Gaji pertamanya itu langsung dikirimkannya ke orangtuanya di kampung guna menebus ijazahnya yang masih ditahan pihak sekolah karena orangtuanya tidak mampu membayar biaya penebusan ijazahnya di Madrasah Tsanawiyah sebesar Rp50.000.
MERANTAU KE LUAR NEGERI