Menulis termasuk salah satu aktivitas yang memerlukan keterampilan khusus. Bukan saja sang penulis harus pandai menata kalimat, tetapi juga harus pandai pula mencari topik yang tepat sehingga tulisannya mudah dicerna dan disukai orang banyak.
Penulis yang berpengalaman biasanya mampu memilih kata yang tepat pada setiap kalimat yang ditulisnya. Pemilihan kata berpengaruh terhadap keterbacaan. Hal lain yang memengaruhi keterbacaan adalah penggunaan tanda baca koma.
Terkadang penulis kurang memperhatikan penempatan tanda baca, terutama koma sehingga tulisan menjadi terlalu panjang. Selain itu, penempatan tanda baca yang tidak tepat bisa menimbulkan salah penafsiran.Â
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa fungsi tanda koma dipakai untuk memisahkan unsur dalam suatu perincian, memisahkan nama orang dari gelar akademik yang mengiringinya, memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimat, mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi dalam kalimat, dan sebagainya.
Seingat penulis, ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), dulu ada pelajaran membaca. Setiap siswa disuruh guru membaca buku, sementara murid lainnya ikut menyimak. Saat itu guru menjelaskan bahwa tanda koma berfungsi sebagai tanda jeda (berhenti sebentar) ketika membaca. Â Â
Tentu saja fungsi tanda koma ini cukup banyak. Namun, khusus tulisan ini yang dibahas hanya fungsi koma sebagai tanda jeda dalam membaca.Â
Berdasarkan pengalaman penulis, ternyata pemakaian tanda koma ini paling sering diabaikan oleh para penulis. Sebuah tulisan yang memiliki banyak tanda koma sudah dipastikan kalimatnya akan panjang.Â
Jika tulisan terlalu panjang, bukan tidak mungkin pembaca jadi malas membacanya. Selain itu, tulisan yang panjang terkadang bisa membuat pembaca kesulitan mencerna isinya.
Beberapa kesalahan dalam penulisan tanda koma cukup banyak, di antaranya adalah: