Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Asal Mula Nama Odading yang Bikin Beken

17 September 2020   10:52 Diperbarui: 17 September 2020   11:01 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kue Odading (sumber: J.Haryadi) 

Kue odading merupakan panganan khas dari Bandung. Siapa sangka kue odaning kini menjadi viral dan naik daun gara-gara ada seorang pria yang mengulas odading dari warung Odading Mang Oleh dengan gaya jenaka di salah satu chanel Youtube. Video yang dianggap lucu tersebut kini menjadi perbincangan hangat warga net sehingga masyarakat ramai-ramai ingin mencobanya.

Efek kejadian tersebut, beberapa media mainstrem membahas kue odading Mang Oleh, tapi saya tidak akan membahas tentang kuenya, melainkan membahas dari sisi yang lain yaitu legenda kue odading itu sendiri. Mengapa kue terseut diberi nama "odading"? Apakah Anda pernah mendengar kisahnya? Saya rasa masih belum banyak orang yang mengetahuinya.

Baiklah saya akan berkisah tentang legenda nama kue ini yang bersumber dari seorang pegiat wisata heritage di Kota Cimahi yaitu Kang Sony Vesva. Pria yang dikenal sebagai salah seorang praktisi seni, pegiat wisata, dan pengusaha handycraft ini sangat suka dengan cerita berlatar belakang sejarah. Ia pernah menjadi pemandu wisata dan sering menceritakan hal tersebut kepada para wisatawan yang dipandunya.

Menurut Sony, kisah ini terjadi ketika Indonesia masih dalam cengkeraman Kerajaan Belanda. Saat itu ada seorang anak Nyonya Belanda yang merengek ingin dibelikan kue yang dijajakan oleh seorang pedagang kue keliling.

Konon saat itu kue gorengan yang terbuat dari capuran tepung terigu, gula pasir, garam, ragi instan, susu, dan air tersebut belum memiliki nama. Oleh sebab itu Nyonya Belanda yang penasaran dengan keberadaan kue tersebut lantas mencari dan memanggil penjual kue keliling itu. Setelah ketemu, ia pun menyuruh penjual gorengan tersebut membuka daun pisang yang menutup kue dagangannya.

Pedagang kue kampung tersebut kemudian membuka daun pisang yang menutup kuenya. Setelah melihat kue tersebut, Nyonya Belanda itu kemudian berkata kepada penjual itu dengan menggunakan bahasa Belanda, "O, dat ding?" yang artinya "O, barang itu?".

Penjual gorengan yang tak mengerti bahasa Belanda saat mendengar omongan dari Nyonya Belanda tersebut hanya mengangguk-angguk saja. Ia justru menganggap Nyonya Belanda itu berkata, "Odading?" Ia mengira Nyonya Belanda itu memberikan nama kuenya "odading" karena kebetulan kue itu memang belum diberinya nama. Sejak saat itu penjual makanan kampung itu menyebut kue dagangannya dengan sebutan "odading" dan masyarakat pun mengikutinya.

Ternyata, kisah kue odading ini juga terekam dalam tulisan, Remy Sylado, seperti dikutip dari situs arsipindonesia.com. Sastrawan top Indonesia ini pernah menuliskan kisah asal usul nama kue odading dalam sebuah tulisannya yang berjudul "Disumpahi Pemuda: Satu Nusa Satu Bangsa Dua Languanges". Tulisan tersebut pernah dipresentasikannya di depan mahasiswa The University of Melbourne pada 2001.

*** 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun