Kue odading merupakan panganan khas dari Bandung. Siapa sangka kue odaning kini menjadi viral dan naik daun gara-gara ada seorang pria yang mengulas odading dari warung Odading Mang Oleh dengan gaya jenaka di salah satu chanel Youtube. Video yang dianggap lucu tersebut kini menjadi perbincangan hangat warga net sehingga masyarakat ramai-ramai ingin mencobanya.
Efek kejadian tersebut, beberapa media mainstrem membahas kue odading Mang Oleh, tapi saya tidak akan membahas tentang kuenya, melainkan membahas dari sisi yang lain yaitu legenda kue odading itu sendiri. Mengapa kue terseut diberi nama "odading"? Apakah Anda pernah mendengar kisahnya? Saya rasa masih belum banyak orang yang mengetahuinya.
Baiklah saya akan berkisah tentang legenda nama kue ini yang bersumber dari seorang pegiat wisata heritage di Kota Cimahi yaitu Kang Sony Vesva. Pria yang dikenal sebagai salah seorang praktisi seni, pegiat wisata, dan pengusaha handycraft ini sangat suka dengan cerita berlatar belakang sejarah. Ia pernah menjadi pemandu wisata dan sering menceritakan hal tersebut kepada para wisatawan yang dipandunya.
Menurut Sony, kisah ini terjadi ketika Indonesia masih dalam cengkeraman Kerajaan Belanda. Saat itu ada seorang anak Nyonya Belanda yang merengek ingin dibelikan kue yang dijajakan oleh seorang pedagang kue keliling.
Konon saat itu kue gorengan yang terbuat dari capuran tepung terigu, gula pasir, garam, ragi instan, susu, dan air tersebut belum memiliki nama. Oleh sebab itu Nyonya Belanda yang penasaran dengan keberadaan kue tersebut lantas mencari dan memanggil penjual kue keliling itu. Setelah ketemu, ia pun menyuruh penjual gorengan tersebut membuka daun pisang yang menutup kue dagangannya.
Pedagang kue kampung tersebut kemudian membuka daun pisang yang menutup kuenya. Setelah melihat kue tersebut, Nyonya Belanda itu kemudian berkata kepada penjual itu dengan menggunakan bahasa Belanda, "O, dat ding?" yang artinya "O, barang itu?".
Penjual gorengan yang tak mengerti bahasa Belanda saat mendengar omongan dari Nyonya Belanda tersebut hanya mengangguk-angguk saja. Ia justru menganggap Nyonya Belanda itu berkata, "Odading?" Ia mengira Nyonya Belanda itu memberikan nama kuenya "odading" karena kebetulan kue itu memang belum diberinya nama. Sejak saat itu penjual makanan kampung itu menyebut kue dagangannya dengan sebutan "odading" dan masyarakat pun mengikutinya.
Ternyata, kisah kue odading ini juga terekam dalam tulisan, Remy Sylado, seperti dikutip dari situs arsipindonesia.com. Sastrawan top Indonesia ini pernah menuliskan kisah asal usul nama kue odading dalam sebuah tulisannya yang berjudul "Disumpahi Pemuda: Satu Nusa Satu Bangsa Dua Languanges". Tulisan tersebut pernah dipresentasikannya di depan mahasiswa The University of Melbourne pada 2001.
***Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H