Buah pikir yang dituangkan oleh beberapa orang dalam berbagai bentuk tulisan bisa menjadi bersinergi dan saling melengkapi, meskipun isinya mungkin saja berbeda. Justru perbedaan itu menjadi indah karena merupakan warna dari kehidupan itu sendiri.
Kumpulan pikiran manusia dari zaman ke zaman jika disatukan akan menimbulkan sebuah kekuatan. Oleh sebab itu betapa pentingnya aksara yang mampu menyatukannya.Â
Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban tentunya bertujuan agar manusia menjadi lebih sempurna dan lebih beradab. Jika pengetahuan yang ada disalahgunakan maka bisa menimbulkan kehancuran bagi umat manusia dan alam semesta.
Aksara, Literasi, dan Budaya Baca
Bicara tentang aksara tentu berkaitan erat dengan budaya baca, sedangkan membaca bagian dari literasi. Pengertian literasi sendiri sebenarnya cukup kompleks dan dinamis. Namun, umumnya masyarakat masih memaknainya secara sempit yaitu hanya dipahami sebagai kemampuan membaca dan menulis.
Secara etimologis istilah literasi sendiri berasal dari bahasa Latin "literatus" yang bermakna "orang yang belajar". Dalam hal ini, literasi sangat berhubungan dengan proses membaca dan menulis, sama seperti pendapat Grabe & Kaplan (1992) dan Harvey J. Graff (2006) yang mengartikan literasi sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis (able to read and write).
Pendapat dari Education Development Center (EDC)  dan National Institute for Literacy (NIT) sedikit berbeda dan memaknainya literasi dengan pengertian yang lebih luas. EDC memaknai literasi sebagai kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya, sedangkan NIT memaknai literasi sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat.
Menurut pandangan Hendra Gunawan (Ketua Komite Literasi, Bahasa, Sastra, dan Tradisi Lisan, Dewan Kebudayaan Kota Cimahi -- DKKC), makna hari aksara bertujuan untuk menggugah tingkat kesadaran masyarakat terhadap budaya baca dan tulis, serta tetap mengingat akar budaya bangsanya (prilaku, adat istiadat, dan kearifan lokal).Â
Seseorang dikatakan intelek, visioner, dan memiliki lompatan berpikir yang melesat jauh ke depan jika dalam dirinya masih tertanam keluhuran budi dari tradisi leluhurnya.Â
"Budaya baca dan tulis dijadikan pembiasaan disetiap jenjang pendidikan. Setiap peserta didik diwajibkan membaca beragam buku, baik fiksi maupun nonfiksi, selanjutnya mereview isi buku tersebut," ujar Hendra disela-sela kesibukannya dalam mempersiapkan peringatan hari aksara di Imah Seni Cimahi.
Jika budaya baca tidak digalakkan maka manusia akan menjadi terbelakang, tak ubahnya dengan masyarakat yang miskin peradaban. Membaca mampu menambah wawasan dan membuat orang menjadi cerdas.Â
Oleh karena itu budaya baca perlu kita giatkan agar masyarakat tidak terbelenggu dengan pemikiran sempit sehingga mereka mampu berpikiran luas.