[caption id="attachment_254778" align="aligncenter" width="457" caption="Bahar Malaka"][/caption]
Oleh : J. Haryadi
Sepintas pria berambut gimbal ala penyanyi Reggae ini mirip saudara kita yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Kita akan terkejut kalau mendengarnya berbicara, karena logat Sunda-nya yang begitu kental. Ternyata, pria kelahiran Bandung, 6 Januari 1965 ini memang asli orang Sunda, Jawa Barat. Pria ramah dan baik hati ini tak lain adalah Bahar Malaka, seorang pelukis eksentrik asal Kota Cimahi.
Pria yang pernah mengenyam pendidikan tinggi di Akademi Pariwisata (Aktripa) Bandung ini, semula berprofesi sebagai guide di Bali. Perkenalan dirinya dengan seorang pelukis di Bali membuatnya jatuh hati untuk belajar dan memperdalam seni lukis. Sejak saat itu dia mulai menekuni dunia lukisan.
Alih profesi menjadi seorang pelukis tentu saja membuat keluarganya kaget. Semula aktivitasnya ini tidak mendapat dukungan penuh dari keluarganya. Hal ini bisa dimaklumi mengingat kehidupan seniman yang masih dianggap sebelah mata oleh sebagian besar masyarakat kita. Kondisi ini tidak membuat hatinya luluh, namun justru membuatnya semakin kuat dan berusaha membuktikan kepada keluarganya bahwa melukis bisa dijadikan sebagai sandaran hidup. Dia terus berusaha berkarya untuk menjadi seniman besar dengan karya-karyanya yang unik. Kini sudah puluhan lukisan berhasil dibuatnya dan menjadi koleksi beberapa pengusaha dan pejabat penting di Indonesia.
Pengagum Bab Marley, penyanyi Reggae terkenal asal Jamaika ini memilih aliran suryalis dan naturalis dalam setiap lukisannya. Bahar Malaka selalu berusaha menciptakan pesan moral dalam setiap karyanya. Salah satu diantara karyanya yang fenomenal adalah sebuah lukisan yang berjudul “Peace for Palestina”, yaitu sebuah lukisan berbentuk Masjid Al-Aqso yang dibuatnya dipenghujung tahun 2012 yang lalu. Dia selalu berusaha mengangkat kehidupan nyata dan berharap karyanya tersebut bisa menyebarkan pesan perdamaian ke seluruh penjuru dunia. Lukisan tersebut rencananya akan diserahkan ke UNICEF, sebagai simbol kepedulian seniman Kota Cimahi terhadap penderitaan rakyat Palestina.
Selain melukis, Bahar Malaka juga aktif berorganisasi. Pada 1983 dirinya ikut membidani lahirnya Komunitas Guide Braga (KGB) Bandung. Pada 2010, bersama para seniman Kota Cimahi dirinya mendirikan Forum Pelukis (FORKIS) Cimahi dan terdaftar secara resmi di Kantor Kesbang Kota Cimahi. Beberapa kegiatan FORKSIS Cimahi yang sempat diikutinya diantaranya menjadi juri berbagai lomba lukis, mengadakan pameran lukisan bersama, mengadakan lelang lukisan untuk amal dan berbagai aktivitas lainnya.
Pada 1995 pria yang pernah bermukim di Madinah, Arab Saudi ini mendirikan Sanggar TEPAS. Dalam Bahasa Sunda sendiri, kata “tepas” artinya paterasan di depan rumah adat Sunda. Hal ini diungkapkan karena seringnya para seniman musik dan lukis berkumpul di teras untuk sekedar berdiskusi masalah berkesenian. Sanggar yang bertempat di Jalan Cihanjuang, Gang Bajat no. 2 Kota Cimahi ini dibuat sebagai wadah bagi para pelaku seni (khususnya seni musik dan seni lukis). Di tempat ini pernah juga diadakan pelatihan membatik yang khusus ditujukan bagi wisatawan manca negara. Namun sayangnya aktivitas di sanggar ini sempat fakum beberapa tahun lamanya karena dirinya sering melanglang buana ke berbagai negara untuk mencari pengalaman baru. Sanggar TEPAS ini mulai dibangkitkan kembali Pada tahun 2008, sekembali Bahar Malaka dari luar negeri.
Pelukis eksentrik asal Cimahi yang belum sempat mewujudkan mimpinya berkunjung ke ke Jamaika, kota kelahiran Bob Marley yang menjadi favoritnya ini, sudah beberapa kali berkarya diluar Kota Cimahi. Pada 2002 mendapat undangan salah seorang pengusaha Arab Saudi untuk melukis di rumahnya yang mewah di kota Madinah. Lalu pada 2009, mendapat job dari salah seorang pejabat untuk membuat relief di dataran tinggi Batu Tamonga, Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Kemudian pada 2101 dirinya juga diundang tokoh adat Tana Toraja, Sulawesi Selatan untuk membuat sebuah karya seni berupa patung kerbau yang akan diikutsertakan dalam upacara Rambu Solo (upacara pemakaman masyarakat adat Toraja).
Sebagai seorang seniman yang sangat aktif dan kreatif dalam berkarya, maka tak heran jika beberapa media masa sering meliput dan mengekspos kegiatan berkesenian Bahar Malaka. Diantaranya, sebut saja harian Pikiran Rakyat, sebuah koran lokal terbesar di Jawa Barat yang sudah berulang kali mengabadikannya. Salah satu diantaranya adalah kegiatan ketika Bahar Malaka melakukan aksi teaterikalnya dengan bersepeda motor besar berjalan dari sanggar TEPAS-nya di Gang Bajat menuju depan kantor Pemkot Cimahi dan melakukan aksi melukis cepat dihadapan ratusan masayarakat, dalam kegiatan bertajuk “Pelukis Dukung Kota Kreatif” bersama 30 seniman kota Cimahi (PR, 30/05/10).
Media lain yang pernah meliput kegiatannya adalah Harian Radar Cimahi, Harian Seputar Indonesia (SINDO), Antara News, BedaNews.com, bandungekpres.com, Fajar Online, haluanrakyat.com, Yahoo Indonesia News, indonesiakreatif.net dan Metro TV.
Beberapa pameran lukisan yang pernah diikuti Bahar Malaka diantaranya Jambore Seni Rupa Ancol, pameran bersama dalam rangka launching Gedung Historich Cimahi, melukis bersama Pelukis 3 Kota “Cimahi-Tasik-Bali” di Bali, melukis bersama Pelukis Pinggiran Matahari, melukis bersama 100 Pelukis Indonesia dan lain-lain.
***
J. Haryadi
Penulis buku best seller “Dahsyatnya Sabar, Syukur dan ikhlas Muhammad SAW” dan “TOTAL SUCCESS : Jangan Mau Jadi Orang Biasa Jika Bisa Jadi Luar Biasa”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H