Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengapa Aku Menulis?

17 November 2013   09:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:04 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_302302" align="aligncenter" width="425" caption="Gambar Pena dan buku (Sumber http://oneworldretreats.com/)"][/caption]

Oleh : J. Haryadi

Kegiatan menulis sebenarnya sudah dimulai sejak Saya masih duduk di bangku SMP. Karya pertama Saya ketika itu adalah sebuah puisi yang terbit di sebuah majalah dinding sekolah. Kegiatan menulis puisi akhirnya menjadi hobi utama, disamping hobi  lainnya yaitu menggambar sketsa wajah tokoh-tokoh terkenal.

Menginjak SMA, Saya juga pernah membuat cerita pendek yang berkisah tentang petualangan cinta seorang gadis. Kisah di cerpen tersebut terinspirasi oleh seorang gadis yang kebetulan saya sukai. Namun semua kegiatan menulis tersebut masih sekedar hobi dan bersifat insidentil, tidak saya teruskan secara serius. Maklum saja, cita-cita Saya ingin menjadi seorang tentara  jauh lebih menjanjikan dibandingkan menjadi seorang penulis. Demikian pandangan saya waktu itu yang menganggap rendah profesi menulis yang saya anggap tidak bergengsi dan tidak bisa menghasilkan uang yang banyak, apalagi bisa dijadikan sandaran hidup.

Saya mencoba menerawang kehidupan saya beberapa puluh tahun yang lalu, tepatnya ketika masih usia sekolah dasar. Saat itu pelajaran Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang cukup menakutkan bagi saya, selain pelajaran kesenian. Saya kurang suka pelajaran kesenian karena ada pelajaran menyanyi di depan kelas, yang selalu membuat bulu kuduk saya berdiri. Pada pelajaran Bahasa Indonesia, latihan mengaranglah yang membuat saya stress. Mengapa ? karena bagi saya waktu itu, mencari gagasan dan menuangkannya ke atas kertas adalah pekerjaan yang sangat sulit dan menjengkelkan. Namun demikian, saya tetap mencoba menyelesaikannya dengan membuat cerita perjalanan saat liburan ke rumah nenek. Setiap kali mengarang, cerita itu lagi yang saya buat, dengan sedikit modifikasi disana sini.

Ketika memasuki SMP, saya mulai senang membaca. Kegiatan disekolah yang paling saya suka waktu itu adalah mengisi majalah dinding dengan berbagai lukisan dan puisi. Saya juga aktif menjadi anggota perpustakaan. Saya paling suka meminjam buku-buku cerita, terutama kisah-kisah sukses orang terkenal seperti Thomas Alfa Edison, Benyamin Franklin, Willian Shakespere, kisah pertempurannya Jenderal Mc Arthur, Napoleon Bonapaerte, Yulius Caesar, Kisah king Artur dari Inggris atau si jenius Albert Enstein. Kadang-kadang saya juga membaca novel seperti kisah petuangannya si Agen 007, James Bond dan sang detektif cerdik, Sherlock Holmes yang menjadi bacaan favorit saya atau novel karya dari negeri sendiri seperti karya-karya Kho Ping Hoo yang legendaris

Menurut Saya, membaca buku membuat hidup saya semakin bergairah. Pengalaman Saya jadi bertambah, tanpa Saya harus mengalami kejadian yang Saya baca. Saat saya sedang membaca kisah tertentu, saya merasa hanyut ke dalam suasana saat kisah itu terjadi. Pikiran saya menerawang kemana-mana, seolah-olah saya mengalami kejadian yang terdapat dalam cerita itu. Bagi saya, hal tersebut merupakan pengalaman batin yang sangat mengasikkan. Banyak hal dapat dipelajari dari kegiatan membaca buku, yang pasti, pengetahuan dan wawasan saya menjadi bertambah.

Buku Mengubah Hidup Saya

Pengalaman membaca buku yang sangat berkesan dan terus terang telah banyak membuat diri saya berubah total adalah ketika saya membaca sebuah buku yang dipinjamkan dari seorang sahabat karib saya yang bernama Murni Rizal (sekarang menjadi Camat di salah satu Kecamatan di Kabupaten Lampung Utara). Saat itu Saya baru saja menyelesaikan pendidikan SMP  di kota kelahiran saya, Kotabumi, Lampung Utara. Buku yang saya baca tersebut berjudul “Positive Thinking”, karya Norman Vincent Peale.

Rasanya buku itu adalah buku paling serius pertama yang pernah Saya baca. Mula-mula saya bingung membaca buku semacam itu. Betapa tidak, saya sebelumnya hanya terbiasa membaca buku fiksi atau buku pelajaran di sekolah dan belum pernah membaca buku semacam itu. Akhirnya buku tersebut saya baca berulang-ulang sambil mencoba menerapkan saran yang ada dalam buku tersebut.

Buku tersebut sangat menarik dan telah berhasil mengajak diri saya berubah. Banyak hal yang sangat berbeda dengan pengetahuan yang selama ini diberikan oleh orang tua saya mengenai bagaimana bergaul dengan orang lain, tetapi apa yang terdapat dalam buku itu memberikan nuansa baru yang sangat segar dan menggairahkan. Sejak saat itu, saya mulai berubah. Pribadi saya yang sangat pendiam, pemalu dan tertutup secara perlahan berubah menjadi pribadi energik, ceria dan terbuka.

Semula saya adalah termasuk orang yang kuper (kurang pergaulan) lslu mulsi berubah menjadi orang yang memiliki banyak teman dan sangat suka bicara. Memang perubahan itu sendiri mulanya terasa aneh, terutama pada orang-orang yang ada disekitar saya. Namun saya ingat sebuah ayat dalam Al-Qur’an yang artinya “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum  jika kaum tersebut tidak berusaha untuk mengubahnya”. Atas dasar ayat itulah membuat saya semakin yakin dan memegang prinsip bahwa mulai saat itu Saya harus berubah menjadi pribadi yang dinamis dan disukai banyak orang orang.

Dalam berfikir, Saya selalu berusaha mencari sisi positif dalam memandang berbagai persoalan. Bagi saya, tidak masalah yang tidak bisa terpecahkan asal kita mau berusaha untuk mencari solusinya. Seperti kata pepatah, “Banyak jalan menuju Roma”. Ya, sejak saat itu saya selalu berfikiran positif sampai sekarang.

Kegagalan adalah Pelajaran Berharga

Saya mulai merasakan artinya kegagalan ketika saya beberapa kali tidak berhasil meraih cita-cita saya. Kegagalan pertama ketikja saya mengikuti  seleksi calon taruna AKABRI (sekarang AKMIL). Kegagalan berikutnya ketika saya juga tidak diterima di Fakultas Teknik Sipil ITB dalam Sipenmaru’85 (sekarang SNM-PTN). Saya hanya bisa diterima di sebuah Universitas swasta di kota Bandung.

Kegagalan ini menjadi semacam cambuk bagi saya. Perasaan kecewa, kesal, marah bercampur menjadi satu saya kumpulkan menjadi dendam yang membara. Tetapi api dendam yang membara tersebut saya arahkan ke arah yang positif. Saya jadi benci dengan apa saja yang berbau ITB dan berjanji untuk tidak kalah dengan anak-anak ITB.

Saya menyadari tentunya bahwa saya bukan siapa-siapa. IQ saya juga biasa-biasa saja, tidak istimewa. Tetapi saya selalu berfikiran positif tentang diri saya bahwa dalam diri saya pasti ada kelebihan dibandingkan dengan orang lain. Saya harus berusaha mencari kelebihan apa yang ada dalam diri saya dan menutupi kekurangan yang saya miliki. Oleh sebab itu saya harus banyak belajar. Untuk belajar tentu harus banyak membaca buku. Oleh sebab itu, saya sering membeli berbagai buku untuk manambah wawasan. Buku-buku pengetahuan umum, psikologi populer, agama, filsafat, hukum, politik, manajemen, motivasi dan buku-buku yang saya pandang perlu pasti saya baca. Bahkan kalau ada buku baru yang bagus di Toko Buku (TB) Gramedia, tetapi saya tidak mampu membelinya, maka yang saya lakukan adalah dengan cara rajin berkunjung ke TB. Gramedia dan membacanya sambil berdiri. Hal itu saya lakukan sampai buku tersebut tamat saya baca, demi kehausan saya akan ilmu pengetahuan.

Pengalaman lain yang ada urusan dengan buku adalah ketika menjadi kandidat Ketua Senat (sekarang BEM) di fakultas saya. Saat itu saya harus berkampanye dengan cara berpidato di depan masa. Walaupun berbicara di depan umum bukanlah hal baru bagi saya, namun bicara di ruang terbuka dengan jumlah audien yang cukup banyak telah membuat saya sedikit nerveus. Nah, untuk mengurangi rasa percaya diri itu saya lakukan dengan membeli buku “Teknik-teknik Berpidato”. Dalam buku itu saya mendapat manfaat, mungkin bisa disebut “Mengikat makna”  seperti yang dikatakan Pak Hernowo, salah seorang penulis kreatif yang menjadi favorit saya.

Untuk menjadi berhasil dalam berpidato, saya harus melakukan hal-hal berikut :

  • Menentukan tema yang akan dibicarakan.
  • Mempelajari audience yang menjadi objek pembicaraan.
  • Membuat pointer materi yang akan dibicarakan.
  • Menguasai materi yang akan dibicarakan.
  • Bersikap tenang saat akan berpidato. Jika merasa gugup, tarik napas dalam-dalam lalu keluarkan secara perlahan.
  • Berdo’a dalam hati sebelum memulai perkataan.
  • Saat bicara, atur nada suara secara teratur dan berirama. Kontrol setiap kali berbicara, kapan harus keras, lembut atau mengajak audiensi untuk terlibat pembicaraan.
  • Hal yang sangat penting, jangan sampai menatap mata audience secara personal, tapi pandang mereka secara global dengan cara menatap sudut kiri, tengah dan sudut kanan. Jika terjebak menatap mata audience, bisa terjadi blank yang mengakibatkan gugup dan kehilangan kendali.

Hasilnya sungguh luar biasa. Saya bisa tampil secara maksimal ketika berpidato. Hasilnya, saya cukup puas dengan terpilih sebagai runner-up. Pengalaman ini terus membekas sampai sekarang dan menjadi modal saya dalam berbicara di depan publik.

Pengalaman menarik lainnya dengan buku adalah ketika saya menjadi pengajar komputer di sebuah tempat kursus di kota Bandung. Saat itu Saya masih kuliah memasuki tahun keempat. Ini pengalaman pertama kali saya mengajar dan kebetulan tempat kursus tersebut masih baru, sehingga tentu saja belum memiliki buku panduan untuk mengajar.

Bahan mengajar saya siapkan dengan  membeli beberapa buah buku yang kemudian saya rangkum untuk dijadikan bahan mengajar. Jadi setiap kali mau negajar, saya selalu membaca buku dulu, lalu membuat catatan untuk materi yang akan saya ajarkan. Tentu saja semakin lama catatan bahan mengajar saya semakin banyak. Kumpulan catatan itu saya satukan menjadi sebuah diktat. Selanjutnya saya tawarkan kepada pimpinan tempat saya mengajar untuk dijadikan bahan mengajar di lembaga tersebut. Ternyata usulan saya diterima. Sejak saat itu buku saya dijadikan buku panduan mengajar selama bertahun-tahun.

Mencari uang bukanlah tujuan utama saya membuat buku saat itu, melainkan hanya sekedar hobi dan kepuasan batin saja. Saya sudah merasa senang apabila karya saya dipakai orang dan bermanfaat bagi orang banyak. Ketika membuat buku, Saya selalu berusaha membuat sesuatu yang sulit menjadi mudah, sehingga  orang menjadi mudah mempelajarinya.

Pengalaman yang terakhir yang memutuskan saya ingin menjadi seorang penulis adalah ketika saya masih berkerja di Jakarta. Saat itu saya sedang mengelola sebuah usaha pendidikan komputer. Seorang pria muda berumur sekitar 35 tahun datang menghadap saya dengan seberkas lamaran kerja. Saya buka isinya, lalu saya ambil satu persatu berkas yang dibawanya untuk diperiksa. Kebetulan memang saya sedang membutuhkan tenaga pengajar saat itu. Ketika saya membaca biodata yang bersangkutan, ternyata pelamar tersebut mempunyai pengalaman menulis di media masa. Saya jadi tertarik dengannya bukan lantaran di memang berlatar belakang pendidikan sarjana teknik informatika dan berpengalaman dibidangya, namun terus terang karena pengalaman menulisnya. Apalagi saat itu dia juga melampirkan beberapa karyanya yang pernah dimuat di beberapa media masa, baik media masa lokal maupun nasional.

Saya mengajak orang tersebut untuk berkolaborasi membuat buku. Kebetulan dia sering menulis artikel tetapi belum pernah membuat buku. Kami lalu sepakat untuk  membuat buku bersama. Saya dan dia selanjutnya mennjadi sahabat dan mulai mencari tema dan judul buku yang akan kami buat. Saya dan dia sepakat membuat buku berjudul “25 Ide Bisnis Paling Kreatif : Yang Bisa membuat Hidup anda Berubah”. Sengaja kami membuat judul yang menarik agar orang penasaran untuk membelinya.

Apa langkah yang kami lakukan ? Mula-mula masing-masing dari kami wajib mengumpulkan 50 buah ide bisnis, sehingga totalnya menjadi 100 buah. Kemudian ide-ide bisnis yang kami buat di pertemukan. Jika ada ide yang sama, kami tandai dengan cara melingkari angkanya. Jika ada ide yang sudah usang dan sudah sering dibahas penulis lain lalu kami coret. Begitu seterusnya sehingga tersisa 25 ide bisnis yang menurut kami pantas untuk dimuat ke dalam buku dan dipublikasikan.

Langkah berikutnya adalah membagi tugas, dimana masing-masing kami mendapat jatah menulis sesuai dengan topik yang jadi tanggung jawabnya. Kebetulan saya hanya mendapat tugas menulis 12 topik, sedangkan rekan saya sisanya sebanyak 13 topik. Buku pertama kami akhirnya selesai juga tepat waktu.

Buku sudah selesai, lantas mau diterbitkan dimana ? Bagaimana kalau ditolak oleh penerbit ? Kami sudah sepakat, buku tersebut harus diterbitkan, tapi bagaimana caranya ?  Jalan pintas adalah menerbitkannya sendiri, seperti apa yang dilakukan para grup musik under ground dengan indie labe-lnya. Lagi-lagi timbul masalah, modalnya dari mana ? Untuk mencetak buku sendiri dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kebetulan kami tidak memiliki dana yang cukup untuk menerbitkannya sendiri. Akhirnya jalan keluar kami dapatkan yaitu dengan cara melibatkan investor untuk mendanai buku kami.

Jalan tengah yang kami dapatkan adalah menggandeng investor. Tentu saja kami menguraikan bagaimana cara sang investor mendapatkan keuntungan dari buku yang akan diterbitkan tersebut. Kesepakatan dicapai dengan aturan pembayaran dimuka sebesar 50% ketika naskah diberikan, lalu sisanya ketika buku selesai dicetak dan siap terbit.

Kebanggaan saya sebagai penulis untuk pertama kalinya saya rasakan ketika untuk pertama kalinya buku karya saya tersebut terbit dan terpajang di toko-toko buku seperti TB. Gramedia dan TB. Gunung Agung. Saya sengaja datang ke toko buku untuk mengecek keberadaanya. Lebih surprise lagi ketika beberapa bulan kemudian buku saya termasuk dalam kategori best seller.

Apa yang saya lakukan ketika buku saya ternyata bisa terbit dan best seller ? Saya hubungi teman-teman dan kolega saya agar mau membaca buku saya. Mereka saya ajak untuk menulis buku. Sayapun melanjutkan menulis buku yang kedua dengan judul “Mengintip Rahasia Sukses 17 pengusaha Bermodal Tekad”. Buku kedua inipun laku keras dibeberapa toko buku. Rasa percaya diri saya semakin meningkat dengan kejadian ini dan membuat saya semakin semangat untuk berkarya. Kebanggaan saya adalah karena karya saya bisa dibaca oleh orang lain. Lebih bangga lagi kalu mereka yang telah membaca buku saya menjadi terinspirasi sehingga bermanfaat bagi mereka. Alhamdulillah sekarang sudah puluhan buku berhasil saya tulis. Saya merasa masih harus banyak belajar, karena menurut saya buku karya Saya btersebut masih banyak kekurangannya. Justru Saya semangat menulis karena ingin belajar sempurna dan belajar dari ketidaksempurnaan. Kalau saya bisa menulis, saya yakin anda pun bisa. Jangan takut terkambat untuk menulis. Buku pertama saya terbit ketika saya berusia 41 tahun. Tak ada waktu terlambat untuk menulis. Selamat menulis ! Semoga kisah kecil ini ada manfaatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun