[caption id="attachment_402409" align="aligncenter" width="700" caption="Suasana Hiburan di Kapal Ferry Bakauheuni - Merak (Sumber: J. Haryadi)"][/caption]
Oleh: J. Haryadi
Bus Kramatjati yang kutumpangi sejak berangkat dari Kotabumi mulai merapat di dermaga Bakauheni, Lampung. Tidak perlu terlalu lama mengantri, akhirnya bus masuk ke sebuah kapal ferry yang akan menyeberangkan kami menuju Pelabuhan Merak, Banten.
Sejak terjadinya kasus tenggelamnya beberapa kapal ferry yang pernah terjadi beberapa tahun silam, setiap penumpang kendaraan roda empat dilarang tinggal di dalam mobil. Semua penumpang bus harus meninggalkan kendaraan dan wajib masuk ke ruang penumpang kapal. Mungkin peraturan ini dibuat untuk menghindari terjadinya korban apabila sewaktu-waktu terjadi musibah kebakaran di dalam kapal.
Dalam beberapa kasus tenggelamnya kapal ferry yang disebabkan oleh kebakaran, banyak penumpang kapal yang menjadi korban berasal dari penumpang mobil atau bus yang terjebak di dalam kendaraanya. Mereka umumnya tidur dalam mobil yang tersimpan di deck, sehingga ketika terjadi musibah kebakaran, posisi mereka lebih sulit untuk menyelamatkan diri.
Setelah turun dari bus, aku berjalan sambil menyelipkan badan di sela-sela badan kendaraan yang terparkir di sana. Maklum ruangan deck kapan ini tidaklah terlalu besar, sehingga mobil yang terparkir agak berhimpitan. Hanya ada celah selebar badan orang dewasa saja yang bisa dilewati, sehingga terasa tidak nyaman dan agak merepotkan penumpang yang melewatinya.
Persis di sisi kiri dan kanan lambung kapal ferry ini terdapat tangga menuju ke ruang penumpang kapal. Semua orang yang berasal dari kendaraan yang terparkir di deck berduyun-duyun bergerak menuju ke ruang penumpang yang letaknya di atas. Kami berjalan agak tersendat karena jumlah orang yang naik cukup banyak.
Penumpang kapal bebas memilih tempat istirahat di kapal ferry tersebut. Tersedia ruang AC yang menyediakan tempat duduk cukup nyaman dan ada juga lesehan buat penumpang yang mau istirahat sambil tidur-tiduran. Dengan hanya mengeluarkan uang sebesar Rp.10.000, penumpang bisa beristirahat di tempat ini. Aku sendiri memilih ke ruang lain yang tidak ber-AC, naik satu lantai lagi ke atas, melalui tangga kecil yang sempit. Di sini penumpang tidak dipungut bayaran alias gratis.
Beberapa penumpang yang sudah duluan datang terlihat sedang beristirahat sambil duduk-duduk di sana. Ada juga yang tidur-tiduran di kursi tanpa merasa risih dan tidak ambil peduli terhadap penumpang lainnya. Sebagian lagi tampak sedang asik menikmati asap tembakau, sehingga ruangan terasa pengap karena penuh asap.
Menikmati Iklan
Aku mengambil tempat duduk paling depan, persis berdekatan dengan panggung hiburan. Terlihat sebuah alat musik organ yang terpajang disana. Sementara itu pemainnya terlihat sedang duduk menikmati sebatang rokok yang digenggamnya. Disebelahnya terlihat sekumpulan wanita muda dengan penampilan yang agak seksi tengah asik bercengkrama, sambil memainkan tablet dan hp yang digenggamnya. Sebagian wanita lainnya asik merokok dan tertawa lepas sambil menggoyang-goyangkan kepalanya.
Selang beberapa saat kemudian, seorang pria kurus tampil ke depan. Tanpa ada yang memberi komando, pria tersebut langsung mengucapkan selamat datang kepada penumpang dan memohon izin untuk menyampaikan sesuatu. Namun para penumpang kapal tampaknya tidak begitu peduli dengan penampilannya. Semua asik dengan urusannya masing-masing. Maklum saat itu sudah tengah malam dan banyak penumpang yang kelelahan. Mereka banyak yang tertidur atau makan makanan yang dibekalnya dari kendaraan.
Aksi pria yang ada di depan ini menurutku sangat lincah, enerjik dan atraktif. Dia begitu piawai berbicara menyampaikan maksudnya. Ternyata dia ingin mempromosikan beberapa produk dagangan kepada para penumpang. Sesekali dia bercanda sehingga mengundang tawa para sahabatnya sesama kru kapal, sementara aku hanya tersenyum simpul menikmati ulahnya.
Pria ini mulai mempromosikan produk dagangannya. Mula-mula dia mempromosikan sebuah alat potong serbaguna yang bisa dipakai ibu-ibu rumah tangga. Dia mulai mendemontrasikan alat tersebut dengan cara mengupas kulit singkong yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Berikutnya dia memotong singkong tersebut dengan memakai sisi pisau lainnya. Beberapa buah-buahan sempat menjadi korban demontrasinya. Alat yang dibandrol seharga Rp.10.000 tersebut ternyata cukup membuat beberapa penumpang tertarik membelinya.
Berikutnya pria tersebut mempromosikan makanan. Ketika dia mempromosikan produk, beberapa orang temannya dengan cekatan berkeliling ruang sambil menaruh produknya ke tubuh para penumpang untuk dilihat. Akupun terpaksa memegangnya dan melihat-lihat produk tersebut. Cara ini terbukti cukup sakti, karena ada saja penumpang yang tertarik membelinya. karena harganya cukup terjangkau.
Kemudian pria itu kembali mengganti produknya. Kali ini dia mempromosikan buku. Satu persatu buku ditampilkannya, lalu diceritakan sekilas apa isi dan manfaatnya kepada penumpang. Tidak lupa dia memberikan informasi harganya yang relatif murah, yaitu kisaran Rp.5000-Rp.10.000. Beberapa rekan-rekannya membagi-bagikan sebagian contoh buku ke para penumpang. Lagi-lagi beberapa penumpang membeli produk tersebut.
Usai menyampaikan pesan sponsor, pria tersebut lalu undur diri. Aku kira tidak ada iklan lagi, ternyata dugaanku salah. Seorang pria setengah baya dan mengaku asal Palembang segera menggantikannya berpromosi ke depan. Kali ini produk yang dijualnya adalah obat-obatan tradisional berbahan baku alami. Obat yang ditawarkannya berupa obat cair yang sudah disiapkan dalam botol-botol kecil.
Tidak kalah gesit dan lincahnya dengan pembawa iklan sebelumnya, pria ini pun piawai berbicara mempromosikan keunggulan produknya. Dia berbicara begitu mahir dan tidak ada kesan memaksa kepada penumpang yang mendengarkan ocehannya. Beberapa obat yang sempat ditawarkannya diantaranya adalah obat kulit, obat sakit gigi, obat tatto dan obat perangsang buat pasangan suami istri.
Salah satu cara untuk membuktikan keampuhan produknya, pria kedua ini meminta salah seorang penumpang untuk tampil ke depan menjadi tester. Namun tidak ada seorangpun yang peduli. Semua penumpang diam, hanya memperhatikan ulah pembawa iklan ini. Karena semua diam, lalu dia mendekati salah seorang penumpang pria yang duduk tidak jauh dariku.
Dengan sopan dia meminta izin pria yang akan dijadikan tester untuk dipegang tangannya. Dia mengatakan kepada penumpang itu kalau telapak tangannya kasar atau kapalan. Lalu dia menjamin kalau hanya dalam waktu 7 menit, telapak tangan tersebut bisa menjadi halus jika memakai produknya. Segera dioleskannya sebuah cairan dari dalam botol ke atas kapas dan mengoleskannya ke telapak tangan pria yang menjadi kelinci percobaan itu. Dia meminta pria itu untuk menggenggamnya erat-erat.
Sambil menunggu waktu yang sudah ditentukan, sang pembawa iklan itu kembali berkicau tentang produk lain yang dipromosikannya. Menurutku, cara pria ini berpromosi begitu cantik dan piawai. Mungkin saking seringnya bicara di depan, sehingga dia tahu peris apa yang hendak diucapkan dan dilakukannya, meskipun dengan waktu yang sangat sempit.
Tak terasa 7 menit pun berlalu. Pria itu lalu mendekati pria yang tadi menggenggam kapas berisi cairan obat. Dia membuka tanggannya, lalu mengambil kapas tersebut dan menyimpannya di tempat lain. Dia lalu mengambil kapas lain yang kering dan bersih. Dioleskannya kapas tersebut ke telapak tangan pria tadi. Hasil olesannya dilihatkan kepada penumpang. Terlihat kapas tersebut kotor dan penuh dengan noda. Ternyata noda tersebut berasal dari kulit kasar yang sudah mengelupas. Menurutnya, kotoran tersebut adalah penyakit, dan kini tangan pria itu sudah lebih lembut dari sebelumnya.
Selain untuk menghilangkan penyakit kapalan yang sering melanda telapak tangan dan telapak kaki, menurut pedagang obat itu, obatnya bisa juga dipakai untuk menyembuhkan beberapa penyakit kulit lainnya, seperti panu, kurap, kutu air, mata ikan, eksim, biang keringat dan lain-lain. Semua obat-obatan produknya diklaim tanpa efek samping dan terbuat dari bahan alami, tanpa zat kimia didalamnya.
Demo yang dilakukan pria tadi juga sangat sakti. Beberapa orang datang membeli produknya. Dia juga membagi-bagikan selembar kertas fotocopian yang berisi informasi seputar nama produk, manfaat obat tersebut, cara memakainya berikut harga jualnya. Dalam brosur tersebut juga terdapat tawaran untuk menjadi reseller produknya. Sungguh ini merupakan cara berpromosi yang murah dan efektif.
Panggung Hiburan
Usai demo produk dari marketer, saatnya memasuki dunia hiburan. Seorang pria tinggi, berpostur gemuk dengan gaya bicara kemayu mulai mengambil alih tampil di depan. Nada bicaranya yang lemah gemulai sangat jauh dari kesan seorang pria.
“Selamat datang di kapal ferry ini dan selamat menikmati pelayaran anda. Baiklah, sambil beristirahat, anda akan kami hibur dengan penyanyi-nyanyi kami yang seksi dan bersuara merdu. Selamat menikmatinya,” ujar pria berambut ikal tersebut sambil tertawa, membuka pembicaraannya.
Dua wanita berpakaian ketat segera tampil ke depan dan mulai mengucapkan beberapa kata sambutan kepada para penumpang, sementara alunan musik mulai berkumandang. Sebuah lagu dangdut segera membuka hiburan malam itu. Mereka berdua bernyanyi bersama dengan suara yang cukup merdu, sambil menari erotis dengan meliuk-liukkan badannya. Sementara itu beberapa teman-temannya sesama penyanyi tampak asik mengobrol sambil minum dan menghembuskan asap rokok dari mulutnya. Seorang wanita yang muda lainnya tampak asik berjoget sendiri sambil berdiri di dekat kursi temannya.
[caption id="attachment_402294" align="aligncenter" width="360" caption="Sebagian penumpang kapal yang duduk dan tiduran di kursi sambil sesekali menikmati hiburan (sumber: J.Haryadi)"]
Kedua penyanyi yang tampangnya menurutku sedang-sedang saja itu berusaha menghibur penumpang kapal. Sementara itu disisi lain para penumpang justru terlihat cuek dengan urusannya sendiri-sendiri. Tidak ada ekspresi gembira dari mereka, semuanya sepertinya tidak peduli alias urus diri masing-masing. Padahal para penyanyi tersebut beberapa kali menari sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya dengan erotis.
Selang beberapa menit, para biduan ini bergerak dari depan menuju ke arah penumpang. Mereka mengelilingi semua penumpang sambil bernyanyi dan membawa kotak sumbangan. Beberapa orang tampak bersimpati dengan mengeluarkan sejumlah uang kedalam kotak tersebut. Ketika kotak itu berada persis di depanku, akupun tergerak untuk menyumbang uang buat mereka. Aku bersimpati dengan perjuangan mereka dalam mencari nafkah.
Sambil menaruh uang sumbangan ke kotak tersebut, aku mencoba melihat lembaran uang yang ada di sana. Kulihat banyak sekali uang recehan, mulai dari seribu rupiah sampai sepuluh ribu rupiah. Namun kebanyakan uangnya bergambar Patimura bawa golok. Artinya uang yang mereka kumpulkan tidaklah begitu banyak.
Musik terus berjalan tiada henti dan sekali-kali pria kemayu yang menjadi MC itu mengambil alih mike sambil mengajak penumpang untuk berpartisipasi memesan lagu. Beberapa penumpang mulai ada yang tertarik. Pria tambun itu lalu menghampirinya, diikuti oleh dua orang penyanyi. Selang beberapa menit kemudian, lagu pesanan penumpang mulai berkumandang dari bibir penyanyi tersebut.
[caption id="attachment_402281" align="aligncenter" width="360" caption="Seorang penyanyi sedang menghibur penumpang kapal ferry (sumber: J.Haryadi)"]
Aku berpikir tadinya kalau pesan lagu itu gratis, ternyata tidak. Melalui mike, para penyanyi tersebut merayu penumpang agar memberinya tips. Tentu saja tidak ada paksaaan berapa nominalnya. Jurus ini ternyata cukup ampuh. Ketika sang pemesan lagu mau mengeluarkan dompetnya, kedua penyanyi dengan gesit menghampiri penumpang itu. Mereka menari-nari erotis sambil menjulur-julurkan tangannya meminta uang. Penumpang itu tampaknya merasa gengsi untuk memberi uang sedikit. Terbukti selembar uang lima puluh ribuan terlihat berpindah tangan dari kantongnya.
Sepertinya para penyanyi dikapal ini tahu benar kondisi psikologis penumpang kapal. Mereka sepertinya tahu kalau penumpang kapal ini banyak duitnya. Kedua penyanyi itu semakin menjadi-jadi berjoget di depan penumpang itu sambil sesekali tubuhnya bergesekan dengan tubuh penumpang kapal sehingga membuat pria itu tersipu malu. Tak berapa lama kemudian tiga lembar uang lima puluh ribuan pun kembali keluar dari sakunya dan berpindah tangan ke biduan tersebut.
[caption id="attachment_402283" align="aligncenter" width="359" caption="Dua orang penyanyi sedang bernyanyi persis di depan seorang penumpang yang sudah memesan lagu (sumber:J.Haryadi)"]
[caption id="attachment_402285" align="aligncenter" width="360" caption="Dua penyanyi terus mengalunkan suaaranya sambil menari di depan penumpang (sumber:J. Haryadi)"]
Oh, ternyata begitu cara mereka mendapatkan uang banyak. Akupun hanya diam dan tetap duduk di kursi depan sambil sesekali memotret kelakuan mereka melalui kamera hp android milikku. Tidak ada seorang pun dari mereka yang menyadari kelakuanku. Sesekali aku bergerak menuju kantin yang kebetulan berada dekat dengan penumpang yang sedang dikerjain itu. Aku mengambil pisang goreng dan memakannya sambil duduk sangat dekat dengan mereka. Kesempatan ini tentu tidak aku sia-siakan untuk meliputnya, bahkan aku sempat merekamnya dalam format video.
[caption id="attachment_402287" align="aligncenter" width="270" caption="Penumpang ini tersipu malu karena goyangan seksi para penyanyi yang menggodanya (sumber: J. Haryadi)"]
[caption id="attachment_402288" align="aligncenter" width="270" caption="Rayuan penyanyi membuat pria ini mulai tergoda untuk mengeluarkan koceknya (sumber: J.Haryadi)"]
[caption id="attachment_402289" align="aligncenter" width="270" caption="Akhirnya penyanyi ini sukses membuat pria yang dihiburnya mengeluarkan dompetnya dan beberapa lembar uang lima puluh ribuan pun segera berpindah tempat (sumber:J.Haryadi)"]
Usai makan pisang goreng dan segelas air putih, aku kembali ke tempat dudukku semula di bagian depan, persis ditengah-tengah sehingga bisa dengan jelas melihat aksi panggung hiburan. Kali ini pria gendut itu kembali mengajak penumpang untuk berjoget ke depan bersama penyanyi seksinya. Para penumpang kembali diam seolah-olah tidak ada yang bergeming.
Pria ini tidak kehilangan akal. Dia mendekati beberapa pria yang sedang duduk menikmati musik dan mengajaknya ke depan. Entah terpaksa atau tidak, beberapa pria mulai bangkit dari kursinya dan menari ke depan. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh para penyanyi. Mereka menari sambil meliuk-liukan tubuhnya seperti gerakan penari ular. Sungguh tontonan yang tidak pantas dilihat oleh anak-anak yang ada juga di ruangan penumpang tersebut.
Penumpang yang ikut menari di depan panggung itu mulai mengeluarkan beberapa lembar uang dari sakunya. Terlihat uang seribuan, lima ribuan dan sepuluh ribuan ditangannya. Uang ini dikipas-kipaskannya ke atas sambil bergoyang dengan sang penyanyi. Satu persatu uang itu bergeser ke tangan sang penyanyi. Seorang pria lainnya ternyata punya cara lain untuk memberi mereka uang yaitu dengan sengaja melempar uang tersebut kebagian dada penyanyi yang seksi itu. Tentu saja uang itu langsung berjatuhan ke bawah dan segera dipungut oleh seorang asisten grup musik itu. Mereka terus bernyanyi dan menari beberapa lagu dengan asik, seolah-olah dunia ini hanya milik mereka.
[caption id="attachment_402292" align="aligncenter" width="270" caption="Beberapa orang penumpang kapal pria tengah asik berjoget bersama penyanyi (sumber: J.Haryadi)"]
[caption id="attachment_402293" align="aligncenter" width="270" caption="Berjoget sambil bernyanyi tampaknya merupakan cara efektif bagi para wanita penghibur ini dalam mencari uang (sumber : J. Haryadi)"]
Setelah beberapa pri yang berjoget tadi kembali ke kursinya, pria tambun yang menjadi MC itu kembali meraih mike dan seperti biasa mengajak penumpang lainnya untuk berjoget atau memesan lagu. Terlihat beberapa pria tertarik untuk berjoget. Kali ini aku melihat pria gendut itu mendekati pria yang mau berjoget. Ternyata pria yang mau berjoget itu membutuhkan uang receh. Dia menukar uang lima puluh ribuan dengan lembaran lima ribu dan sepuluh ribuan. Uang itu akan dipakainya untuk menyawer biduan.
Benar saja, beberapa menit kemudian alunan musik dangdut kembali terdengar keras. Dua orang penyanyi tampil bernyanyi menemani beberap pria yang ingin berjoget. Karena prianya cukup banyak, penyanyi yang sedang duduk pun ikut berdiri dan menmani mereka berjoget. Suasana tampak semakin gila. Asap rokok, musik dangdut, dan tarian erotis pun menyatu dalam perjalanan kapal dari bakauheni menuju Merak. Sebagian terlelap tidur, sebagian lagi memandang dengan tatapan kosong dan sebagian lagi menyatu dalam hingar bingar musik. Semua berakhir ketika bunyi klakson kapal yang menandakan kapal sudah mulai merapat di dermaga Merak – Banten.
***