[caption id="attachment_342875" align="aligncenter" width="600" caption="Sumber gambar : CCA "][/caption]
Oleh : J. Haryadi
Setiap orang pasti pernah bermimpi dan mimpi setiap orang pasti berbeda. Ada mimpi yang datang sendiri, tetapi ada pula mimpi yang bisa direncanakan. Benarkah mimpi bisa direncanakan ? Bukankah mimpi itu hadir ketika kita sedang tertidur ? Mungkinkah ada mimpi ketika kita sedang terjaga ?
Pertanyaan seputar mimpi tersebut terjawab dengan lugas dalam sebuah seminar yang diselenggarakan oleh CCA (Cimahi Creative Association) bekerjasama dengan IDC Baros – Cimahi. Acara bertajuk “Creativepreneur : Manajemen Mimpi dan Kewirausahaan Creative” tersebut berlangsung pada Sabtu, 7 Juni 2014 bertempat di Gedung BITC Lt.1, Baros, Kota Cimahi.
Dalam sambutannya, Irvan SP sebagai ketua panitia mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas masyarakat, khususnya para pelajar dan mahasiswa. Kegiatan ini diikuti oleh 65 orang pelajar dan mahasiswa dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi se-Kota Cimahi.
[caption id="attachment_342876" align="aligncenter" width="431" caption="Irvan SP, Ketua Panitia Seminar (Sumber foto : J.Haryadi) "]
[caption id="attachment_342877" align="aligncenter" width="600" caption="Irvan SP sedang memberikan sambutan (Sumber foto : J.Haryadi)"]
Menurut Irvan, setiap orang berhak dan harus mempunyai mimpi. Setiap impian yang diciptakan akan membuka peluang untuk meraih kesuksesan. Oleh sebab itu Irvan berharap acara seminar ini mampu mengajak para peserta untuk bersama-sama meraih mimpi demi masa depan yang lebih baik. Jika peserta mampu menerapkan ilmu yang diperoleh dari seminar ini, Irvan menjamin kelak bisa menjadi bekal bagi masa depan mereka.
Seminar creativepreneur yang mengangkat isu seputar mimpi dan kegiatan kreatif ini dibagi menjadi 3 sesi. Pada sesi pertama bertajuk “Manajeman Mimpi” yang dibawakan oleh Jodi Handoyo (Song Writer, Music & Scoring Film dan Animasi). Hadir pula dua nara sumber lainnya yaitu Gerryadi Agusta (Owner Rasendriya Studio dan Ketua Bidang Film CCA) yang mengangkat topik seputar dunia film dan animasi, serta Ridwan Ilyas Cahya (Pakar Teknologi Informasi, Alumni S2 System Inteligent ITB).
[caption id="attachment_342879" align="aligncenter" width="474" caption="Jodi Handoyo (sumber foto : J.Haryadi)"]
[caption id="attachment_342881" align="aligncenter" width="463" caption="Gerryadi Agusta (Sumber foto : J.Haryadi)"]
[caption id="attachment_342882" align="aligncenter" width="450" caption="Ridwan Ilyas Cahya (Sumber foto : J.Haryadi)"]
Pada sesi kedua, seminar membahas tentang proses kreatif menulis buku dan berbisnis online yang dibawakan oleh Hendi Hendratman (Praktisi Multimedia, Penulis Buku & Owner Hendihen.com). Sedangkan sesi ketiga membahas topik creativepreneur yang disampaikan oleh Rudi Suteja (Pakar Industri Kreatif dan Ketua CCA).
Topik “Manajemen Mimpi” sesi pertama yang dibawakan oleh Jodi Handoyo sangat menarik untuk dikupas, karena topik ini berkaitan erat dengan pengembangan SDM (Sumber Daya manusia). Dalam paparannya, Jodi mengatakan bahwa mimpi yang baik justru bukan mimpi yang kita peroleh ketika kita tidur, melainkan mimpi ketika kita sedang terjaga (dalam keadaan sadar). Mimpi ketika tidur merupakan mimpi kosong alias bunga tidur, sedangkan bermimpi dalam keadaan sadar merupakan angan-angan (cita-cita) yang bisa direalisasikan.
[caption id="attachment_342884" align="aligncenter" width="600" caption="Nara sumber seminar (Sumber foto : J.Haryadi)"]
Kita bisa bermimpi dalam keadaan sadar dengan cara memuliakan masa kini, melupakan masa lalu dan jangan dulu memikirkan masa depan. Artinya, kita harus memaksimalkan potensi diri sejak sekarang yaitu dengan memanfaatkan waktu, pikiran, tenaga dan apa yang ada disekitar kita dengan baik. Bukan dengan cara merenungi masa lalu atau memikirkan depan tanpa melakukan aksi sedikitpun.
Seseorang yang sibuk dan penuh dengan kegiatan, suatu saat tubuhnya pasti akan merasa lelah. Jam biologis manusia tidak bisa ditipu, karena lelah nyang teramat sangat pasti akan menghadirkan rasa kantuk yang luar biasa. Akibatnya kita akan tertidur lelap. Dalam kondisi ini, biasanya kita tidak akan bertemu dengan mimpi. Justru mimpi hadir justru ketika kita tertidur dalam kondisi tidak terlelap, kurang aktivitas sehingga otak kita dipenuhi dengan pikiran-pikiran yang menerawang ke angkasa. Buah pikiran yang yang tidak tenang tersebut biasanya menciptakan halunisasi dalam otak bawah sadar kita, berupa mimpi yang tidak mempunyai arti apa-apa alias bunga tidur belaka.
[caption id="attachment_342885" align="aligncenter" width="600" caption="Suasana seminar (Sumber foto : J.Haryadi)"]
Mimpi berbeda dengan imajinasi. Mimpi dalam keadaan sadar adalah harapan atau cita-cita. Tentu berupa berupa harapan yang baik-baik dan dipenuhi dengan senyuman. Mimpi seperti ini bisa kita ciptakan. Sedangkan imajinasi merupakan hal yang berbeda. Imajinasi adalah khayalan, karena masih dipengaruhi oleh hal-hal yang buruk.
Jodi menambahkan bahwa mimpi itu bisa ditata sedemikian rupa atau disebutnya dengan istilah “Manajemen Mimpi”. Pada dasarnya manajemen mimpi adalah belajar kemandirian. Berbeda dengan gengsi yang lebih mengarah ke sifat egois, misalnya tidak mau menerima bantuan orangtua karena dianggap tidak mandiri. Padahal memanfaatkan bantuan orangtua justru akan membuat mimpi bisa lebih cepat melejit, asal dipergunakan dengan cara dan waktu yang tepat. Konsep mandiri berangkat dari sebuah ksadaran, sedangkan ego lebih mementingkan diri sendiri.
[caption id="attachment_342886" align="aligncenter" width="600" caption="Suasana seminar (Sumber foto : J. Haryadi)"]
Salah satu ciri khas mimpi adalah sesuatu yang kecil, bukan yang besar atau keren. Biar kecil yang penting menarik hati dan tidak semua orang bisa melihatnya sebagai sebuah potensi. Bermimpi itu bukan lamunan, melainkan harapan untuk mendapatkan sesuatu dengan mau memperhatikan hal-hal yang kecil dan mungkin terlihat sepele. Justru sesuatu yang besar biasanya dimulai dari hal yang kecil.
Mimpi yang potensial itu adalah mimpi yang kecil, sedangkan mimpi yang terlihat keren itu biasanya cuma ilusi, penuh dengan kebohongan. Jika anda ingin bermimpi persyaratannya adalah kita harus memiliki ikatan emosional dengan objek yang menjadi impian kita. Seorang pemimpi sejati, tidak pernah mensyaratkan hasil, melainkan proses.
Tujuan dari manajemen mimpi adalah menyadarkan kita bahwa segala sesuatu itu sudah disiapkan untuk kita. Berhentilah mencari jawaban tentang siapa diri kita, melainkan lakukan apa yang bisa anda lakukan dengan memanfaatkan apa yang ada disekeliling kita.
Bagaimana cara melatih manajemen mimpi ? Caranya adalah dengan mengatur pola hidup, pola makan, pola pikir dan pola rasa. Semua tanpa syarat dan selalu fokus pada keterampilan.
[caption id="attachment_342887" align="aligncenter" width="600" caption="Suasana seminar (Sumber foto : J.Haryadi)"]
Keberhasilan hidup seseorang tidak ada hubungannya dengan uang. Pendapat yang mengatakan bahwa simbol keberhasilan itu adalah harta, uang atau kekayaan adalah sesuatu yang keliru. Keberhasilan atau kesuksesan justru erat kaitannya dengan kebahagiaan dan kedamaian.
Jika anda ingin sukses, hindari penyakit rendah diri. Orang yang rendah diri selalu menganggap rendah kemampuan dirinya sendiri. Padahal, kemampuan dirinya mungkin jauh lebih besar dibandingkan dengan orang lain. Kondisi ini bisa terjadi karena dirinya tidak menyadari kalau sesungguhnya dirinya lebih beruntung dibandingkan orang lain.
Ketidakmampuan melihat kelebihan atau potensi diri sendiri itulah yang membuat orang menjadi rendah diri. Oleh sebab itu kita harus mau mempelajari diri sendiri dan harus mempu menggali dan mengolah segala potensi yang kita miliki agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Rasa percaya diri sangat berperan penting bagi kesuksesan seseorang.
Menyinggung tentang industri kreatif, Jodi mangatakan bahwa sebuah industri kreatif akan hadir dari proses kebudayaan. Industri kreatif akan hadir ketika masing-masing orang sudah sadar dengan kemampuannya. Oleh sebab itu sudah seharusnya setiap individu memiliki keterampilan dalam satu bidang tertentu. Keterampilan yang dikelola dengan hati tidak akan mengenal jenuh, bahkan cenderung menikmatinya.
Seseorang tidak akan kreatif jika dirinya dalam kondisi serba berkecukupan atau berkelebihan. Orang akan bertinak kreatif justru dalam kondisi kepepet, terdesak atau dalam kondisi terbatas. Oleh sebab itu, ketika diri kita merasa sudah berkelebihan, maka berikan kepada orang lain. Jangan biarkan kita selalu dalam kondisi nyaman, karena kondisi ini bisa menghipnotis kita untuk tidak kreatif.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H