Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Membatik Ala Siswa SMAN 5 Cimahi

21 September 2014   12:53 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:03 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_360513" align="aligncenter" width="490" caption="Siswa kelas X SMAN 5 Cimahi sedang belajar membatik (Sumber foto: J.Haryadi)"][/caption]

Oleh: J. Haryadi

Batik merupakan salah satu aset budaya bangsa Indonesia yang sangat membanggakan dan perlu kita lestarikan. Siapa yang tidak kenal dengan pakaian yang satu ini. Bahkan dalam setiap acara penting, pakaian batik sudah menjadi pakaian resmi dan bergengsi. Bukan cuma rakyat kalangan rakyat jelata yang biasa mengenakannya, bahkan petinggi negara termasuk Presiden Republik Indonesia juga sering memakainya.

Sejarah batik tidak terlepas dari kebudayaan Jawa. Sejak dulu para perempuan Jawa menjadikan keterampilan membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pekerjaan membatik pada masa itu merupakan salah satu pekerjaan eksklusif perempuan Jawa. Namun sejak ditemukannya teknologi dengan menggunakan cap atau dikenal dengan sebutan “Batik Cap”, pekerjaan membatik tidak lagi di dominasi kaum perempuan, kaum laki-laki juga terjun membatik.

Kini, kita harus bangga karena batik Indonesia sudah masuk dalam representatif budaya tak benda warisan manusia UNESCO. Sejak didaftarkan ke UNESCO pada 3 September 2008, baru diterima secara resmi oleh badan dunia tersebut pada 9 Januari 2009. Setelah dilakukan pengujian secara tertutup oleh para ahli di Paris pada 11-14 Mei 2009. Akhirnya UNESCO mengukuhkan batik sebagai warisan budaya Indonesia. Jadi batik bukan milik China atau Malaysia yang sempat mengklaimnya. Mungkin hal ini karena dilihat dari nilai-nilai historis, filosofis, dan aspek-aspek religius yang melatarbelakangi pembuatan batik tersebut.

Belajar Membatik di Rumah Gambar “Tepas”

Dalam rangka ikut melestarikan batik sebagai budaya leluhur bangsa, sejak 5 tahun yang lalu para pelajar kelas X SMAN 5 Cimahi sudah mulai belajar membatik. Pelajaran membatik di SMAN 5 Cimahi ini dipelopori oleh Drs. Dedi Supriyadi, seorang guru Bidang Studi Seni. Lulusan Fakultas Senirupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung ini memang dikenal sebagai guru yang kreatif dan inovatif.

Kalau selama ini para siswa SMAN 5 Cimahi belajar di sekolah, maka sekarang Dedi melakukan terobosan dengan mengajak siswanya untuk belajar membatik di luar sekolah, yaitu di Ruang Gambar “TEPAS”, milik pelukis kondang asal Cimahi, Bahar Malaka. Acara yang berlokasi di Gang Bajaj No.2, Rt.01 Rw.18, Kecamatan Cimahi Utara ini dimulai pada Kamis, 18 September 2015, tepat pukul 14.00 WIB. Tujuan belajar di tempat ini, selain karena suasananya nyaman, juga agar siswa lebih fokus belajar dan mendapatkan apresiasi tentang kehidupan berkesenian dari para pelaku seni secara langsung serta bisa melihat karya para pelukis yang terpajang di sini.

[caption id="attachment_360514" align="aligncenter" width="525" caption="Drs. Dedi Supriyadi, Guru Seni dan Budaya SMAN 5 Cimahi (Sumber foto: J. Haryadi)"]

14112518761039156180
14112518761039156180
[/caption]

[caption id="attachment_360516" align="aligncenter" width="560" caption="Drs. Dedi Supriyadi tengah memberikan pengarahan kepada siswa SMAN 5 Cimahi tentang proses membatik (Sumber foto: J.Haryadi)"]

1411252009541723028
1411252009541723028
[/caption]

Belajar membatik banyak sekali manfaatnya bagi siswa. Disamping menanamkan cinta terhadap budaya sendiri, membatik juga bisa melatih kesabaran, menjalin hubungan sosial, disiplin, ketelitian dan mengungkapkan ekspresi jiwa,” ujar Dedi “Oded” Supriyadi yang pernah menjadi juara lomba karikatur di kampusnya semasa masih menjadi mahasiswa UPI Bandung itu.

Pada kesempatan tersebut, Agus Hamdani sebagai ketua Forum Pelukis Cimahi (FORKIS) memberikan sambutannya. Pengajar guru gambar di beberapa sekolah TK, SD dan Sanggar Melukis ini menyambut baik kegiatan yang dilakukan siswa SMAN 5 Cimahi. Bahkan Agus memberikan kesempatan kepada para siswa tersebut yang berminat mendalami seni lukis untuk bergabung menjadi anggota FORKIS.

[caption id="attachment_360517" align="aligncenter" width="560" caption="Agus Hamdani, Ketua Forum Pelukis Cimahi (FORKIS). (Sumber foto: J.Haryadi)"]

14112524781746675785
14112524781746675785
[/caption]

Sementara itu, Bahar Malaka selaku pemilik Rumah Gambar “Tepas” mengatakan bahwa siswa yang sedang mempelajari kesenian, tidak harus kelak menjadi seorang seniman seperti dirinya. Namun setidaknya dengan belajar seni, para siswa bisa lebih mencintai hasil budaya bangsanya sendiri, seperti halnya batik. Siapa tahu juga ada diantara siswa yang tertarik menggeluti seni membatik, sehingga ketika sudah dewasa dan menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia, bisa ikut menyebarkan ilmu membatik di tempatnya tinggal dan motifnya bisa menyesuaikan dengan adat dan budaya setempat.

[caption id="attachment_360520" align="aligncenter" width="560" caption="Bahar Malaka, Owner Ruang Gambar Tepas yang Juga Sekjen FORKIS (Sumber foto: J.Haryadi)"]

14112528031194797942
14112528031194797942
[/caption]

Belajar Membatik Ternyata menyenangkan

Sebelum praktek membatik, para siswa diberi pengetahuan dasar membatik oleh guru mereka, Drs. Dedi Supriyadi. Mantan lulusan tercepat Angkatan 1990 Jurusan Seni Rupa UPI Bandung ini menjelaskan beberapa tahapan proses membatik dan perlengkapan apa saja yang harus dipersiapkan. Para siswa tampak antusias dan serius mendengarkan penjelasan guru mereka yang ramah dan menyenangkan ini.

Setelah mempersiapkan bahan membatik, para siswa langsung terjun praktek dibawah bimbingan Dedi. Mantan guru SMAN 1 Pandeglang (1991-2000) ini begitu cekatan memberikan arahan kepada seluruh siswa yang berjumlah 40 orang. Mereka menyebar duduk di teras rumah Pelukis Bahar Malaka yang juga sebagai sekretariat Forum Pelukis Cimahi (FORKIS).

[caption id="attachment_360521" align="aligncenter" width="560" caption="Adni Adinda Putri, salah seorang siswa kelas X Kimia 3 SMAN 5 Cimahi (Sumber foto: J.Haryadi)"]

141125300146756648
141125300146756648
[/caption]

Adni Adinda  Putri, salah seorang siswa kelas X Kimia 3 SMAN 5 Cimahi yang ikut hari kedua pelatihan membatik mengaku senang belajar di tempat ini. Gadis berjilbab ini mengatakan, “Kegiatan ini sangat menarik sehingga Saya jadi tahu cara membatik itu seperti apa,  juga menguji kesabaran dan ketelitian. Saya ingin terus belajar membatik supaya generasi muda seperti saya bisa lebih kenal akan budaya bangsa kita.”

Cara Membuat Batik Tulis:

Menurut Dedi, sebelum praktek membuat batik tulis, para siswa harus menyiapkan berbagai perlengkapannya seperti:

·Kain mori (bisa terbuat dari sutra atau katun)

·Canting untuk di pakai sebagai pembentuk motif

·Gawangan (tempat untuk menyampirkan kain)

·Malam (lilin khusus untuk batik yang bisa dicairkan)

·Panci dan kompor kecil untuk memanaskan

·Larutan pewarna

·Kompor

·Minyak tanah

·Wajan


Adapun langkah-langkah proses membuat batik tulis adalah sebagai berikut:

1.Mendesain batik diatas kertas gambar.

2.Memindahkan desain dari kertas gambar ke kain mori dengan cara di ciplak menggunakan pensil.

3.Pemalam, yaitu memberi sentuhan lilin cair ke atas kain dengan mengikuti alur motif yang sudah dibuat.

4.Melakukan pewarnaan dengan 2 cara, yaitu cara pertama di celup ke dalam cat. Bagian kain yang tidak akan di beri warna, ditutup dengan lilin, sedangkan bagian yang akan di beri warna, dibuka (sistem tutup buka). Cara kedua adalah di oles menggunakan kuas, seperti melukis biasa.

5.Pelorotan, yaitu menghilangkan malam dengan cara di rebus dalam air panas di campur dengan soda as (sejenis sabun atau deterjen).

[caption id="attachment_360522" align="aligncenter" width="490" caption="Drs. Dedi Supriyadi sedang mengawasi siswanya belajar membatik (Sumber foto: J.Haryadi)"]

14112531661291307581
14112531661291307581
[/caption]

[caption id="attachment_360523" align="aligncenter" width="700" caption="Siswa SMAN 5 Cimahi sedang belajar membatik (Sumber foto:J.Haryadi)"]

141125331830708119
141125331830708119
[/caption]

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun