Ramadan, dompet kita kayaknya lebih sering berteriak minta ampun karena kita jadi lebih konsumtif. Yah, meskipun bulan ini seharusnya tentang berhemat dan beribadah, tapi kok ya, entah kenapa, malah jadi ajang belanja besar-besaran.Â
Kenapa sih di bulanCoba kita ulik bareng-bareng, ya. Nanti kalo ada yang nggak setuju, komen aja.
1. Faktor "Karena Bisa"
Pertama-tama, kita mesti ngakui, di bulan puasa, sering ada bonus atau THR yang bikin dompet kita tiba-tiba menggendut. Dengan duit ekstra di tangan, rasanya kayak punya power untuk beli ini itu. THR seringkali dilihat sebagai 'uang ekstra' yang bisa digunakan untuk memenuhi keinginan yang sebelumnya ditunda.
Nah, karena ada uang lebih, kita jadi tergoda untuk belanja lebih banyak.
2. Tawaran Promosi yang Menggoda
Selama Ramadan, promo dan diskon berseliweran di mana-mana, dari online sampai offline. Siapa sih yang bisa nolak?
Iklan-iklan ini dirancang untuk membuat kita merasa rugi kalau nggak memanfaatkannya. Kalo diliat dari kacamata marketing; promosi selama Ramadan sangat efektif karena menargetkan emosi pembeli, sehingga membuat orang-orang merasa mendapatkan lebih banyak nilai dari pembelian mereka.
3. Tradisi Lebaran
Tradisi Lebaran yang identik dengan pakaian baru, makanan spesial, dan hampers untuk sanak saudara dan teman-teman; juga bikin pengeluaran membengkak.
Lebaran tanpa baju baru atau kue kering spesial rasanya kurang lengkap. Tradisi ini, walau indah, bisa mendorong konsumsi berlebihan jika tidak dikontrol.