Mohon tunggu...
Juman Rofarif
Juman Rofarif Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hanya Juman Rofarif

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Iblis Ingin Bertobat

2 Agustus 2011   07:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:10 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Jika manusia mengalami ketidaktetapan iman: saat suatu ketika ia merasa begitu dekat dengan Tuhan dan pada saat yang lain secara tak sadar ia mengabaikan-Nya, maka iblis pernah lelah dengan pembangkangannya kepada Tuhan. Ia merasa perlu menyudahi permusuhan dengan-Nya. Ia ingin bertobat.

Niat tersebut iblis utarakan kepada Musa, berharap Musa mau membantu. Iblis tahu, hanya Musa yang bisa bercakap-cakap secara langsung dengan Tuhan, seperti yang pernah Musa lakukan saat ia meminta Tuhan menampakkan diri, tapi Tuhan menolak: bukan karena Ia tak mau atau tak mampu, melainkan karena diri-Nya terlalu perkasa untuk dilihat mata manusia.

“Musa, tolong sampaikan kepada Tuhan niatku ini,” kata iblis, meminta. “Kautahu aku hanya makhluk-Nya yang berlumur dosa dan aku tahu kau makhluk pilihan-Nya.” Musa menyanggupi. Ia segera mendaki sebuah gunung untuk menemui Tuhan. Hasilnya, Tuhan bersedia menerima tobat iblis dengan satu syarat.

“Dia harus bersujud kepada kuburan Adam,” kata Tuhan.

Musa kemudian kembali kepada iblis dengan membawa pesan tersebut.

“Bersujud kepada kuburan Adam?!” jawab iblis dengan marah. Ia mungkin bisa berdamai dengan Tuhan, namun agaknya sulit akur dengan Adam. Kita tahu, saat masih di surga, iblis menolak perintah Tuhan untuk bersujud kepada Adam, hanya karena makhluk dari golongan manusia itu terbuat dari tanah yang bagi iblis tak lebih baik daripada api, unsur penciptaan dirinya. Pembangkangan yang menyebabkan iblis terusir dari surga dengan cap makhluk terkutuk.

“Dulu, saat Adam hidup saja aku tak pernah sudi bersujud kepadanya! Apalagi sekarang saat ia telah mati! Apalagi kepada kuburannya!”

Kisah israiliyyat (kisah yang bersumber dari Bani Israil) di atas saya sadur dari Ihya Ulum al-Din fi al-Qarn al-Wahid wa al-‘Isyrin karya Dr. Sa’ad al-Hakim, sebuah buku yang meringkas karya besar Imam al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din.

Apa yang sesungguhnya Tuhan minta dari iblis? Ini: iblis menaklukkan musuh-musuh dalam dirinya sendiri—bangga diri, tinggi hati, dan dengki. Namun, iblis gagal. Justru musuh-musuh itu yang menguasai dirinya. Iblis terbelenggu kebencian yang menahannya bersimpuh di hadirat Tuhan.

Saya kira, itu juga tentang kita, manusia. Menghadap Tuhan bukan untuk mencari ketenangan, justru seseorang harus dalam suasana batin dan pikiran yang tenang sebelum menghadap Tuhan.

Lalu, kita (jika Anda berkenan saya wakili) bisa membaca gejala: jika zikir kita tak berfungsi seperti yang difirmankan: Ingatlah, hanya dengan berzikir kepada Tuhan hati akan merasa damai(al-Ra‘d: 28); jika shalat kita tak berpengaruh seperti yang dijanjikan: Kerjakanlah shalat. Sebab, ia dapat mencegah diri dari kekejian dan kemungkaran (al-‘Ankabut: 45); jika puasa kita sebatas ritual menahan lapar dan minum tanpa bernilai apa-apa … barangkali karena sesungguhnya semata tubuh yang berzikir, yang mengerjakan shalat, yang berpuasa, sementara batin dan pikiran terpenjara oleh pembangkangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun