Mohon tunggu...
Jumaiyatus Sholihah
Jumaiyatus Sholihah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

20 Desember 2023   10:41 Diperbarui: 20 Desember 2023   10:57 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak-anak yang tumbuh dan berkembang dengan berbagai perbedaan dengan anak-anak pada umumnya. Penggunaan istilah anak berkebutuhan khusus tidak dimaksudkan pada sebutan untuk anak penyangdang cacat, melainkan mengacu pada layanan khusus yang dibutuhkan untuk menjalani aktivitas sehari-hari dengan baik.

Anak berkebutuhan khusus mempunyai kelainan atau penyimpangan dari rata-rata kondisi anak pada umumnya dalam hal fisik, mental maupun karakteristik perilaku sosialnya sehingga tentu akan mengalami berbagai masalah yang berhubungan dengan kekhususannya, oleh karena itu diperlukan adanya pemberian layanan pendidikan, latihan dan bimbingan serta adanya pemahaman bagi orang tua dan guru terkait dengan kebutuhan dan potensi anak agar dapat berkembang secara optimal sesuai kekhususannya.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah ABK di Indonesia mencapai 1,6 juta jiwa (2017) dengan 18% sudah mendapatkan layanan Pendidikan dan 82% masih belum bisa mendapatkan layanan Pendidikan. Dari 18% ABK yang sudah mendapatkan layanan Pendidikan, 115 ribu ABK bersekolah di SLB dan 299 ribu ABK bersekolah inklusi.

Berikut beberapa model layanan Pendidikan bagi ABK yang ada di Indonesia:

  • Model Segresi

Layanan terhadap ABK yang dapat dijumpai secara umum dan mudah dalam masyarakat yang memberikan kesempatan pendidikan bagi ABK sama seperti anak-anak lainnya. Dalam pelaksanannya, pendidikan ini dapat diartikan sebagai SLB khusus untuk anak ABK dengan kategori tertentu, contohnya SLB khusus tuna netra, SLB khusus autis, sekolah khusus untuk anak berbakat dan sekolah khusus lainnya. Dengan keadaan yang demikian, anak tidak akan minder dan merasa dirinya kurang sehingga anak akan dapat beradaptasi lebih mudah dan menjalani aktivitasnya dengan lebih leluasa. Disamping beberapa keunggulan diatas, pembelajaran ABK dengan model ini justru seakan menciptakan dunia baru bagi mereka dikarenakan anak ABK tidak dapat beradaptasi dengan dunia luar sehingga jarak bersosialisasi mereka terbatas pada lingkungan tersebut.

  • Model Kelas Khusus

Tidak sedikit orang tua ABK yang memilih sekolah umum sebagai tempat anak mereka mendapatkan Pendidikan sehingga anak ABK mendapatkan layanan yang sama dengan siswa lainnya sehingga anak ABK kurang mendapatkan layanan yang mereka butuhkan sesuai dengan kekhususan mereka, mendapatkan perlakuan yang buruk dari teman maupun guru dan sulit mendapatkan pemahaman Pelajaran karena tidak sesuai kemampuannya. Untuk mengatasi masalah diatas, maka terciptalah kelas khusus disekolah umum yang memberikan layanan Pendidikan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan kekhusussan dari anak ABK. Selain itu, sekolah juga harus memberikan pengertian kepada siswa, guru dan tenaga kerja untuk menghargai keberadaan siswa yang memiliki kekhususan sehingga siswa ABK tidak mendapatkan perlakukan yang kurang baik diluar jam kelas khusus.

  • Model Guru Kunjung

Model Pendidikan ini ditujukan untuk dapat memberika layanan Pendidikan yang layak kepada seluruh siswa termasuk yang berada didaerah yang sulit dijangkau. Dalam model pendididkan ini, guru/konselor ditugaskan untuk memberikan layanan Pendidikan dengan mengunjungi rumah-rumah yang sulit dijangkau dan tidak memiliki fasilitas untuk menjangkau guru/konselor untuk mendapatkan layanan Pendidikan. Keadaan transportasi, keadaan alam, kesadaran orang tua untuk turut andil dan factor lainnya dapat menjadi penghambat dalam peemberian layanan Pendidikan dengan model ini.

  • Sekolah Terpadu

Pada hakikatnya sekolah dengan model seperti ini adalah seperti sekolah pada umumnya namun sekolah ini menerima ABK sebagai siswanya sehingga tidak perlu khawatir akan terjadinya perlakuan ataupun permasalahan yang tidak baik kepada ABK, kalaupun terjadi hal tersebut kemungkinannya sangat kecil. Dalam pelaksanaannya, sekolah ini memerlukan guru yang memiliki kemampuan lebih dari biasanya karena sistem Pendidikan dengan model ini guru memberikan pendampingan kepada ABK yang membutuhkan bantuan untuk melaksankan aktivitasnya. Selain itu, siswa ABK juga akan mendapatkan konselor pribadi atau konselor akan menangani 2-3 siswa dalam sekolah sehingga dapat memberikan perhatian lebih.

  • Sekolah Inklusi

Sekolah inklusi dengan sekolah terpadu terlihat sama apabila dilihat secara kasat mata. Sekolah inklusi memang memiliki sedikit persamaan dengan sekolah terpadu, namun sekolah inklusi memang didesain untuk siswa dengan segala jenis anak usia sekolah. Dari segi fasilitas sekolah, sekolah ini memiliki fasilitas yang dapat dijangkau oleh siswa-siswa ABK seperti tolet, laboratorium, ruang kelas dan lainnya. Melalui Pendidikan model ini diharapkan siswa ABK dapat melaksanakan aktivitasnya tampa merasa dia memiliki kekurangan tetapi siswa ABK justru mendapatkan motivasi karena mereka dihargai, bisa merasakan pergaulan dan pembelajaran seperti anak lainnya serta mendapatkan terapi secara tidak langsung terhadap keberlangsungan psikisnya. Disamping keunggulan diatas, model Pendidikan ini memiliki kekurangan seperti dibutuhkannya tenaga pendidik yang lebih banyak dan persiapan yang teliti dan rumit. Sekolah model ini tidak hanya menyediakan guru mata Pelajaran dan guru bk saja, melainkan juga guru pendamping, psikolog, dokter, konselor serta kebutuhan dan fasilitas yang memadai dan dapat dijangkau siswa ABK.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun