Mohon tunggu...
Lyfe

Pemimpin Korupsi? Bagaimana Peran Pemuda?

2 Februari 2018   22:32 Diperbarui: 2 Februari 2018   22:44 1422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering kita mendengar dan melihat opini yang beredar di masyarakat tentang pemimpin korup, akan tetapi kenapa masih bisa memegang tahta kepemimpinan? Pemimpin yang baik adalah ia yang bisa bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi di daerahnya, ia bisa menyelesaikan masalah yang ada di daerahnya dan jika dia tidak bisa menyelesaikannya atau menunda-nunda untuk menyelesaikan permasalahan tersebut maka bagaimana nasib daerah tersebut dan bagaimana pandangan daerah lain terhadap daerah tersebut. 

Pemimpin yang baik itu bukan hanya di lihat dari nilai akademisnya saja, akan tetapi moral dan tanggung jawabnya yang harus dilihat. Percuma gelar doktor apabila moralnya buruk, percuma kuliah jauh-jauh apabila ia tidak bisa bertanggung jawab terhadap permasalahan yang ada didaerah tersebut. Apa gunanya nilai akademis yang baik jika tidak dibarengi dengan nilai-nilai moral yang baik juga.

Izinkan penulis mengutip perkataan  dari Soe Hok Gie, beliau adalah Aktivis Indonesia Tionghoa tahun 1942-1969 yang penulis ambil dari jagokata.com "makin redup idealisme dan heroisme pemuda, makin banyak korupsi." Korupsi yang terjadi saat ini sangat jelas mencerminkan bagaimana pemuda berperan, dan bagaimana seharusnya pemuda berperan ?

Mengutip perkataan Seto Mulyadi, beliau adalah Psikolog anak dan pembawa acara televisi dari indonesia 1951 yang penulis ambil dari jagokata.com "ini kekeliruan dunia pendidikan kita, yang menganggap mata pelajaran sains lebih penting, dan mendiskriminasi budi pekerti. Akibatnya banyak anak cerdas yang justru terjerumus dalam narkoba, seks bebas, tawuran, dan korupsi ketika dewasa." 

Pemuda pada saat ini sangat di butuhkan karena pengaruh kehadiran pemuda dalam menganalisis prilaku pemimpin saat ini sangat membantu mengeluarkan bangsa ini dari tangan-tangan kotor pejabat korup. Jika bukan pemuda yang berperan lalu siapa lagi ?

Sudah sewajibnya bangsa ini di jadikan tugas penting persoalan korupsi yang sangat merugikan negara, bukan hanya negara akan tetapi nasib masyarakat yang ada didalamnya yang selalu di mobilisasi pemerintah yang ujung-ujungnya merugikan masyarakat itu sendiri. Hilangnya kemampuan pemuda dalam mengeluarkan suaranya yang seharusnya mereka sebagai penyambung lidah-lidah rakyat akan menjadikan negara ini atau bangsa ini sangat rentan dalam penurunan baik itu berupa moral masyarakat maupun nilai-nilai materil.

 Lalu bagaimana dan apa yang harus dilakukan jika p

Sering kita mendengar dan melihat opini yang beredar di masyarakat tentang pemimpin korup, akan tetapi kenapa masih bisa memegang tahta kepemimpinan? Pemimpin yang baik adalah ia yang bisa bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi di daerahnya, ia bisa menyelesaikan masalah yang ada di daerahnya dan jika dia tidak bisa menyelesaikannya atau menunda-nunda untuk menyelesaikan permasalahan tersebut maka bagaimana nasib daerah tersebut dan bagaimana pandangan daerah lain terhadap daerah tersebut. 

Pemimpin yang baik itu bukan hanya di lihat dari nilai akademisnya saja, akan tetapi moral dan tanggung jawabnya yang harus dilihat. Percuma gelar doktor apabila moralnya buruk, percuma kuliah jauh-jauh apabila ia tidak bisa bertanggung jawab terhadap permasalahan yang ada didaerah tersebut. Apa gunanya nilai akademis yang baik jika tidak dibarengi dengan nilai-nilai moral yang baik juga.

Izinkan penulis mengutip perkataan  dari Soe Hok Gie, beliau adalah Aktivis Indonesia Tionghoa tahun 1942-1969 yang penulis ambil dari jagokata.com "makin redup idealisme dan heroisme pemuda, makin banyak korupsi." Korupsi yang terjadi saat ini sangat jelas mencerminkan bagaimana pemuda berperan, dan bagaimana seharusnya pemuda berperan ?

Mengutip perkataan Seto Mulyadi, beliau adalah Psikolog anak dan pembawa acara televisi dari indonesia 1951 yang penulis ambil dari jagokata.com "ini kekeliruan dunia pendidikan kita, yang menganggap mata pelajaran sains lebih penting, dan mendiskriminasi budi pekerti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun