Saat ini, baik di Indonesia maupun lebih dari 200 negara di dunia dilanda pandemi yang amat serius. BMKG telah menyatakan akan bencana non-alam ini yang secara keseluruhan telah menekan pertumbuhan ekonomi domestik.
Pandemi CoViD-19 mempengaruhi segala sendi-sendi kehidupan manusia. Di Indonesia, sejak new normal diberlakukan dan beberapa destinasi dan tempat-tempat umum lainnya mulai dibuka justru memperparah keadaan dengan korban yang terpapar CoViD-19 semakin berjatuhan.Â
Padahal tidak demikian harapannya. Dengan dibukanya tempat-tempat umum, diharapkan setidaknya dapat membantu menstabilkan keadaan di Indonesia terutama perekonomian.Â
Keluhan dari para pekerja yang mengaku tidak dapat memenuhi kehidupan dengan terus berkurung diri di rumah menjadi sebab Pemerintah Indonesia akhirnya mencari jalan yang nantinya dapat menyeimbangi sendi kehidupan yang dipengaruhi oleh hadirnya pendemi ini.
Kita semua tentunya mengharapkan pendemi ini segera berakhir. Namun untuk waktu yang belum dapat diprediksi tersebut, menuntut semua pihak lebih jeli dalam menentukan jalan dan lebih produktif dalam mengatur keuangan (finance).Â
Keadaan ini diperparah dengan anggapan beberapa kalangan masyarakat yang takut dan terlihat tidak menaruh kepercayaan kepada kinerja Pemerintah. Indonesia mengeluarkan anggaran triliun rupiah dalam membantu kestabilan ekonomi antarmasyarakat.
Pandemi COVID-19 yang meluas ke seluruh dunia menekan perekonomian global, termasuk Indonesia. Bank Indonesia atau Bank Central Negara Indonesia menyatakan dalam laporan keuangannya bahwa "Ekonomi global diprakirakan kontraksi, sementara pertumbuhan ekonomi domestik diprakirakan melambat".
Meskipun ini hanya perkiraan, perlulah kita lebih memproduktifkan kinerja keuangan kita. Salah satunya adalah dengan tidak menimbun barang-barang atau bahan sembako yang akan mengakibatkan kelangkaan. Kembali lagi pada peran bernegara, bahwa negara tidak akan ada tanpa pemerintah dan pemerintah membutuhkan rakyat dalam tatanannya untuk menjalankan sistem-sistemnya.
Dalam masa pendemi ini, memiliki kemungkinan jangka panjang atau pendeknya kelangsungan kehidupan kita yang harus terus dibatasi dengan acuan protokol kesehatan cepat tangkap CoViD-19. Melihat hal ini, setiap masyarakat harus lebih memproduktifkan diri dan menjaga keuangan dengan membelanjakan sesuai kebutuhan. Bayangkan jika rentetan orang sengaja meledakkan belanjaannya untuk disimpan sebagai persediaan kebutuhan dimasa pendemi ini yang diimingi-imingi akan berlangsung lama.
Hal tersebut tidaklah perlu. Sebab tentu akan ada kalangan masyarakat yang juga butuh tidak mendapatkan barang atau kebutuhan yang dicari. Hal ini akan menimbulkan ketimpangan kebutuhan dalam penimbunan kekayaan tersebut.Â
Untuk menyeimbangi ketimpangan tersebut, mestinya kita belajar untuk lebih produktif menata finansial supaya lebih aman dan terjaga. Dengan menata finansial kita, maka akan berdampak pada sistem keuangan negara, baik secara mikro dan makro.Â