Mohon tunggu...
Jumadi
Jumadi Mohon Tunggu... -

https://m.facebook.com/jumadiabdu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pak Jokowi, Kami Tidak Butuh Jalan!

24 Oktober 2017   16:53 Diperbarui: 24 Oktober 2017   17:52 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Sebelumnya saya ucapkan terimakasih kepada pemerintah dan orang-orang yang terlibat  dalam pembangunan jalan Kuala Beukah sehingga kalau saya ke kota Peureulak dengan sepeda hanya butuh waktu tiga puluh menit. Jalan tersebut sudah lama rusak tetapi baru sekarang diperbaiki padahal jalan tersebut dilalui oleh masyarakat dari tiga desa dan dilewati oleh guru-guru yang mengajar pada tiga sekolah. Dua SD dan satu SMP.

Jadi apakah kami butuh jalan tersebut diaspal? Jawabanya tentu saja TIDAK terlalu butuh, karena untuk apa jalan diaspal jika hanya kendaraan yang berisi orang saja yang hanya melewati jalan tersebut, kalaupun jalan tersebut tidak diaspal masih bisa juga kendaraan lewat walaupun hanya dengan kecepatan lambat. Dengan diaspalnya jalan tersebut apakah perekonomian masyarakat akan berkembang?? Tentu saja tidak, karena tidak ada hasil bumi atau laut yang akan bertambah dengan diaspalnya jalan tersebut. Lebih baik anggaran pengaspalan jalan tersebut digunakan untuk membangun lapangan pekerjaan karena masih banyak pemuda dari tiga desa tersebut yang menjadi pengangguran. Sehingga dengan adanya pengangguran menimbulkan beberapa efek negatif di dalam masyarakat.


Berbicara tentang pengangguran masyarakat di desa Paya Lipah kecamatan Peureulak Kota kabupaten Aceh Timur sudah lebih sepuluh tahun kehilangan mata pencaharian semenjak abrasi muara pantai, yang menyebabkan muara (kuala) dangkal sehingga nelayan susah untuk melaut dan pada akhirnya satu per satu masyarakat khususnya para pemuda memilih untuk merantau, baik yang merantau keluar daerah maupun ke Malaysia.


Walaupun 10 tahun yang lalu sudah dibangun jetty,  tetapi tetap saja nelayan tidak bisa melaut dikarenakan muara dangkal karna panjang jetty cuma 200 m. Jika setelah jetty dibangun tetapi tidak bisa mengatasi masalah lebih baik dari dulu jetty tersebut tidak dibangun karna hanya menimbulkan harapan palsu. Masih teringat di benak saya harapan para nelayan yang ingin lancar melaut ketika jetty tersebut sedang dibangun, tetapi setelah dibangun tetap saja nelayan tidak bisa melaut. 

Jika setelah jetty dibangun tetapi tidak bisa mengatasi masalah lebih baik dulu jetty tersebut tidak dibangun dan anggaran tersebut diberikan kepada pemuda sebagai modal usaha, kemungkinan besar pemuda tersebut bisa jadi pengusaha, karena desa kami memiliki Sumber Daya Alam (SDA) Yang sangat besar seperti sawah yang menghasilkan padi, sungai yang menghasilkan beberapa ikan, tambak yang menghasilkan ikan bandeng dan udang vannamei dan laut yang akan menghasilkan berbagai macam ikan, udang, cumi-cumi, dll, jika saja muara tidak dangkal.

Bayangkan jika anggaran tersebut diberikan kepada lima pemuda maka sekarang sudah ada lima pengusaha di desa Paya Lipah Peureulak. Banyangkan jika lima pengusaha tersebut mempunyai minimal sepuluh pekerja sekarang pasti tidak ada lagi pengangguran di desa Paya Lipah Peureulak. Bayangkan dengan hanya memberikan modal kepada pemuda saja bisa mengurangi pengangguran satu desa, apalagi pemerintah mau membantu membangun jetty, memberikan bantuan perahu dan peralatan melaut yang canggih, berapa banyak pengangguran akan berkurang.

Jadi yang KAMI BUTUH saat ini  adalah cuma penambahan JETTY 30 METER lagi supaya kami bisa melaut.
#Membangun dari desa
#Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia. (Ir.Soekarno)
Bagi yang membaca tulisan ini mohon bantu komen, vote dan bagikan tulisan ini supaya sampai kepada Bapak Presiden Joko Widodo, Ibu Susi Pudjiastuti Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan pejabat lain yang berwenang..
Terimakasih...





Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun