Mohon tunggu...
Julius Valenza
Julius Valenza Mohon Tunggu... -

Hanya pembaca, belum terlatih menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Tulisan Malam (1): Sedikit Cerita dari Sepakbola Profesional Jepang

18 Januari 2012   17:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:43 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Urawa Reds Diamond sendiri menjadi jawara AFC Champions League pada tahun 2007, disusul Gamba Osaka pada tahun 2008. Keuksesan personal bagi tim yang berlaga di J-League.

Lalu bagaimana dengan kompetisi Jepang yang sudah ada sebelum J-League dibentuk? Nah, kisahnya akan saya bahas pada topik selanjutnya.

Liga Amatir Jepang (Japan Soccer League)

JSL pada dasarnya adalah kompetisi sepakbola tertinggi di Jepang sebelum J-league ada. Ketika J-league muncul, JSL berubah menjadi kompetisi amatir dan tingkatannya tentu lebih rendah dari J-league yg profesional. Apakah JSL malu dan sirik akan kemunculan J-league? Tentu saja tidak.

JSL merupakan kompetisi yg berisi seluruh klub sepakbola di Jepang yang belum dan tidak mau menjadi profesional. Sekalipun amatir, JSL tetap dijalankan dgn tegas dan taat aturan, serta memiliki peran yg penting bagi persepakbolaan nasional Jepang. JSL merupakan tempat pematangan klub-klub yang belum profesional sampai nanti saatnya klub-klub itu siap menjadi profesional, sekaligus penyuplai klub bagi kompetisi profesional (J-league). Selain itu, JSL juga tempat bagi para pemain amatir di Jepang, sehingga dapat dijadikan tempat pencarian bakat bagi klub-klub J-league. JSL sadar akan perannya, yaitu mematangkan klub-klub yg belum mampu profesional untuk terus berkompetisi sampai suatu saat nanti seluruhnya mampu profesional dan Jepang memiliki banyak klub profesional (secara tidak langsung semakin banyak pilihan pemain untuk timnas). Jepang sendiri saat ini baru memiliki 38 klub profesional, 18 di J-League 1 dan 20 di J-League 2.

Peran ini harusnya dilihat oleh liga lain selain yg diakui profesional oleh PSSI. Peran ini tidak mudah dan menurut saya tetap membanggakan. Harus ada yg mengambil peran ini di Indonesia. Hanya saja, PSSI juga harus lebih serius lagi membenahi kompetisi profesionalnya. Masih banyak kekurangan di sana sini untuk lantas dapat disebut profesional. Meskipun demikian, kompetisi yg dijalankan PSSI sudah berada di jalur yg benar dan lebih "profesional" secara keuangan dan administrasi dibanding kompetisi yg lama.

Profesionalisme liga di Jepang juga tidak hanya dipengaruhi oleh dukungan JFA yg bervisi dan JSL yg setia. Kompetisi usia muda yg bagus dan teratur turut mendukung persepakbolaan Jepang. Saya membayangkan di masa depan akan ada Indonesia interhigh macam di Jepang sana. Setiap SMA di Indonesia bertarung dalam format turnamen menjadi juara propinsi, lalu tiap juara propinsi bertarung untuk menjadi juara nasional. Kompetisi ada 2, semester genap dan ganjil.. Hehe..

Penutup

Sekian tulisan dari penulis. Maaf bila ada salah kata. Semoga malam ini sedikit terhibur sebelum el classico.

Maju terus sepakbola Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun