Mohon tunggu...
Pino Ginting
Pino Ginting Mohon Tunggu... -

ma iting bre tigan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Balai/Jambur atau Losd bagi Suku Karo

5 Januari 2014   19:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:07 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1388926032868393350

Sebenarnya saya kurang tau pasti sejak kapan Loos dan jambur ini mulai bermunculan, karena hampir disemua kabupaten, kecamatan Tanah Karo bahkan di ibukota propinsi Sumatera Utara memiliki setidaknya satu Loos atau Jambur, namun menurut dugaan saya Loos atau jambur ini mulai ada semenjak masyarakat Karo mulai bertani, terutama semenjak hasil panen Tanah Karo meledak, sehingga diperlukannya sebuah bangunan untuk menampung hasil panen dan juga mengadakan syukuran atas keberhasilan panenen tersebut.

Pasar di Deli Serdang berbentuk Jambur Beschrijving/Description: Batak pasarloods te Arnhèmia, Deli, Sumatra Collectie: KITLV Maker/Artist: Feilberg, K. Datum/Date: 1925 Jambur dan Loos adalah sebuah bangunan yang cukup luas yang banyak digunakan oleh masyarakat Karo sekarang ini untuk acara pesta, baik itu pernikahan maupun perpulungan terlebih pesta Panen(Merdang merdem). Pada zaman dulu sebelum adanya dua bangunan ini acara pernikahan maupun acara pesta lainnya diadakan di tanah lapang atau lapangan, tapi dengan sejalannya waktu para pendahulu kita mulai menyadari betapa pentingnya memiliki suatu bangunan yang permanen untuk mengandakan acara-acara penting agar acara tersebut dapat berlangsung dengan teratur dan baik

Namun yang paling penting adalah, dengan adanya bangunan ini acara pesta pernikahan atau perpulungan dan pesta panen dapat dialaksanakan tanpa perlu mengeluarkan biaya besar dengan menyewa tenda atau alat-alat masak. Dengan adanya Loos dan juga Jambur ini makin membuat perayaan pesta panen atau acara pesta lainya dan perpulungan lebih teratur dan juga lebih terpusat.

Oleh karena itu mari kita lestarikan dan rawat Loos dan jambur yang sekarang ada, dan mari kita lestarikan karena ini merupakan peninggalan budaya dari nenek moyang kita. Terima kasih para Pendahulu Kalak Karo (Bulang-bulang Kalak Karo) atas warisan budaya yang sangat luar biasa ini. (//Kutaraya0405).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun