Tengoklah Mall di seluruh pelosok Jakarta, reddish, merah rah rah …, membara dimana-mana. Lengkap dengan pohon angpauw, jeruk keberuntungan dan tak lupa kue keranjangannya. Ini di Hongkong, atau di Jakarta yaa ?
Bahkan pada saat sayamenuliskan inipun, di depan rumah ada barongsai sedang beraksi, dumbreng.. dumbreng dan anak –anak tetangga kumpul menonton…
Istri saya “nyeletuk”, apakah ini tidak kebablasan namanya ? , Bagaimanakalau lalu mereka yang merayakan Imlek jadi luntur ke Indonesiaannya, katanya…
Tahu-tahu, kami sudah terlibat diskusi serius, karena pada akhirnya kami sepakat bahwa sebenarnyafenomena Imlek justru menunjukan bahwa kearifan budaya bangsa kita sudah lebih dewasa, jauuuh melampaui kematangan berpolitik yang mewarnai kehidupan berbangsa kita akhir-akhir ini.
Dari sisi budaya, kita sudah mampu menghormati perbedaan, tanpa harus takut akan kehilangan identitas budaya pribadi masing-masing, memberi space terhormat bagi ekspresi kegembiraan mereka yang ber Imlek dengan baju merah, kue mangkok merah dan kue kranjang yang legit ( dan jadi sarapan saya pagi ini). Meriah, menggembirakan dan ternyata toh kita tidak kehilangan apa-apa ketika menghormati perbedaan.
Kapan ya para politisi yang hebat-hebat itu mau belajar dari fenomena budaya ini ?, Bahwa menghormati perbedaan adalah pertanda kedewasaan dan ukuran kedewasaan diri yang utama adalah justru ketika kita sejenak berhenti memikirkan kepentingan pribadi dan focus pada kepentingan yang lebih besar.Hai para politikus, mari nonton barongsai dan makan kue keranjang, sambil menghayati kearifan budaya bangsa kita !!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H