Mohon tunggu...
Julius Cesar Hassan
Julius Cesar Hassan Mohon Tunggu... profesional -

Highrise Building Architect from TU Berlin - Germany and Master in Development Management, from Asian Institute of Management, Manila - Phillippines. Married to Rieny Hutami AF, Father of three Children, Moslem, and I like very Much Reading, Travelling and Lecturing, Working as Consultant For People Skills Development by Consulting, Training In Door, as well as Out Door Activities. I am interested in Politics mainly analyzing the phenomenas of this current situation.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Century: Korupsi, Penyalahgunaan Kekuasaan, atau Dosa Bersama?

5 Januari 2010   16:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:37 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada abad ke 17 di Meksiko, salah seorang penyair besar dinegeri itu, Sor Juana Ines de la Cruz, bertanya : Siapa yang paling bersalah dalam Dosa bersama ?, Si Perempuan yang menjual Dosa, atau si lelaki yang membeli Dosa ?.... Penyair itu bermaksud menyingkapkan kemunafikan para lelaki yang mempermasalahkan moral perempuan yang di jadikannya pasangan sesaat . Di bahagian Dunia, tempat dimana para pendosa berlindung di balik kekayaan dan kekuasaan. Mari kita mengambil pelajaran dari ucapan sang penyair itu, untuk menjawab masalah - masalah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara saat ini. Korupsi perlu dua pihak, pihak yang memberi suap dan pihak yang menerima suap. Apa yang kita lihat di Negara tercinta ini, akhir - akhir ini yang diperiksa dan akhirnya juga yg dikenakan hukuman, hanya sepihak yaitu yang dituduh menerima ( Bibit & Chandra), sementara yang memberi suap seperti anggodo, tetap masih leluasa kehidupannya......, ini cuma sebuah contoh saja ...., Perkembangan terakhir dari kasus bank Century adalah, berita tentang "penjelasan" dari Menteri Keuangan Sri Mulyani yang selama ini belum pernah ada. Penjelasan tersebut disiarkan oleh Metro TV, dalam satu wawancara eksklusif. Berikut ini kutipannya : Menteri Keuangan Sri menilai pertanggung-jawaban kebijakan dana talangan untuk Bank Century tidak dapat dituntut secara individual. Selanjutnya menurut Sri Mulyani Mulyani yang sapaan akrabnya kerap dipanggil mbak ani, proses lahirnya kebijakan itu harus dilihat dalam konteks pemerintahan. Jadi apapun yang telah menjadi keputusan pemerintah, maka dia akan menjadi tanggung jawab pemerintahan sebagai Tim. Suatu kebijakan atau keputusan ditingkat nasional, walaupun hal tersebut datang dari salah satu Menteri nya, dapat menjadi "prestasi" pemerintah dan juga sebaliknya dapat juga menjadi "kegagalan" pemerintah, jika kebijakan atau keputusan itu kurang tepat.... yang perlu diamati adalah, akhir - akhir ini, kenapa metro tv berubah atau setidaknya kenapa metro tv tidak seperti biasanya ?, apakah karena banyaknya iklan siluman tanpa muka yang telah menggelontor mereka ?, kebetulan atau memang sudah satu paket tampaknya, selama mbak ani tampil, iklan siluman tanpa muka yang berkedok organisasi "peduli" muncul sebagia jeda penampilan mbak ani dan mbak kania. Rumors terkait kasus bank century yang disorot banyak media, pejabat yang terkait dengan kasus itu kerap mendekat ke media khususnya televisi yang menjangkau banyak rakyat dengan cuma-cuma. mendekatnya mereka tidak hanya agar menjadi nara sumber berdebat dengan nara sumber lainnya, tetapi juga kerap bersedia membayar harga untuk penampilan dan pembelaannya. tidak sungkan, mereka juga menelepon para petinggi media agar ditampung suaranya seseuai kehendaknya. untuk upaya-upaya ini kalau ternyata benar, sudah terbalik logika dan etika dalam jurnalistik tampaknya. Setiap hak warga negara, meski di jamin oleh undang - undang, dapat dilanggar oleh pemimpin yang tidak kompeten dan korup. Tetapi perlindungan dan pemulihan hak warga negara jauh lebih mudah diwujudkan di negara yang memiliki pers bebas, yang bebas menyingkapkan tindak korupsi para pemimpin dan memicu perdebatan mengenai kemampuan para pemimpin bersangkutan, dalam hal ini kita baru saja mendapat pelajaran dari kasus Bibit & Chandra serta kasus Prita dengan perjuangan koinnya... Memberantas Korupsi bukanlah tujuan akhir. Memberantas Korupsi adalah perjuangan melawan perilaku culas dalam pemerintahan, dan merupakan bagian dari tujuan yang lebih luas, yakni menciptakan pemerintahan yang lebih efektif, adil dan efisien...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun