Ketika berbicara tentang politik tentu banyak orang akan berpendapat bahwa politik itu kotor, menjijikan, dan lain sebagainya. Walaupun sebenarnya apa yang mereka pandang sebagai hal yang kotor tidak benar-benar kotor. Namun sikap skeptis ini muncul bukan tanpa sebab, melainkan karena berdasarkan sejarah politik di negara kita yang memang memiliki rekam jejak yang kurang baik.Â
Sikap pesimis dan skeptis masyarakat terhadap politik yang seharusnya menjadi jalan menuju kesejahteraan malah menjadi tempat pemenuhan kepentingan bagi segelintir orang. Hal ini semakin diperparah dengan cara segelintir orang tersebut dalam memperoleh kekuasan, seperti mengorbankan orang lain demi keuntungan pribadi atau kelompok. Ada banyak contoh korban dari politik kotor yang dijalankan oleh oknum-oknum yang memang licik dalam memperoleh kekuasaan. Misalnya saja kasus penistaan agama oleh ahok (www.merdeka.com), kasus rasis oleh edy mulyadi (sindonews.com), dan kasus ferdy sambo adalah contoh-contoh orang yang menjadi korban dari kekuasaan elite politik di Indonesia.
Keadaan seperti ini membuat citra politik di negara kita semakin buruk. Selain citra politik yang makin buruk, sikap pesimis serta skeptis dari masyarakat membuat kondisi perpolitikan di negara kita semakin parah keadaannya. Permasalahan ini seakan membenarkan pernyataan dari Xunzi seorang filsuf asal cina yang mengatakan bahwa kodrat manusia pada dasarnya adalah buruk.Â
Pernyataan yang bertentangan dengan pernyataan Mencius yang juga sealiran dengannya. Jika xunzi memandang kodrat manusia sebagai sesuatu yang pada dasarnya buruk. Maka Mencius memiliki pendapat yang berkebalikan dengan xunzi. Mencius memiliki pendapat yang lebih positif dan optimis tentang kodrat manusia bahwasanya kodrat manusia adalah baik. Namun kenyataannya kelakuan manusia di zaman ini terkesan membenarkan pendapat dari Xunzi tentang buruknya kodrat manusia, terutama dalam hal kekuasaan atau politik. Politik atau kekuasaan yang seharusnya dipegang oleh manusia unggul (junzi) belakangan ini telah diambil alih oleh manusia rendah (xiao ren).
Akibatnya ketidakadilan terjadi dimana-mana, Â kejahatan merajalela, dan moralitas rakyat semakin menurun dari generasi ke generasi. Keadaan kacau ini terjadi karena ketidakmampuan xiao ren dalam memimpin suatu negara. Kelemahan dalam memimpin negara membuat semua keputusan yang diambil hanya berdasarkan suka dan tidak suka. Lebih dari itu, kebijakan yang tidak didasarkan pada kebijaksanaan (zhi), rasa kemanusiaan (ren), serta kebenaran (yi) membuat tatanan masyarakat di suatu negara melupakan tatakrama (li) dan keyakinan pada segala sesuatu yang benar (xhin). Itulah yang menyebabkan negara Indonesia masih saja menjadi negara yang terbelakang.
Keadaan negara Indonesia yang dipimpin oleh manusia rendah (xiao ren), dan  politik yang cenderung mengorbankan manusia unggul (junzi). Menjadi alasan munculnya skeptisisme masyarakat terhadap pemerintah negara. Akan tetapi ditengah keadaan yang  kacau balau dan sikap skeptis masyarakat terhadap pemimpin,  politik pengorbanan mulai dipandang sebagai suatu opsi yang membawa kita pada pembebasan. Hal ini tampak dalam tulisan-tulisan yang tersaji di dalam berbagai risalah tentang politik pengorbanan.Â
Para penulis tersebut mulai memandang politik pengorbanan secara filosofis maupun teologis  sebagai salah satu jalan membawa kesejahteraan hidup bersama. Yang mungkin saja sebenarnya tidak ada, namun terkadang dalam menilai sesuatu yang kita anggap jelek dan buruk. Kita hanya perlu mengganti kacamata yang kita gunakan untuk melihat permasalahan tersebut.
Oleh karena itu, politik pengorbanan harus dipandang sebagai jalan pembebasan. Dengan memandang politik pengorbanan sebagai jalan pembebasan. Masyarakat diajak untuk melangkah keluar dari sikap  skeptisnya dengan berbagai macam cara seperti upacara kenegaraan dan lain-lain. Dengan latihan keluar dari sikap skeptis tersebut lingkaran setan manusia rendah atau xiao ren dapat dihentikan. Dan pada akhirinya negara ini pun dapat dipimpin oleh manusia unggul yang sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H