Tidak mudah bagi seorang laki-laki ketika mengetahui bahwa tunangan ataupun isterinya ternyata telah hamil tanpa sepengetahuannya. Pergulatan batin inilah yang dirasakan oleh Yusuf suami maria. bagaimana tidak, disatu sisi ia mencintai Maria tunangannya sementara disatu sisi ia tidak dapat menerima perbuatan Maria yang hamil diluar pernikahan. Keadaan ini begitu membuat Yusuf bimbang akan tetapi ia juga tidak tega menghukum maria dengan menceraikannya secara terang-terangan karena itu, ia memilih  untuk menceraikannya diam-diam akan tetapi saat mempertimbangkan hal inilah kemuliaan Allah dinyatakan di hadapan yusuf. Malaikat Tuhan datang dan memberi tahu bahwa anak yang dikandung maria anak Allah. Perkataan malaikat inilah yang menghapus kebimbangan yusuf terhadap maria dan akhirnya mereka pun menjadi pasang yang hingga kini kita kenal sebagai keluarga kudus dari nasaret.
Seandainya saja santo Yusuf tidak memiliki ketulusan hati untuk menerima keadaan bunda Maria. Dan menceraikannya secara terang-terangan sudah pasti karya keselamatan Allh tidak akan pernah terjadi. Akan tetapi yusuf malah melakukan yang sebaliknya hingga karya keselamatan Allah pun dapat terjadi. Kita pun seharusnya belajar dari santo Yusuf dalam hal ketulusan hati dan menerima kekurangan orang lain, kita seharusnya malu mengaku sebagai orang kristiani namun tidak memiliki kerendahan hati untuk mau mengampuni orang yang telah berbuat salah terhadap kita. Dari santo Yusuf, kita diajarkan  bahwa ketulusan dan cinta akan penerimaan dapat membawa sesuatu yang sangat membahagiakan dalam hidup di dunia ini dan  pada akhirnya keluarga kita pun dapat menjadi serupa dengan keluarga kudus dari Nasaret.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H