Rumah betang adalah sebuah rumah adat khas Kalimantan yang dimiliki oleh suku Dayak. Rumah betang sendiri dibuat oleh masyarakat Dayak untuk kepentingan ritual-ritual adat. Dahulu rumah betang digunakan oleh masyarakat suku Dayak sebagai rumah kediaman bersama supaya tidak mudah dikalahkan musuh. Suku Dayak yang mendiami rumah betang sendiri terdiri dari beberapa kepala keluarga yang dipimpin oleh satu kepala suku. Semua suku Dayak, terkecuali suku Dayak punan yang hidup mengembara, pada mulanya berdiam dalam kebersamaan hidup secara komunal di rumah betang.
Kebersamaan dalam hidup komunal ini nampak dari penugasan harian yang dibagi ke setiap orang yang tinggal di rumah betang tersebut. misalnya para lelaki suku Dayak tersebut bertugas berburu dan para Wanita bertugas mencari bahan makan serta memasak. Setelah itu, mereka akan bersama-sama menyantap masakan yang telah disiapkan oleh para Wanita suku Dayak tersebut.
Selain memiliki penugasan harian, suku Dayak yang tinggal mempunyai aturan-aturan yang harus ditaati setiap penghuninya. Dengan menaati aturan-aturan atau hukum adat diharapkan setiap penghuninya dapat menjaga keutuhan dan kebersamaan, dalam hubungan komunal sebagai satu suku.
Rumah betang sendiri dapat dipandang sebagai interpretasi dari bonum commune suku Dayak.Â
Hal ini disebabkan oleh aspek-aspek yang harus dihidupi memiliki nilai kebaikan bersama. Kebaikan bersama ini sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat suku Dayak. Maka dari itu, sebisa mungkin mereka selalu menghindari konflik diantara sesama mereka maupun pendatang. Tujuan bersama dalam menghidupi nilai-nilai yang terkandung dalam hukum adat inilah yang mengikat mereka sebagai masyarakat Dayak.
Bonum commune yang terdapat di dalam kehidupan sehari-hari suku Dayak di rumah betang memang tidak terlalu nampak. Namun apabila dilihat secara mendalam serta direnungkan maka nilai filosofis bonum commune dari rumah betang akan sangat nyata.Â
Kebersamaan mereka sebagai satu suku sangat nyata, hal ini tampak dari keinginan mereka yang mau membuang sikap egois dan memilih tinggal bersama di rumah betang. kehidupan mereka di rumah betang, ternyata kehidupan masyarakat Dayak pada dasarnya memang selalu berkaitan dengan bonum commune atau kebaikan bersama.Â
Misalnya saja mereka bergotong royong membantu sesamanya yang sedang membakar lahan untuk dijadikan ladang. Selain itu, mereka juga lebih memilih menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada dengan sistem kekeluargaan.
Kehidupan suku Dayak yang selalu mementingkan kebaikan bersama memang patut untuk dipuji. Apalagi dalam hubungannya dengan suku pendatang di tanah Kalimantan.Â
Pada dasarnya suku Dayak memiliki sikap yang ramah kepada siapa saja tanpa memandang suku, ras, maupun agama. Karakteristik ini muncul karena suku Dayak pada dasarnya sudah biasa hidup di dalam kebersamaan di rumah betang.Â