Mohon tunggu...
julio purba kencana
julio purba kencana Mohon Tunggu... Lainnya - Hanya orang di persimpangan kiri jalan

kunjungi website pribadi penulis di fenestrapost.com website ini berisi tulisan-tulisan tentang anti radikalisme

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

"Kesupant" sebagai Etika Suku Dayak Keninjal, Kebahant, Randok dan Linoh

28 Agustus 2022   12:20 Diperbarui: 28 Agustus 2022   13:28 1165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (foto:kompas.com)

Suku Dayak merupakan suku pribumi yang mendiami tanah borneo atau Kalimantan. Suku Dayak sendiri terdiri dari 300 sub suku yang ada, dengan bahasa dan kebudayaan yang berbeda-beda disetiap daerahnya. Selain mempunyai ragam bahasa dan budaya, suku dayak juga mempunyai hukum adat sebagai aturan pergaulan hidup sehari-hari.

Hukum adat tersebut juga memiliki perbedaan di setiap daerahnya. Namun di beberapa suku dayak yang masih memiliki rumpun bahasa yang sama terkadang hukum yang digunakan juga hukum yang sama. 

Salah satu contohnya adalah kesupant atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai etika. Kesupant atau etika ini digunakan oleh beberapa suku Dayak yang masih memiliki rumpun bahasa yang sama antara lain Dayak keninjal, kebahant, randok, dan linoh. 

Kesupant sendiri memiliki beberapa tingkatan dalam penerapan dan penegakannya. Misalnya pencemaran nama baik yang dilakukan oleh salah satu anggota suku ke salah satu anggota suku lain dapat dikenai hukum kesupant.

Kesupant sebagai salah satu etika dari suku Dayak juga memiliki nilai filosofi tersendiri di dalam kehidupan. Yang mana dengan menerapkan hukum kesupant diharapkan anggota suku dapat hidup damai bersama dengan anggota suku lain dengan saling menghargai satu sama lain. kesupant sendiri terkadang juga diartikan sebagai sebuah etika yang mendidik moral para pelakunya. 

Dengan begitu pandangan yang memandang suku Dayak sebagai suku yang tidak beradab tidak dapat dibenarkan. Hal ini nampak dalam pergaulan hidup sehari-hari yang sudah memiliki etika yang dikenal sebagai kesupant. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun