Menurut Anda, fungsi helm pelindung kepala saat berkendara itu apa? Dan standard helm seperti apa yang Anda terapkan? Lalu model yang bagaimana yang Anda inginkan, atau paling tidak saat ini seperti apa helm yang sudah Anda kenakan?
Mungkin bagi Anda “penghuni” pulau seribu villa ini sudah bukan pemandangan langka, manakala helm yang seharusnya menjadi perlengkapan berkendara- roda dua justru tidak dikenakan saat dimana pengendara dan pembonceng sedang berbalut pakaian adat/sembahyang ke pura. Saya tidak penasaran siapa atau komunitas apa yang memulai langkah untuk tidak mengenakan helm saat berkendara –roda dua ini akhirnya seperti mem-budaya,jadi trend setter. Pun akhirnya menular ke pengendara-pembonceng yang mengenakan pakaian yang mencerminkan ke-Islami-annya. Jadi yang memakai peci,kupluk maupun tidak,dan kaum perempuannya yang memakai jilbab/hijab, sudah banyak yang tidak lagi mengenakan helm pelindung kepala saat berkendara di jalan raya.
Awalnya saya mencoba mengira-ira (bahasa Indonesianya yang benar apa ya?) alasan masing-masing orang tersebut untuk tidak mengenakan helm. Untuk kaum perempuan Bali, dulunya kalau ke pura masih repot dengan sanggul model lama untuk ke pura. Seperti ibu-ibu atau perempuan jawa dulu yang menyanggul rambutnya manakala menggunakan baju adat jawa. Jadi akan repot&sulit mengenakan helm pelindung kepala saat berkendara. Dulu banget nenek moyang belum banyak bahkan tidak punya kendaraan bermotor roda dua. Jadi maklum saja.
Namun, saat ini seiring dengan gaya sanggul modern dan sudah jarang yang menyanggul rambutnya dengan gaya besar&tinggi kecuali untuk keperluan formal. Lalu, dalam balutan baju adat/sembahyang rambut indah tergeraI atau sudah mengenakan jilbab dan penutup kepala lainnya mengapa helm pelindung kepala diabaikan? Alasan jarak dekat? Kalau jarak yang ditempuh jauh?
Apakah helm hanya dipakai sebagai aksesoris? Karena justru lucunya, banyak anak muda di Denpasar, saking sayangnya dengan helm mahalnya,masuk ke mall masih mengenakan helm. Untuk urusan ini, mungkin saya akan berlaku sama. Tapi mungkin (dengan garis bawah).Bayangkan seandainya helm seharga 400-2juta dicuri dari parkiran? Iya kalau mall memberi fasilitas penitipan helm, kalau tidak. Jadi ya..diajak shopping saja, sekalian bisa dipakai pengganti tas. (ide konyol).
Suatu saat saya mengurung kan niat saya untuk menumpang teman yang pulang searah dengan saya,karena tidak membawa helm extra. Dia menyarankan untuk mengenakan kerudung selendang agar terlihat seperti memakai jilbab. Karena di kota ini-Denpasar- polisi tidak akan mempermasalahkan pengendara maupun pembonceng yang hanya berbalut sehelai selendang untuk penutup kepala.
Saya menolak,dengan alasan kenyamanan&demi melindungi kepala saya dari resiko. Teman saya malah menceramahi saya panjang lebar, bahwa selama ini tergolong aman-aman saja.Jarang, bahkan sekali lagi menurut isi ceramah panjangnya itu, dia tidak pernah melihat,mendengar atau mengetahui ada orang kecelakaan saat mengenakan baju untuk sembahyang atau baju adat. Karena percaya Tuhan pasti melindungi saat umat-Nya menuju/telah menjalani ibadah. Hmmm…speechless saya kalau sudah bawa-bawa nama-Nya.
Saya tetap pada pilihan saya. Tetap setiap mengenakan helm pelindung saat berkendara roda dua, meski saat beribadah tidak ada pakaian khusus. Helm pelindung/pengaman adalah upaya pencegahan terhadap resiko-resiko yang kemungkinan terjadi saat berkendara di jalan raya.
Bahkan menurut saya, helm sangat penting untuk pengendara kecil yang sudah duduk sendiri.Karena sering pula saya melihat orangtua yang membocengkan anaknya (kadang 2-3 orang) tanpa helm pengaman.
Dan saya yakin orang-orang dibalik karya helm, semua pasti sudah dengan pertimbangan matang sesuai kebutuhan,tekhnologi &perkembangan jaman. Pencipta-pencipta karya itu orang-orang pintar&peduli. Jadi,saya menghargainya. Salah satunya ya, setia&PD mengenakannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H