Mohon tunggu...
Julie Chou
Julie Chou Mohon Tunggu... Jurnalis - short strory author

aku adalah apa yang kamu baca, yang kamu kira, yang kamu suka, juga yang tidak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Serpihan Tujuh Ribu

24 Mei 2016   23:37 Diperbarui: 24 Mei 2016   23:43 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
awan hati infounik.org

“Apa perlu dijawab? Perasaan tiap ketemu aku selalu nanya gitu.”

“Justru itu, karena kamu nggak mau jawab, jadi aku nanya terus.”

Erel memelankan laju motornya, aku kira dia mau memberi jawaban yang serius tentang pertanyaan yang selalu aku ulang. Pertanyaan yang selalu memenuhi kepalaku setiap dia ada di dekatku.

“Eh, Lin, nasi goreng yang barusan kelewat baunya sedap ya!? Kamu lapar ngga? Kita putar balik, yuk!”

Gubraak! Kelakuan dia yang seperti itu yang terkadang membuatku jengkel, tetapi selalu berhasil membuat rasa sedih di hatiku hilang, meski baru beberapa menit yang lalu aku bertengkar hebat dengan Tyo.

***

“Jadi, kenapa kamu selalu baik sama aku?” tanyaku lagi, sambil meniup-niup nasi goreng yang masih panas.

“Ssst... kalau lagi makan dilarang ngomong.” Erel menempelkan telunjuknya di bibir. Lalu mengikutiku meniup-niup nasi goreng di sendoknya.

Dia hanya memesan satu porsi nasi goreng untuk kita berdua, bukan karena tanggal tua, tetapi dia memang tidak begitu suka makan nasi. Saat dia sedang ingin makan pecel, maka dia akan memesan setengah porsi nasi saja, lauk dan sayurnya akan minta dobel. Saat dia makan di restoran ayam Amerika, maka dia akan memesan ayamnya saja, tanpa nasi.

“Sudah selesai makan, sekarang ayo jawab kenapa kamu selalu baik sama aku?” tanyaku lagi setelah memasukkan suapan terakhir ke dalam mulutku.

“Kamu itu kok lucu sih, dibantuin malah nanya ‘kenapa kamu baik sama aku?’, saat ada yang jahatin, nanya lagi ‘kenapa kamu jahat sama aku? Salahku apa?’. Pertanyaan-pertanyaan itu malah bikin kamu ribet sendiri, Evelin.” Erel mengacak-acak rambutku dan tersenyum

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun