[caption caption="fotofc"][/caption]
Oleh : Julie Chou/24
13 Maret 2016
Dear Diary, kita bertemu lagi setelah hampir sebulan aku tak menyentuhmu. Maaf, aku sedang sibuk sekali. Hari ini aku menemuimu lagi, duduklah di samping kisah-kisahku.
Pagi ini ketika aku melakukan rutinitas bongkar laci dan lemari, tiba-tiba seekor kucing berdiri di depan pintu, dia menggigit anaknya di antara geliginya. Entah bagaimana dia bisa sampai sini, aku hampir lupa, bahwa aku tidak membuat pintu. Sebab itu kucing itu bisa leluasa masuk, dan Sandra bisa seenaknya pergi, tanpa pernah mau kembali.
Kucing itu tidak mengeong, tetapi dari tatapan matanya aku tahu dia mencari perlindungan. Aku teringat tentangmya, apa saat dia meninggalkan negeri puisi juga karena menginginkan perlindungan? Tetapi perlindungan dari apa dan siapa? Aku bahkan sama sekali tidak pernah membuatnya meneteskan air mata.
Aku memberi makan kucing itu, dengan hati-hati dia menurunkan anaknya tidak jauh darinya. Dia melahap makanannya, tetapi matanya tetap berjaga. Naluri seorang ibu, bahkan hewan juga memilikinya. Kucing itu dan anaknya, membuatku teringat pada sepotong percakapan dengannya pada suatu pagi.
“Aku ingin memiliki bayi.”
“Bayi hanya akan merepotkanmu.”
“Seorang bayi membuatku merasa hidup dan terlahir kembali. Suara mereka, tangis mereka, sangat menggemaskan, Mar.”
“Kita bisa adopsi.”
Percakapan saat itu berakhir pada kata “adopsi” dan dia yang tetap berdiri memandang jendela. Aku tidak melihat benar bagaimana perubahan yang terjadi padanya, karena dia berdiri memunggungiku, bisa saja saat itu dia sedang meneteskan air mata. Sekarang semuanya hampir jelas, kata kuncinya adalah “bayi”, jawaban yang selama ini aku cari-cari, alasan dia meninggalkanku adalah “bayi”.