Mohon tunggu...
Julie Chou
Julie Chou Mohon Tunggu... Jurnalis - short strory author

aku adalah apa yang kamu baca, yang kamu kira, yang kamu suka, juga yang tidak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[My Diary] Mandul

13 April 2016   22:20 Diperbarui: 13 April 2016   22:43 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Padahal aku jauh lebih baik dari Bismanya, aku tidak pernah membagi waktu, perhatian, isi hati, juga apa pun dengan yang lain. Aku bangunkan dia negeri puisi, dimana ia bisa tinggal, ia bisa hidup meskipun aku tahu ada bagian darinya yang mati. Aku hanya ingin Sandraku hidup, tertawa bahagia, maka aku lakukan segalanya, kecuali satu hal, bayi.

Dia seperti bola kristal yang selalu aku pastikan aman, aku letakkan ia di tempat tinggi yang tak pernah terjangkau laki-laki. Sebelum Bisma mengendap-endap memasuki negeri puisi kami. Mata Bisma tertuju pada bola kristal itu, berusaha menggapai, harusnya tidak mungkin tercapai, kalau bukan Sandra yang menjatuhkan diri, menjatuhkan hati.

Padahal ia juga tahu, betapa mengerikannya makhluk bernama laki-laki. Ia hanya merasa takut disalahkan dari setiap air yang jatuh dari mata perempuan. Ia takut dipanggil ayah dari bayi yang tak sengaja terlahir dari rahim tempat mereka menyemai. Ia melukai, membunuh, lari, menuduh, apa pun itu hanya untuk menjaga reputasi

Sebab itu aku mencari keberadaan Bisma, aku ingin menyelamatkan Sandra. Meskipun aku hanya serupa tumpukan berita yang ia singkirkan dari meja. Ia takut lelakinya akan mengetahui kisahnya denganku, lalu mengusirnya, lalu ia bingung ketika bayinya mulai tumbuh dan menanyakan bapaknya. Maka dia pergi, membuangku serupa ular yang mengganti kulitnya. Ia tinggalkan begitu saja, ia lupa kulitnya pernah melindunginya dari perih, dari terik, dari luka, pernah menempel dan ia bawa lekat, dekat.

Aku tak percaya Sandra bisa melakukan itu, mungkin Sandra juga tak akan percaya Amaranya bisa menjadi perempuan yang lebih cantik darinya. Perempuan yang memikat dewanya, mengacak hidup yang ia atur sedemikian rupa, seperti dia mengacak janjinya sendiri. Ia tak akan percaya ketika Amaranya tahan tidur dengan laki-laki, seperti aku yang tidak pernah bisa percaya Sandra tahan hidup dengan lelaki ini.

Sekarang aku kembali, bukan sebagai Gandari yang menjanjikan seratus bayi. Tetapi sebagai Srikandi yang menjadi penyebab kematian Bismanya. Menjadi berita utama yang ingin juga tidak ingin ia cari, menjadi bagian yang ingin ia lupakan juga ingin ia temukan. Nanti, ketika suatu hari ia menemukan lelakinya terlelap di sampingku, ia juga pasti akan menemukan tiga judul catatan dalam folder yang aku beri nama hati.

***

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun