Sebagai seorang pekerja kreatif yang bertanggung jawab terhadap sebuah brand yang dipasarkan di Indonesia dan khususnya Jakarta, pastilah aku harus wara-wiri hampir setiap hari ke seluruh pelosok Jakarta. Tapi aku memiliki masalah dalam pemilihan kendaraan umum. Masalahnya, sejak kecil aku memang penakut. Takut naik angkot, apalagi bis besar. Dan memang sejak memasuki bangku SMP sampai akhirnya bekerja aku lebih sering diantarjemput ayahku atau naik becak dayung (di Medan) dibandingkan naik angkot.
Tetapi, menetap di Jakarta artinya harus berani menghadapi kerasnya jalanan saat berangkat kerja. Meski lokasi kantor terlihat dekat, tapi kota Jakarta sangat luas dan besar. Apalagi untuk aku yang harus mengunjungi beberapa mall untuk mengecek display produk atau seminggu sekali mengunjungi Kementerian Kesehatan di daerah kuningan untuk proses registrasi produk. Terus terang saja, jarak rumahku dengan kantor saja tidak dekat untuk ukuran pendatang dari kota semacam Medan, dibutuhkan waktu 20 menit dengan ojek dan apalagi naik angkot mungkin bisa 1 jam 30 menit karena angkot biasanya ngetem dahulu sebelum benar-benar penuh.
Urusan berangkat dan pulang kerja sudah tidak menjadi masalah bagiku, sejak memilih transportasi ojeg berlangganan otomatis aku memang sudah mengenal tukang ojegnya. Kekhawatiran yang masih ada hanyalah saat di jalan. Tetapi saat aku harus keluar kantor dan mengunjungi beberapa tempat untuk meeting, kunjungan toko ataupun registrasi produk, aku sama sekali tidak memilih transportasi ojeg. Alasannya adalah, jarak yang jauh membuat aku sering sakit terpapar angin di atas sepeda motor. Lebih tak berani lagi memilih transportasi angkot atau biskota. Rasanya aku tak kuat melihat tumpukan manusia berdesakan di dalam Kopaja atau Metro Mini belum lagi harus mengejar-ngejar bis untuk naik dan harus buru-buru saat turun.Sangat membahayakan jiwa. Belum lagi dengan copet dan bahaya lainnya
Syukurnya, dari perusahaan tempatku bekerja memang telah disediakan budget untuk biaya transportasi dengan taksi. Maka kesana kemarilah aku dengan taksi. Sejauh ini sih rasanya cukup aman untuk beberapa brand taksi yang memang sudah memiliki reputasi yang baik di ibukota.
Tapi beberapa waktu belakangan, ternyata ada pemberitaan tentang kasus hipnotis yang dilakukan oleh seorang supir taksi yang memang sering sekali aku gunakan jasanya. Korban yang merupakan penumpang mengaku telah dihipnotis oleh sang supir dan dilecehkan. Aku jadi setengah percaya dengan pemberitaan ini sebab berdasarkan pengalamanku naik taksi sejauh ini justru brand yang disebut-sebut itu adalah brand yang paling unggul kualitasnya.
Kemarin sore, saat usai menemui seorang klien aku mampir di kafe Jambodroe di Galeri Nasional Indonesia bersama beberapa teman blogger. Di sana ada bincang seru dengan bapak Drs Arief Nurcahyo, MA yang merupakan ketua Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (APSIFOR). Topik pembahasannya pas banget dengan apa yang menggantung dalam pikiranku. Tentang tips berkendara yang aman khususnya bagi perempuan dan informasi seputar kejahatan hipnotis.
Mulanya pak Arief menjelaskan tentang definisi dari hipnotis sendiri. Hipnotis sebenarnya adalah hypnotherapy yang merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan menguasai kesadaran orang lain. Biasanya orang-orang yang dapat dipengaruhi kesadarannya adalah orang-orang yang memang tidak siap menghadapi tekanan atau stressor yang menghampiri mereka.
Kejahatan yang terjadi di kendaraan umum termasuk taksi sebenarnya terjadi karena tidak siapnya seorang korban dalam merencanakan sebuah perjalanan. Contohnya, ketika kita ingin melakukan perjalanan dengan kendaraan umum kopaja, siapkanlah diri kita mulai dari pakaian sebagai penampilan, barang bawaan, dan sikap.
Penampilan yang mencolok dengan banyak menggunakan perhiasan atau menggunakan pakaian yang terbuka tentu mengundang perhatian pelaku kejahatan. Tak hanya dirampok atau dicopet, bahkan pemerkosaan pun bisa terjadi pada korban. Barang bawaan pun harus disesuaikan, misalnya tas yang kita bawa usahakan bentuknya simple dan tidak menghabiskan tempat, jikapun harus membawa barang-barang yang besar, letakkan dompet dan telepon genggam pada tempat yang sulit dijangkau pelaku kejahatan, sediakan terlebih dahulu ongkos untuk naik kendaraan.
Demikian pula saat kita naik taksi, saat mulai naik taksi sampai dengan turun usahakanlah sikap kita wajar, bila supir mengajak ngobrol untuk mengisi waktu, buatlah kondisi untuk tetap sebagai penumpang dan supir. Tidak perlu membangun keakraban berlebihan untuk mencegah terjadinya perubahan relasi antara penumpang dan supir. Naik taksi juga bukan berarti kita bebas menggunakan pakaian terbuka yang mengundang perhatian supir.
Menurut pak Arief, kejadian hipnotis yang dialami oleh penumpang taksi yang merasa dihipnotis itu ada kejanggalan. Sebab korban ingat betul dengan rute perjalanan dan apa saja yang telah terjadi pada dirinya. Jadi mungkin saja yang terjadi adalah, sang penumpang membuka percakapan yang terlalu akrab sehingga terjadi perubahan relasi di antara mereka tak hanya sebagai penumpang dan supir namun meningkat dalam bentuk hubungan lainnya. Dan mungkin pula saat itu penumpang sedang dalam tekanan atas masalah lainnya sehingga tanpa sadar ia telah melakukan perbuatan yang akhirnya mempermalukan dirinya sendiri.
Poinnya adalah saat kita ingin naik kendaraan umum, kita harus mempersiapkan diri untuk terus awas dan tenang. Ada baiknya perencanaan sudah kita persiapkan sebelumnya. Bila naik taksi, pesanlah melalui telepon atau dengan aplikasi lain yang sudah disediakan oleh perusahaan taksi tersebut. Dengan ini, pesanan kita akan tercatat. Bila kita berada di tengah jalan dan tak bisa memesan melalui telepon, usahakan untuk menyetop taksi di halte atau tempat terbuka. Kalau sudah berada di dalam taksi jangan lupa mencatat identitas pengemudi dan nomor taksi tersebut, bila perlu sms atau twit nomor taksi ke teman-teman atau keluarga.Jagalah sikap selama perjalanan dan jangan lupa berdoa. Insya Allah perjalanan kita pun akan lancar dan tiba dengan selamat.
Jadi aku tak perlu takutlah untuk tetap naik taksi langgananku itu :D.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H