Â
Saya kerap kali merayakan peningkatan kesadaran masyarakat akan perencanaan finansial utamanya Milenial. Senang rasanya melihat teman sebaya sudah mencoba berinvestasi meskipun beberapa diantaranya bahkan belum memiliki penghasilan tetap.
Terkadang saya sampai berekspektasi "berlebihan" akan masa depan keuangan masyarakat melihat kemajuan kesadaran finansialnya.Â
Ah...lebay ya Kompasianer ?
Fenomena melek investasi juga diikuti dengan tumbuhnya beragam financial planner. Misalnya Jouska, yang begitu populer di kalangan anak muda. Terlepas dari proses hukum yang sedang berjalan, Saya mengapresiasi bagaimana Jouska mengemas informasi seputar finansial dengan kekinian, sehingga berhasil membuat Milenial jatuh cinta dengan investasi.
Kendati demikian, terkuaknya kasus Jouska baru-baru ini menjadi sebuah tamparan keras. Saya baru memahami poin penting bahwa kesadaran finansial anak muda, tidak serta merta diikuti dengan pengetahuan yang mumpuni sebagai bekal berinvestasi.
Beberapa keluh kesah teman-teman sering saya dengar kala diskusi di warung kopi...
"Nabung lama, coba main saham tapi setiap lihat perkembangannya bikin susah tidur cuy"
"Kalau dipikir-pikir investasi deposito untungnya kecil, kapan gue bisa kaya?"
"Gue punya duit 20 juta, saran dong bro enaknya investasi apa ya?"
Dari sana dapat ditarik kesimpulan, investasi berkembang menjadi sebuah tren yang digandrungi anak muda. Investasi berubah menjadi status, kalau tidak investasi maka kurang gaul. Begitulah kira-kira gambarannya. Sehingga, kemungkinan besar investasi yang dipilih juga ikut-ikutan pasar, tanpa benar-benar melakukan pertimbangan matang.