Apa yang ada dalam pikiran kita saat mendengar kata 6 tahun…? Lama, sebentar atau relatif..Hm..bagiku 6 tahun adalah waktu yang sedang berjalan. Baru saja, seperti kemarin sore..Ya, 6 tahun kini usia perkawinanku. Masih panjang perjalanan yang akan ditempuh. Ini baru awal perjalanan, belum apa-apa.
Semalam, suamiku tersayang merasa tidak enak badan. Lalu minta aku untuk memijat dan aku menawarkan pula untuk kerokin. Ok, si dia setuju. Jadilah jari jemariku ini lincah memijat dan mengerok punggungnya. Merah, saudara-saudara..dan tak ada pijat plus kali ini, adanya pijet plus kerok aja, bukan plus yang lain-lain. Lagi sakit..hihi..
“Kalau sakit begini, terasa banget fungsi seorang isteri..,”kata sang suami.
Waduh, apa selama ini aku tidak berfungsi..gawat..hehe..becanda kok, emang begitu gayanya. Istilahnya, saat sakit begini, seorang suami menuntut perhatian lebih, lebih banyak dari perhatian biasanya. Jadi terkadang, perhatian-perhatian yang kemarin tidak begitu terasa karena sudah biasa. Hm..baiklah, akan kucurahkan awesome attention kali ini..
Jadi inget jaman dulu, saat pertama kali kenalan 13 tahun yang lalu. Saat sama-sama masih jadi mahasiswa, masih unyu-unyu. Pertama kali ketemu langsung ada chemistry luar biasa. Dalam hati berkata, inikah jodohku ? Klik. I’m falling in love at the first sight. Dan ternyata, rasaku tidak bertepuk sebelah tangan. Si dia juga merasakan hal yang sama. Aih..indah ya..lalu terjalin kasih selama 7 tahun, hingga naik ke pelaminan. My dream had come true.
Selama perjalanan bersama dalam hidup sebagai suami istri, tidak selalu mulus adanya. Ada lika-liku, ada masa suka dan duka. Mengalami LDR juga pernah alias Long Distance Relationship. Mengalami godaan juga pernah. Mengalami bertengkar juga pernah. Mengalami jenuh juga pernah. Mengalami musibah juga pernah. Dan puji Tuhan, selama ini masih aman-aman saja, lolos ujian karena masih dilindungi Tuhan.
Biduk rumah tangga, ibarat belanga tempat bertemunya asam dari gunung dan garam dari laut. Banyak perbedaan, banyak ketidakcocokan, namun bisa saling melengkapi jika saling memahami. Aku punya banyak kekurangan, namun pasti ada kelebihannya, demikian juga suamiku. Beda pendapat itu biasa, namun bagaimana caranya untuk tidak saling membesarkan ego masing-masing. Ada tujuan untuk maju dan berkembang bersama, apalagi sesudah ada anak. Selalu belajar bagaimana caranyamenjadi orang tua yang baik, yang bisa mendidik dan menjadi teladan bagi anak. Bahkan tak jarang, narasumber belajar berasal dari anak.
Enam tahun, kalau usia seorang anak, sudah bukan balita lagi. Mulai memasuki jenjang sekolah dasar. Demikian pula dengan usia pernikahanku kali ini. Setelah bersenang-senang, bermain di bangku playgroup and TK, kini mulai mengenal dunia pendidikan yang sesungguhnya. Dimana kecerdasan dalam berpikir dan emosional harus dikembangkan. Rasa cinta harus selalu dipelihara dalam rumah tangga. Ya, nggak perlu lebay seperti jaman pacaran dulu. Cukup sederhana saja. Sesederhana dalam memahami tugas masing-masing sebagai seorang istri dan ibu, menghayati peran sebagai suami dan bapak. Itu saja.
Ya, mencuplik dari syair lagunya Butiran Debu - Rumor, seperti ini
Namaku cinta ketika kita bersama
Berbagi rasa untuk selamanya
Namaku cinta ketika kita bersama
Berbagi rasa sepanjang usia
Aku tanpamu, butiran debu
Bagiku, kalau bisa seperti syair lagu diatas, sudah lebih dari cukup. Saling membutuhkan, saling menemani dan merasa ada yang kurang jika salah satu tiada. Ya..kuingin menutup usiaku, merenta bersamamu selalu..I love U, my husband..
Happy sixth wedding anniversary…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H