Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan, terdapat sebuah sungai yang mengalir jernih. Sungai ini menjadi tempat berkumpulnya penduduk desa, terutama anak-anak yang bermain di tepiannya. Setiap sore, suara tawa mereka mengisi udara, mengiringi gemericik air yang mengalir.
Suatu hari, seorang gadis bernama Sari pergi ke tepi sungai untuk mencari kerang. Ia suka mengumpulkan kerang-kerang berwarna-warni sebagai hiasan. Saat asyik mencari, ia melihat sesuatu berkilau di dasar sungai. Dengan rasa ingin tahu, Sari menyelam dan mengambil benda itu.
Ternyata, itu adalah sebuah kalung tua yang terbuat dari batu-batu permata. Sari merasa kalung itu memiliki aura yang misterius. Ia membawanya pulang dan menaruhnya di meja kayunya. Malam itu, saat Sari tidur, ia bermimpi tentang seorang putri yang hilang, terperangkap dalam sebuah hutan gelap. Putri itu terlihat sedih dan meminta bantuan.
Keesokan harinya, Sari merasa terpanggil untuk mencari tahu lebih lanjut. Ia bertanya kepada neneknya tentang kalung tersebut. Neneknya tertegun dan menceritakan legenda desa mereka: kalung itu milik putri dari kerajaan yang hilang ratusan tahun lalu. Dikatakan, siapa pun yang menemukan kalung itu akan menjadi penyelamat putri dan mengembalikannya ke alamnya.
Dengan tekad yang kuat, Sari memutuskan untuk pergi ke hutan yang disebut dalam mimpinya. Dengan berbekal keberanian dan keyakinan, ia melangkah masuk ke dalam hutan, mengikuti jejak-jekat kecil yang penuh misteri. Setiap langkahnya diiringi rasa cemas, tetapi kalung itu berpendar lembut, seolah memberi petunjuk.
Akhirnya, Sari menemukan sebuah pohon besar yang menjulang tinggi. Di bawahnya, ada cahaya yang bersinar. Saat ia mendekat, putri yang ia lihat dalam mimpinya muncul. Wajah putri itu penuh harapan, dan dengan suara lembut, ia berkata, "Terima kasih telah menemukan kalungku. Sekarang, aku bisa kembali."
Sari memberikan kalung itu kepada putri, dan dalam sekejap, mereka terbenam dalam cahaya yang menakjubkan. Ketika cahaya itu mereda, Sari mendapati dirinya kembali di tepi sungai, namun kali ini dengan perasaan damai yang mendalam.
Sejak hari itu, sungai itu tidak hanya menjadi tempat bermain, tetapi juga tempat di mana keajaiban dan harapan bertemu. Sari pun terus mengumpulkan kerang, tetapi kali ini dengan ingatan akan petualangan yang telah mengubah hidupnya selamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H