Mohon tunggu...
Juliaputry Erika
Juliaputry Erika Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

PGSD

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori belajar Albert bandura dan metode pendidikan keluarga dalam Islam

18 Januari 2025   13:37 Diperbarui: 18 Januari 2025   12:38 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Albert Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di Mundare Alberta, Kanada (Noorlaila
Isti’adah, 2020). Albert Bandura memperoleh gelar sebagai sarjana muda di bidang psikologi pada tahun
1949 di University of British of Columbia lalu melanjutkan pendidikan nya di University of Lowa dan
mendapatkan gelar Ph.D pada tahun 1952. Beliau merupakan salah satu psikolog aliran behaviorusme

Eksperimen Bobo Doll dilakukan dengan meletakkan anak kecil pada ruangan terpisah yang
memiliki sekat kaca tembus pandang. Pada ruangan lainnya terdapat orang dewasa dengan boneka.
Orang dewasa tersebut dikondisikan sedemikian rupa agar dapat dilihat oleh anak yang telah
ditempatkan pada ruangan disebelahnya. Berdasarkan skenario yang telah dirancang dalam jangka
waktu tertentu orang dewasa tersebut akan melakukan tindakan-tindakan yang agresif terhadap boneka
yang ada padanya. Tindakan tersebut seperti memukul, menendang, serta memperlakukan boneka
dengan kasar. Setelah dijeda beberapa saat, anak yang berada pada ruangan yang bersekat kaca
dipindahkan ke ruangan yang ditempati oleh orang dewasa dan bonekanya tadi (Silahuddin, 2019).
Pada awalnya tidak ada reaksi yang aneh pada anak, namun beberapa saat setelah itu anak mulai
memunculkan perilaku-perilaku yang sama persis seperti ysng dilakukan orang dewasa tadi terhadap
boneka. Anak mulai memukul, menendang, dan memperlakukan boneka dengan kasar (Irham, 2014).

Eksperimen ini menunjukkan bahwa terdapat proses pembelajaran langsung melalui kegiatan
observasi (observational learning) dan proses peniruan yang disebut sebagai modeling (Anggreni &
Rudiarta, 2022). Eksperimen ini menghasilkan teori belajar sosial (social learning) (Hardiyanti, 2020).
Teori belajar sosial memaparkan bahwa tingkah laku manusia tidak hanya dipengaruhi oleh stimulus
respon (S-R) (Rusul, 2014) melainkan hasil dari interaksi antara lingkungan sekitarnya dengan skema
kognitif manusia tersebut (Rohmah, 2012). Pada teori belajar sosial juga dijelaskan tentang pentingnya
proses meniru dan mengamati suatu perilaku dalam membentuk perilaku peserta didik, memengaruhi
reaksi peserta didik dalam proses belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses belajar
akan terjadi pada peserta didik melalui proses pengamatan dan meniru. Perilaku manusia merupakan
hasil dari proses pengamatan melalui modeling yang dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya
membentuk suatu perilaku baru yang akan menjadi acuan dan pedoman dalam bertindak (Irham, 2014).
Albert Bandura menjelaskan ada 4 komponen penting dalam teori belajar sosial ini diantaranya :
a. Memperhatikan (attention) : memperhatikan suatu perilaku/objek.
b. Menyimpan (retention) : proses menyimpan apa yang telah diamati untuk diingat (Gauthier
& Latham, 2022).
c. Memproduksi gerakan motorik (motor reproduction) : menerjemahkan hasil pengamatan
menjadi tingkah laku sesuai dengan model yang telah diamati (Silahuddin, 2019).
d. Penguatan dan motivasi (vicarious-reinforcement and motivational) : dorongan motivasi
untuk mengulang-ulang perbuatan yang ada supaya tidak hilang (Desmita, 2016).
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa pada dasarnya teori belajar sosial menggambarkan perilaku
manusia sebagai bentuk interaksi timbal balik yang berkelanjutan antara perilaku, kognitif, serta dampak
dari lingkungan yang didapatkan melalui tahap mengamati dan meniru.

Relevansi Teori Belajar Sosial Albert Bandura dan Metode Pendidikan Keluarga dalam Islam
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang utama dan paling dekat bagi seseorang (Saputro &
Talan, 2017). Manusia akan terlebih dahulu mengenali situasi keluarga sebelum mengenal lingkungan
luar dan lebih banyak menghabiskan waktunya dalam lingkungan keluarga. Pengalaman yang
didapatkan pada lingkungan keluarga akan memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap perkembangan, kepribadian dan perilaku anak dimasa yang akan datang. Hal ini dikarenakan orang tua
berperan sebagai pendidik pertama (Andhika, 2021) yang akan memberikan pendidikan pada setiap
anak. Disamping itu, anak memiliki daya tangkap yang kuat untuk meniru dan merekam setiap apa yang
diajarkan oleh orangtuanya. Hasil pengamatan anak terhadap didikan dan pengajaran yang diberikan
oleh orangtua nya akan memberikan pengaruh terhadap watak anak di masa yang akan datang (Gazali,
2018).
Oleh karena itu, orangtua dituntut untuk berhati-hati dalam berkata, bertingkah laku agar dapat
memberikan dasar-dasar pendidikan yang benar untuk anak. Islam telah menerangkan tentang cara yang
tepat dalam mendidik anak. Sebagaimana Islam memandang bahwa pendidikan utama adalah
pendidikan dalam keluarga (Wahidin, 2017). Orangtua berperan sebagai pendidik bertanggungjawab
untuk menanamkan nilai-nilai agama termasuk menanamkan akhlak yang baik pada anak agar terhindar
dari api neraka. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ath-Tahrim/66 ayat 6 :
َ
ی
ٰ
ٓ
أ
ُّھ َ
ُوا َ ام َ ِذی َن ء َّ ا ٱل َی
ُو ق ْ ن
ا ٓ
أ ْ
ُ َس ُكۡم و َ
َّاس ُود ق َ ۡ نَاٗرا و ُم ِلیك َۡھ أ َ نف
ٱل َ ُ و ُ َھا ٱلن
َۡیھ َ ِح َجار ۡ
ُ َعل
ل َ ا م َ ة
َ
ٰ
َاٞد لا ٞ ش َ ظ ِلا ٌ غ َة ِئك ٓ
َ م َّ ِد
َۡع ُصو َن ٱ َّX
ٓ أ َ ی
ُۡم َمَرھ َ ا
َف َو
ی
ُۡؤ َمُرو َن ۡ
ُو َن َما ی
َل
ع
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Pada ayat diatas dijelaskan bahwa membimbing anak dalam mengerjakan apa yang diperintahkan
oleh Allah SWT dan menghindari segala yang dilarang oleh-Nya merupakan tugas utama dari orangtua
terhadap anaknya (L. Adi, 2022). Dengan demikian diperlukan metode-metode pendidikan yang sesuai
dengan al-Qur’an agar nilai-nilai Islam dapat tertanamkan dengan baik. Salah satu dari metode
pendidikan keluarga yang paling efektif dalam pandangan Islam ialah metode keteladanan. M. Ngalim
Purwanto mengatakan bahwa sebuah keteladanan merupakan suatu metode yang utama dikarenakan
anak-anak memiliki dorong untuk mengidentifikasi dan meniru tingkah laku orng lain khususnya
orangtua (Siti Fatimah &  Sutrisno 2022

Pada ayat diatas dijelaskan bahwa membimbing anak dalam mengerjakan apa yang diperintahkan
oleh Allah SWT dan menghindari segala yang dilarang oleh-Nya merupakan tugas utama dari orangtua
terhadap anaknya (L. Adi, 2022). Dengan demikian diperlukan metode-metode pendidikan yang sesuai
dengan al-Qur’an agar nilai-nilai Islam dapat tertanamkan dengan baik. Salah satu dari metode
pendidikan keluarga yang paling efektif dalam pandangan Islam ialah metode keteladanan. M. Ngalim
Purwanto mengatakan bahwa sebuah keteladanan merupakan suatu metode yang utama dikarenakan
anak-anak memiliki dorongan untuk mengidentifikasi dan meniru tingkah laku orang lain khususnya
orangtua (Siti Fatimah & Sutrisno, 2022).
Metode keteladanan itu sendiri merupakan metode pendidikan dengan memberikan contoh yang
baik kepada orang lain dalam bertingkah laku, berkata, maupun cara berpikir. Metode keteladanan dapat
dipraktikkan dengan berpedoman kepada akhlak Rasulullah SAW sebagai suri teladan (Sutinah, 2019)
sebagaimana yang termaktub dalam QS. al-Ahzab/21 ayat 40 yang berbunyi :
ل
َ ُكۡم ِفي ر َّ
َۡد َكا َن ل
ِ أ َ س ق
ٌ َح َسنَة َ ۡ و ُس ُو ِل ٱ َّX
ل ٞ ة
ٱل َ َو ٱ َّXُ ۡ ْ جوا َر َا َن ی َن ك ِم ّ
َۡوم ۡ
ِیٗرا َث َ ك ٱ َّXَ َ َ كر َ َوذ ِ ر ۡ ٓخ ٱلأ َ ی
Artinya :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah”.
Rasulullah SAW telah terlebih dahulu menerapkan metode ini dan dianggap berpengaruh besar
terhadap keberhasilan dari dakwah Rasulullah SAW (Gazali, 2018). Secara psikologi manusia sejak
kecil memiliki sifat cenderung meniru perilaku orangtua, guru, dan orang lain yang ada di lingkungan
sekitarnya sehingga penerapan metode keteladanan dalam pendidikan memiliki peran yang sangat
penting (Mustofa, 2019). Metode keteladanan dapat mejadi solusi dari maraknya kasus kenakalan
remaja dan dapat meningkatkan etika sosial yang baik (Ayun, 2017). Selain itu, metode keteladan
merupakan pangkal dari usaha meningkatkan kualitas anak dan kualitas bermasyarakat (Taklimudin &
Saputra, 2018).
Kemudian, metode yang kedua adalah metode pembiasaan. Pada kajian tafsir hakikat dari
pembiasaan adalah pengulangan (Romadona, 2021). Metode pembiasaan dalam pendidikan keluarga
berarti mendidik anak dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan ajaran Islam secara
berulang-ulang agar menjadi perilaku yang otomatis dan melekat pada ingatan anak. Metode kebiasaan
sangatlah diperlukan dalam pendidikan keluarga khususnya dalam pembentukan kepribadian, karakter,
dan akhlak anak (Reri Berlianti dkk., 2020). Apabila anak sedari kecil telah dibiasakan dengan kebiasan
dan akhlak yang baik maka akan melahirkan karakter yang baik (Wahidin, 2017). Hal ini dikarenakan
anak memiliki daya rekam dan ingatan yang masih kuat sehingga penanaman nilai-nilai Islam melalui Senada dengan hal tersebut, Arief menambahkan bahwa metode pembiasaan dilakukan agar anak
memiliki pemikiran, sikap, dan cara bertindak yang sesuai dengan ajaran Islam yang akan
dimanifestasikan dalam kehidupannya di masa yang akan datang (Ahsanulkhaq, 2019). Metode
pembiasaan dapat dapat dilakukan dengan cara :
a. Pembiasaan dilakukan sejak anak kecil sehingga ia terhindar dari melakukan hal-hal yang
bertentangan.
b. Pembiasaan dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang sehingga dapat berjalan
secara otomatis.
c. Diperlukan ketegasan, ketekunan, dan konsekuen dari orangtua sebagai pendidik dalam
keluarga.
d. Pembiasaaan yang bersifat mekanistis perlahan-lahan dikemas menjadi pembiasaan yang
disenangi oleh anak (Sutinah, 2019).
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dilihat bahwa metode keteladanan dan metode pembiasaan
sejalan dengan teori belajar sosial yang menitikberatkan pada modeling. Menurut teori belajar sosial
pembelajaran didapatkan melalui kegiatan observasi dan meniru sebagai hasil dari interaksi antara
perilaku, kognitif, dan lingkungan sekitar yang kemudian menjadi pedoman dalam bertindak. Senada
dengan pendapat tersebut, pada kajian pendidikan lingkungan merupakan unsur yang paling
berpengaruh memberikan corak pada pendidikan anak. Lingkungan yang paling lama dan berperan
paling besar dalam memberikan pendidikan adalah lingkungan keluarga (Rasyid et al., 2020). Oleh
karena itu pada metode pedidikan keluarga dalam pandangan Islam terdapat keteladanan dan
pembiasaan agar anak belajar dan meniru hal-hal yang baik dari orangtuanya. Dengan demikian
orangtua dituntut untuk berhati-hati dalam berkata, bertingkah laku agar dapat memberikan dasar-dasar
pendidikan yang benar untuk anak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun