Mohon tunggu...
Julianto Simanjuntak
Julianto Simanjuntak Mohon Tunggu... profesional -

.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Perasaan Seorang Anak yang Disodomi

23 Maret 2011   07:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:31 3232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1300872021408254474

[caption id="attachment_97716" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi-Malu, Marah, kecewa, harga diri hancur, menyesal, menyalahkan diri dan pelbagai emosi negatif lainnya/Admin (shutterstock)"][/caption]

Dari  sekian banyak klien kami yang pernah di sodomi waktu kecil, mereka melakukan hal yang sama setelah dewasa. Mereka mengulangi apa yang mereka benci dan sesali di masa kanak kanak. Kenapa demikian, dan apa yang orangtua harus lakukan?

Ada banyak perasaan  negatif  seorang anak yang di sodomi. Marah terhadap si pelaku. Kecewa dengan ortu yang tidak mampu  melindungi. Mereka bertambah marah karena  umumnya si pelaku masih kerabat dekat. Timbul perasaan takut akan masa depan, merasa malu, harga diri runtuh dan segudang perasaan negatif lainnya. Kadang timbul perasaan jijik dengan diri sendiri, dan suka menyalahkan diri sendiri.

Karena masalah ini takut menjadi  "aib" keluarga, maka si anak lebih memilih mendiamkan daripada menceritakan. Akibatnya, derita  emosi itu dia pikul sendiri. Sementara itu film  pengalamannya  di sodomi terus berputar di kepalanya, tanpa bisa di stop. Kebenciannya kepada si pelaku, malah membuat dia sering mengingat orang tersebut. Karena sering mengingat-ingat  si pelaku, tanpa disadari dia malah meniru perbuatan si pelaku di saat dewasa. Ini menjadi "lingkaran setan". Tanpa bantuan psikoterapi sulit diatasi.

Saran,  jika orangtua melihat  perubahan sikap, emosi dan perilaku anak jangan tunda bawalah  konseling dengan profesional. Jika ternyata si anak mengakui pengalaman itu, jangan marah tapi justru rawatlah lebih baik. Si anak perlu diterima apa adanya. Bagaimanapun dia korban. Orangtua punya andil dalam kejadian ini. Sebagai Ayah atau Ibu, perlu  menambah wawasan dan empati agar bisa menjadi penolong si anak di rumah. Konseling rutin sangatlah  dibutuhkan. Sbab emosi-emosi negatif si anak perlu di salurkan, dan ia butuh perasaan diterima dan dibela. Akhirnya, mari kita waspada. Terutama saat menitipkan anak kita yang masih kecil. Anda harus kenal baik dengan keluarga atau teman tersebut. Perilaku sodomi sulit terdeteksi. Bisa terjadi  kapan saja. Hati hati jika memberi tumpangan menginap pada siapapun. Kenalilah dengan baik mereka itu. Jangan karena masih kerabat diberikan tumpangan. Apalagi jika harus tinggal dalam waktu yang lama. Kami punya pengalaman buruk tentang hal ini. Suatu hari Kami memberi tumpangan pada seorang klien pria yang merasa kemalaman untuk pulang dengan bis. Dia punya masalah disorientasi seksual. Dia kami ijinkan numpang nginap, dan sekamar dengan ponakan kami pria berusia 26 thn. Malam itu klien kami menggoda ponakan kami, untung ponakan kami berani melawan. Klien itu benar benar malu. Sementara itu ponakan marah dengan kami karena pengalamannya yg tidak menyenangkan. Tetapi apa gerangan yang terjadi jika dia tidur malam itu dengan anak-anak kami yang masih kecil? Anak adalah milik pusaka yang harus kita jaga sungguh-sungguh. Ini tugas istimewa, dan jika kita abaikan bisa membuat kita menyesal. Mungkin penyesalan itu bisa seumur hidup. Mencegah lebih baik bukan...? Salam kasih Julianto Simanjuntak @PelangiKeluarga   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun