Mohon tunggu...
Julianto Simanjuntak
Julianto Simanjuntak Mohon Tunggu... profesional -

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Alasan Remaja Nyoba-nyoba Hubungan Sejenis

9 Juli 2011   03:50 Diperbarui: 4 April 2017   17:17 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13102004671759248829

By. Julianto Simanjuntak*** Salah satu kasus yang banyak kami tangani sepuluh tahun terakhir ini adalah remaja dengan masalah disorientasi jender dan disorientasi seksual. Kali ini ijinkan saya sharing tentang beberapa kasus disorientasi seksual pada remaja. Kasus 1 Verra (samaran) seorang mahasiswi tingkat 2, manis parasnya, konsultasi soal kegalauan hubungannya dengan Rinny. Keduanya mahasiswa Indonesia yang studi di Amerika. Awalnya hanya persahabatan baik, karena Rinny sangat hangat dan ramah. Awalnya Verra merasa  kesepian saat baru tiba di Amerika. Verra sempat mengurung diri di apartemen, selain kuliah. Dia menyimpan kepahitan  pada ayahnya yang memaksa dia putus dengan cowok yang sangat dia cintai. Ditengah situasi itulah Rinny berhasil merebut hatinya. Perhatian, pengorbanan, kesediaan Rinny menjadi tempat curhat, sangat menyentuh hati Verra. Awalnya Verra tidak tahu bahwa Rinny lesbi. Namun saat Rinny mulai mengajak bermesraan, Verra tak kuasa menolaknya, meski hatinya merasa ada yang ganjil. Lama kelamaan, Verra menikmatinya. Kasus 2 Samson  20 tahun (samaran). Dikirim salah satu kakaknya untuk konseling karena dia melakukan hubungan sejenis dengan Allex (22 thn). Samson, berasal dari keluarga yang relatif harmonis. Samson sangat disayang papa, mama dan kedua kakak perempuannya. Dia bungsu dan satu satunya pria. Menurut Samson, tidak ada niat melakukan hubungan sejenis dengan Allex. Hanya dia merasa terpukul saat pertama kali merantau.  Dia merasa sangat kesepian. Biasanya dia akrab bersenda gurau dengan Kakaknya, masih dikeloni Mama sebelum tidur, dimanjain Papanya sebagai anak laki satu satunya. Tiba-tiba semua itu hilang. Sakit, kata Samson. Saya benar-benar kehilangan sentuhan dan perhatian. Sampai suatu hari Allex, kakak tingkat  dan teman kosnya, suka mengajak dia ngobrol sembari tiduran diranjangnya. Mulanya hanya sekedar ngobrol.  Lama kelamaan Allex mulai meraba-raba bagian vitalnya. Samson merasa aneh, tapi dia tak enak menolak, karena selama ini Allex lah yang mengerti kebutuhannya. Samson juga pikir, toh tidak ada bahayanya.   Lama kelamaan, dia menikmati sampai hubungan itu berlanjut lebih jauh. Kasus 3 Tonny 16 tahun (samaran), Siswa SMU kelas satu. Dia tumbuh dalam keluarga broken-home.  Ayahnya keras dan suka memukul  Tonny. Ibunya sendiri cuek karena begitu sibuk dengan bisnis. Relatif papa mamanya Tonny jarang  di rumah.  Belum lagi kedua orangtuanya suka bertengkar sengit di depan Tonny. Sahabat-sahabat Tonny suka main ke rumah. Kebetulan rumah Tonny besar, dan dia tinggal di satu bagian rumah yang terpisah dari Ortunya. Sehingga Tonny dan temannya bebas melakukan apa saja. Sudah 3 tahun, sejak masih SMP Tonny sering masturbasi. Suatu hari sahabatnya menawarkan diri membantu Tonny melakukan masturbasi.  Tujuan awalnya hanya main main. Namun akhirnya Tonny menikmati permainan itu, dan tanpa disadari kebablasan dalam hubungan sejenis. Alasan Remaja Mencoba Hubungan Sejenis Dari ketiga kasus di atas, ada beberapa alasan remaja jatuh dalam hubungan sejenis Pertama, kemarahan tersembunyi kepada Ayah hingga kebencian yang tidak teselesaikan. Itu Menjadi pintu Verra menarik diri dari pergaulan. Sampai suatu hari ada seorang teman kampusnya, sama-sama dari Indonesia, memberi perhatian dan kasih yang tulus. Menurut pengakuan Verra, di bawah alam sadarnya dia akrab dengan teman ceweknya itu untuk membalas rasa sakit hati pada  sang Ayah. Sebab sang Ayah telah memaksa dia memutuskan hubungan dengan  cowok pujaannya. Hubungan Verra dan Rinny  makin kuat baik fisik maupun emosi. Mereka sudah merencanakan pernikahan sejenis meski ditentang orangtua mereka masing-masing. Tapi rasanya jalan masih gelap. Kedua, kasus Samson. Hubungan kedekatan emosi yang berlebih dengan ortu dan kakaknya cenderung Membuat Samson kurang  trampil bergaul. Zona nyaman di rumah, membuat samson canggung di sekolah dan di kampus. Dia merasa teman di kampus tidak bersahabat, sering mengejek dia sebagai anak mami. Kurang gaul, aneh dsb. Samson yang tidak siap berpisah dan merantau. Akibatnya saat sahabat kostnya memberi perhatian, bagi dia  itu sangat luar biasa. Hal ini Menimbulkan perasaan berhutang. Akhirnya Samson tak kuasa menolak ketika sahabatnya Allex yang adalah seorang Gay mengajak berhubungan intim. Ketiga, kasus Tonny. Sang Ayah yang kasar sang Ibu yang cuek membuat Tonny miskin secara emosi. Tonny melarikan diri dari ketidaknyamanan pada ortu dengan cara  berkurung di kamar. Sejak dia mengenal pornografi, dia makin tak mampu menahan keinginannya selalu masturbasi. Teman gaulnya juga sama saja.  Pergaulan yang buruk, telah membawa Tonny masuk ke dalam hubungan sejenis. Sebagian mereka punya kecenderungan itu sejak dini, suka pada sesama jenis. Seperti kasus beberapa klien kam yang sejak 3 SD sudah merasakan kecenderungan itu. Ada yang mengangap (yakin) ini genetik dan sulit diubah.  Bagi kelompok yang beranggapan demikian, biasanya lebih sulit untuk ditolong. Namun Sebagian lagi, ada yang melakukan hubungan sejenis karena terjebak situasi dan persahabatan yang salah.  Bagi  kelompok ini seperti Verra, Samson dan Tonny, sesungguhnya ada jalan masuk untuk berubah. Ini bisa dilakukan dengan pendekatan konseling keluarga. Pemulihan sistem keluarga yang sakit hingga pemulihan hubungan pribadi ortu dan anak. Namun yang justru sulit berubah adalah orang tua. Namun sekali lagi proses ini tidak mudah, ada lorong panjang yang harus dijalani Sebagian lain ada yang hanya orientasinya saja tapi tidak melakukan secara aktif. Biasa disebut homoseksual pasif (laten). Fantasi seks mereka bukan dengan lawan jenis, tapi tertarik pada yang sejenis. Beberapa kendala 1. Klien tidak mau terbuka pada ortunya. Merasa takut dlsb. 2. Orangtua tidak mau terbuka untuk konsultasi, karena merasa malu dan menganggap ini aib keluarga. 3. Rendahnya penerimaan masyarakat terhadap mereka yang punya orientasi seksual sejenis. Hal ini membuat mereka hanya merasa nyaman jika berada di komunitasnya sendiri. 4. Sikap rohaniwan dan dogma atau ajaran  yang cenderung hanya menghakimi, tetapi  tidak memberikan solusi apapun terhadap masalah mereka. Sehingga membuat ajaran mereka yang bagus pun tidak berkuasa mengubah mereka. Sesungguhnya kasus ini makin banyak di sekitar kita. Penerimaan terhadap kaum gay dan lesbi juga sudah sampai di tingkat dunia,  PBB. Di beberapa negara Eropah dan USA juga dilegalkan. Namun belum diterima di negara kita. Saya sendiri bisa memahami dan menerima serta bergaul dengan beberapa sahabat saya yang punya orientasi seks sejenis. Beberapa mereka bahkan adalah sahabat yang hangat, ramah, baik, serta berhasil dalam karir mereka. Bahkan ada yang aktif membantu kegiatan seminar kami, sambil mendampingi mereka yang ingin berubah. Penutup Umumnya klien kami datang konseling dengan perasaan bersalah. Rindu  ditolong agar bisa  keluar dari situasi itu. Hanya saja proses menuju pemulihan tidak sederhana.  Karena itu solusi terbaik adalah: saya mengajak, mencegah lebih baik daripada menyembuhkan. Dalam pengalaman sebagai terapis, beberapa klien kami tertolong karena faktor penerimaan keluarga, dukungan komunitas dan terapi (konseling) yang intensif. Meski orientasi seksnya ada "sisa" seumur hidup,  namun perilaku mereka berubah. Mereka menang. Terima kasih sudah membaca sharing ini, meski hanya berupa sharing pengalaman menolong mereka yang bergumul dengan disorientasi seksual. Bang JS

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun