Dr. Julianto Simanjuntak
Belakangan ini banyak penelitian yang membuktikan bahwa kehadiran ayah dalam kehidupan anak, khususnya anak laki-laki, sangat mempengaruhi pembentukan harga diri dan identitasnya. Anak laki-laki tanpa figur ayah cenderung tumbuh menjadi anak yang sulit. Dia bisa kehilangan pegangan, memberontak, melawan hukum dan berbagai perilaku negatif lainnya.
Setidaknya itu yang kami perhatikan bersama tim di ruang konseling Pelikan Indonesia. Masalah anak umumnya bersumber dari para ayah dan atau Ibu mereka. Keluarga adalah sebuah sistem dimana Orangtua menjadi poros utama sistem tersebut. Kehadiran dan peran aktif Ayah dan Ibu sangat penting bagi pertumbuhan anak.
Absent Fathers, Lost Sons adalah judul buku yang ditulis oleh Guy Corneau. Dalam Bahasa Indonesia buku ini diterbitkan dengan judul “Ayah yang Tidak Dirasakan Kehadirannya, Putra yang Kehilangan Arah”.
Dalam buku ini Corneau menuliskan perasaannya sebagai remaja putra berkaitan dengan relasinya dengan ayahnya. Ketika dia kecil, hubungan dengan ayahnya sangat baik. “Saya ingat permainan yang dulu suka kami mainkan,” tulisnya, “saya juga ingat cerita-cerita ayah tentang masa kecilnya… Lalu tiba-tiba saja, ketika saya memasuki pubertas, ketika saya paling membutuhkan ayah saya, ia tidak lagi hadir. Ia telah hilang, lenyap.”
Ketidakhadiran ayahnya membuat Guy selalu mempersalahkan dirinya. “Mungkin saya tidak lagi menarik minatnya”. Guy begitu ingin mendapatkan perhatian ayahnya kembali, ingin berbicara kepada ayahnya; tetapi dia bingung bagaimana meruntuhkan tembok yang terbentang di antara mereka.
Dalam praktek, kuliah, dan penelitiannya di kemudian hari Corneau mendapatkan kenyataan bahwa kepedihannya waktu itu dialami juga oleh banyak remaja pria. Ini sudah diwariskan dari generasi ke generasi, yaitu kebisuan yang menyangkal kebutuhan setiap anak remaja untuk diakui oleh ayahnya.