[caption id="attachment_157320" align="aligncenter" width="300" caption="from Google"][/caption] By Julianto Simanjuntak** "Betapa berharganya kehidupan untuk kita "lacurkan" dengan alkohol dan narkoba lainnya. Inilah satu  kisah lain dampak buruk dari alkohol dan  narkoba lainnya. Semoga menjadi pembelajaran bagi kita semua" Menyaksikan  tragedi tugu tani, mengingatkan saya peristiwa 22 tahun lalu.....kecelakaan tunggal  yang menimpa abang saya No.5. Sejak SMP Si Abang sudah mengenal alkohol, lalu di SMA mengenal  heroin. Akibatnya si Abang putus sekolah. Papa kemudian memaksa dia masuk kepolisian, seperti karir Papa. Sayangnya, kebiasaan mabuk si Abang makin parah, sering bolos kerja, berkelahi  sampai akhirnya dipecat dari dinas. Lalu si Abang tertua meminta si Abang ke5  mengikuti ujian Persamaan SMA supaya bisa melanjutkan kuliah. Si Abang tertua yang juga Polisi berdinas di Palembang.  Suatu ketika  si Abang ke 5 mengalami kecelakaan. Kondisinya  mabuk usai banyak  minum alkohol. Jalan raya tengah malam itu benar-benar sepi, sudah sekitar pukul satu menjelang subuh. Orang sedang menikmati "pulau kapuk" alias tidur. Dengan santai si Abang  memegang setir dengan tangan kiri. Sedang tangan kanannya di taruh di jendela, separuh keluar. Tidak terlalu kencang, tapi Pikirannya tidak terkontrol, dan mengalami semacam halusinasi. Dia tidak melihat ada truk pengangkut sampah lagi berhenti di depan sebelah kanan. Gedubrakkkk....dia menabrak, tepatnya menyenggol badan truk, dan pas kena di sisi kanan. Akibatnya tangan kanannya putus langsung di tempat. Lalu dia segera berhenti dan turun dari mobil. Menurut penuturan si Abang, dia sempat menjerit sesaat minta tolong, tapi tak seorangpun mendengarkan. Dia segera mencari potongan tangannya, lalu memegangnya dengan tangan kiri. Dia berjalan sesaat mencari orang yang bisa membantu dia ke rumah sakit. Atas bantuan seorang tukang becak akhirnya dia dibawa ke rumah sakit terdekat. Sambil  memegang potongan tangan kanannya dengan tangan kiri dia berjalan masuk ke rumah sakit. Semua yang melihatnya di rumah sakit  terbengong. Melihat seseorang yang tubuhnya penuh darah, tangannya putus, tapi sepertinya  tidak tampak wajah kesakitan. Karena saat itu dokter ahli bedah tidak ada di tempat, maka tidak ada bantuan medis memadai. Operasi  tidak bisa dilakukan. Saat dokter bedah datang, sudah terlambat melakukan bantuan. (Sory saya awam menjelaskannya). Intinya tangan tidak bisa disambung kembali. Sejak saat itu si abang cacat, hanya bertangan satu, Tangan kiri. Ironisnya setelah kecelakaan ini si Abang bukannya tobat. Hanya sesaat saja dia berhenti minum.  Karena sulit menguasai diri dengan Alkohol dia dibawa pindah oleh Abang tertua  ke Jakarta. Di sinilah  dia menemukan teman hidup, lalu menikah. Tapi sayangnya, tidak berapa lama dia minum alkohol lagi lalu punya kebiasaan mabuk. Hingga suatu hari di Pasar Senin. Empat belas tahun lalu.....Suatu Tengah malam si abang terjatuh dekat got, habis banyak minum alkohol. Rupanya pada saat yang sama ia mengalami stroke berat. Tangan kiri dan kaki kirinya sama sekali tidak bisa digerakkan. Malam itu dia segera dilarikan  ke Rumah Sakit Cipto dan di rawat disana beberapa saat. Hingga akhirnya kami memutuskan membawa si abang dan keluarganya ke Kota Medan dan tinggal disana hingga hari ini. Meski si Abang sudah benar benar bertobat dan tidak minum lagi, kondisinya sudah berubah. Kejadian itu membuat dia tidak bisa bekerja. Bahkan untuk makan dan hal pribadi lainnya sangat bergantung pada istri dan kedua putrinya. Inilah satu  kisah lain dampak buruk dari alkohol dan  narkoba lainnya. Semoga menjadi pembelajaran bagi kita semua. Betapa berharganya kehidupan untuk kita "lacurkan" dengan alkohol dan narkoba lainnya.
7 Teror Keluarga Pecandu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H