Mohon tunggu...
Julianto Simanjuntak
Julianto Simanjuntak Mohon Tunggu... profesional -

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Berani, Mengubah Hobi Jadi Profesi

8 Januari 2012   09:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:10 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_154146" align="aligncenter" width="411" caption="Mulanya Hobi, Kini jadi Profesi (Doc. pribadi, Bedugul 4 Jan 2012)"][/caption] By. Julianto Simanjuntak** Kami sungguh  menikmati  liburan keluarga di  awal tahun 2012 ini. Khususnya saat  memandang keindahan  Danau Beratan di Bedugul kami  berkenalan dengan Pak Putu Budhi Setiawan.  Hidupnya memberi  insipirasi. Di taman itu setiap harinya Pak Putu bekerja sebagai pelukis wajah, di atas karton putih. Hanya bermodalkan pinsil dan karton putih, dia berkarya memberi sukacita pada banyak orang. Lewat bakatnya menggambar yang istimewa. Pak Putu  terkenal di bedugul. Dia  menikah dan  dikaruniai empat orang putra. Anak pertama baru  tamat Sarjana Hukum besar usia 22 tahun. Anak kedua umur 15 kelas II SMP, dan dua lagi masih SD.  Anak yang kedua  tampak sibuk membantu sang ayah saat kami ngobrol dan minta digambar Pak Putu. [caption id="attachment_154147" align="aligncenter" width="392" caption="Antri, Menunggu gilran (Doc.Pribadi)"]

13259905482059745559
13259905482059745559
[/caption] Pak Putu (39 thn) bercerita, sebelum profesi menggambar wajah ini dia bekerja sebagai  guide di sebuah hotel. Namun berkat membaca sebuah buku yang diberikan seorang turis, dia sadar akan  satu hal ini: "Hidup sukses dimulai pada usia 35 tahun. Saat dimana saya harus  punya profesi yang menetap dan menyukainya." Itu sebabnya saat berusia 31 tahun, Putu bertekad beralih profesi agar bisa jadi  "majikan"  sendiri. Tak kebetulan  Putu punya hobi menggambar. Karena itu  ia bertekad menjadikan hobinya menjadi profesi, menggambar sketsa. Bermodalkan karton dan pinsil. Kalau lagi ramai sejak jam 12 siang hingga enam sore dia bisa melukis sampai 20 wajah. Setiap gambar/wajah  seharga rp. 100 ribu rupiah. Lumayan juga khan, dibanding tetap jadi guide di hotel. Namun tidak selalu keadaan ramai, ada kalanya juga sepi. Orangnya asyik, sambil menggambar wajah kami Pak Putu  senang bercerita sambil ngelawak.  Suasana menjadi hidup dan menyenangkan. Setelah kami masih ada lima  orang yang antri. [caption id="attachment_154148" align="aligncenter" width="300" caption=" Hasil lukisan wajah Bang JS, Wih lebih mudah 10 tahun he he (Doc. Pribadi)"]
1325990609184816702
1325990609184816702
[/caption] Wah lumayan juga penghasilan Pak Putu. Berhubung libur tahun baru, taman itu memang terbilang ramai. Keberaniannya menjadikan hobi ke profesi patut menjadi contoh. Menurut  penuturannya, profesi menggambar wajah  ini membuat keluarganya lebih sejahtera, ekonominya semakin baik.  Anak sulungnya saat ini sedang mempersiapkan diri mengambil studi master di bidang hukum. Saya Kagum dengan Pak Putu, akan semangat dan keberaniannya  yang kuat untuk bekerja mandiri. Mengubah hobi jadi profesi. Tibalah giliran saya dan istri digambar Pak Putu. Tiap kami hanya  butuh waktu sepuluh hingga lima belas menit. Tangannya gesit, dan satu kalipun tidak menggunakan penghapus atau salah. [caption id="attachment_154025" align="aligncenter" width="364" caption="Pak Putu menyerahkan hasil gambarnya ke Bang JS (Doc. Pribadi)"]
1325937439587065945
1325937439587065945
[/caption] Sempat pak Putu terganggu, karena saat menggambar  wajah kami mendadak  datang  dua keluarga minta digambar juga. Wahh lumayan nambah lagi rejeki  500.000 rupiah. Maka hasil wajah Bang JS jadi lebih muda 10 tahun he he he.  Itu cara Pak Putu menghibur kami.  Setelah  wajah kami selesai digambar,  saya minta anak sulung kami  mengabadikan penyerahan hasil karya Pak Putu tadi. Senangnya liburan ini....Memuaskan. Terima kasih Pak Putu Bang JS

Hidup Lebih Utama Dari Fasilitas Hidup

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun