Ani menjawab: "Jon, Â kita semua berdosa akupun punya salah kepadamu. Mari kita perbaiki bersama, Â demi anak-anak dan anak dari anak anak kita. Tidak ada yang terlambat. Anak anak makin besar, mereka perlu kita Jon"
Malam itu mereka berdua tersungkur di kaki Sang Khalik, bersyukur karena Tuhan melawat perkawinan mereka yang oleng bertahun-tahun
"COMBERAN DIBALAS MINYAK WANGI"
Sengaja penulis memilih tema ini. Pepatah kita menuliskan sebaliknya, "Air susu di balas dengan air tuba". Kedua kalimat ini mengingatkan kita bahwa Tantangan cinta adalah kebencian, Mengatasi kebencian sebaiknya dengan cinta.
Cinta sejati harus menang atas kebencian. Membalas kejahatan dengan kebaikan.  Ya, itulah panggilan kita untuk  orang yang kia kasihi.  Kita dipanggil untuk menyelamatkan, bukan membuang anak atau pasangan kita yang (lagi) tersesat jalannya.
Kita dipanggil untuk mengampuni pasangan yang melakukan penyelewengan. Memgampuni ortu yang melakukan kekerasan, dan memaafkan anak yang memberontak.
Seorang bijak berkata "mengampuni seperti bunga natnitnole yang memberikan keharumannya kepada orang yang menginjaknya". Suatu analogi yang mantap.
Guru dan Penyair abad pertama menegaskan satu hukum yang tidak biasa, "Kasihilah musuh musuhmu dan berdoalah bagi mereka". Sifat agung ini tidak ada pada setiap orang, tapi hanya pada mereka yang mengenal arti cinta dan kebenaran.
Masalahnya untuk memaafkan kita perlu stok cinta. Bila kita yang dibesarkan tanpa kasih sayang, akan punya kesulitan besar mengaplikasikannya. Masalah utama klien kami bukanlah pada berapa banyak luka yang dialami, tetapi berapa banyak stok cinta kita pada yang melukai.
Penutup
Dalam hidup tak selalu kebaikan kita akan dibalas dengan kebaikan. Tapi kita harus memilih, tetap berbuat baik atau berhenti. Setiap pilihan ada konsekuensi