Pitutur Jawa Kekancan Kuncen Watu Candhi diatas memiliki makna yakni dalam menjalin pertemanan haruslah saling melengkapi dan menguatkan satu sama lainnya seperti layaknya sistem penguncian dalam susunan batu candi yang ditata sedemikian rupa dengan tanpa semen namun menggunakan sistem penguncian blok batu.
Dalam dunia pertemanan maka tidak akan dapat dilepaskan dari adanya interaksi satu sama lain. Interaksi ini adalah sebuah wujud dari jiwa naluriah manusia yang ingin bersama dengan kelompoknya. Dalam ranah sosiologi lebih dikenal dengan "makhluk sosial" yang notabene nya membutuhkan orang lain dalam melakukan aktivitasnya. Oleh sebab itulah menjalin hubungan petemanan adalah sifat kodrati sebagai seorang manusia. Dalam pertemanan pula sering terdapat saling menjatuhkan satu sama lainnya. Oleh karena itu, pitutur luhur jawa perihal pertemanan menggunakan perumpamaan/simbol batu candi sangatlah pas. Mengapa demikian ?. Hal ini karena perumpamaan teman yang baik adalah saling menguatkan dan tidak menjatuhkan satu sama lain, seperti batu candi. Batu candi yang disusun bagaikan puzzle yang memiliki sistem penguncian khusus. Sistem penguncian ini berguna agar batu yang disusun tidak kaku seperti menggunakan semen, namun memiliki keterikatan dan kekuatan yang sempurna. Salah satu yang unik lagi dari sistem arsitektur bangunan candi yang menggunakan penguncian batu ini adalah blok batu/kunci batu harus pas dengan pasangannya. Jika melihat dari sisi makna dari pertemanan, maka satu dengan lainnya jadilah bagaikan kunci candi tersebut, yang saling pas melengkapi satu dengan yang lainnya saat suka dan duka, jikalau berteman dengan "kunci" yang tidak benar, maka bukannya membawa hal yang positif melainkan akan menjadikan seseorang menjadi "jugrug" atau runtuh. Seperti kasus kasus yang terjadi saat ini, khususnya remaja yang sering tidak menyeleksi teman yang ditemui, sehingga banyak remaja saat ini yang terjerumus dikarenakan memilih "kunci" yang salah tersebut, sehingga menjadikannya pribadi yang mudah goyah. Di zaman yang serba modern saat ini sangat mudah untuk mencari teman, terlebih lagi dengan adanya media sosial maka dalam menjalin pertemanan seakan menjadi tidak ada dinding pemisahnya. Seseorang bahkan dapat bertatap muka meskipun melalui media virtual seperti google meet, zoom, whatsapp video call dan lain sebagainya. Namun dengan adanya kemudahan tersebut menjadikan pertemanan tanpa sekat tersebut membuka peluang lebar dampak negatif dan rawan dalam menimbukan banyak kerawanan yang tentu saja hal tersebut dikarenakan interaksi dan menjalin pertemanan dengan "orang yang salah". Sehingga pertemanan yang tidak pas dan selektif tersebut bukannya memberikan manfaat, namun malah menjadi boomerang untuk diri kita sendiri.
Selain itu, makna yang dapat dipetik dari wasita adi di atas yakni dari batu candi itu sendiri. Dalam arsitektur candi, maka yang dipilih adalah batuan andesit, atau batu gunung yang rata rata didapatkan dari gunung berapi yang aktif. Pemilihan batu andesit juga tak terlepas dari sisi kekuatannya dan daya tahannya di segala cuaca (awet). Dari situlah maka dalam berteman kita dapat mengambil pelajaran yakni jadilah seperti batu andesit tersebut, pertemanan yang "langgeng" akan menciptakan suasana silaturahmi yang kuat, kokoh, dan tak lekang oleh zaman. Meskipun telah tidak satu sekolah atau satu tempat kerja misalnya, jika pertemanan dilandasi oleh kekuatan seperti batu andesit tersebut maka sahabat tersebut tidak akan pernah melupakannya dan menjadi "prasasti hidup" yang akan dikenang sampai akhir hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H