Mohon tunggu...
Juliansyah Jul
Juliansyah Jul Mohon Tunggu... -

saya dosen, teratik gabung di kompasiana dot com karena isinya menarik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Revolusi Drainase untuk Jakarta (Khususnya)

27 Januari 2014   15:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:25 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Banjir di minggu lalu yang melanda Jakarta (khususnya) membuat pemerintah DKI Jakarta merasa perlu bertemu dengan para pemimpin daerah yang bertetanggaan dengan Jakarta, antara lain: Propinsi Jawa Barat dan Banten. Tujuan pertemuan adalah dapat melahirkan solusi atas permasalahan banjir yang melanda Jakarta, khususnya berkaitan dengan rencana ‘sodetan’ kali Ciliwung.

Terlepas dari tanggapan atas rencana menyodet kali Ciliwung yang ternyata mengundang kontra dari Pak Rano ‘Bang Doel’ Karno selaku Wakil Gubernur Propinsi Banten, tampaknya memang rencana menyodet kali Ciliwung masih perlu dikaji lagi.

Jakarta perlu revolusi drainase tampaknya.

Drainase adalah istilah keren untuk lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia (lihat Wikipedia). Istilah sederhananya adalah parit atau gorong-gorong di bawah tanah. Adapun fungsi dari drainase adalah untuk mengendalikan air yang ada sehingga tidak akan berlebihan atau menimbulkan banjir. Sehubungan dengan hal itu, maka, pertanyaan besar bagi pemerintah DKI adalah, bagaimana drainase di ibu kota republik tercinta ini? Secara fisik, apakah kondisi parit dan gorong-gorong dalam keadaan siap menjalankan tugasnya mendendalikan air? Secara kuantitas, apakah parit dan gorong-gorong masih perlu ditambah, bagaimana dengan keberadaan Banjir Kanal yang ada (saya heran, saat banjir kemarin, kok BKT atau Banjir Kanal Timur seperti nggak berfungsi, ya?).

Kalau drainase sudah dianggap tidak akan memberikan solusi komprehensif bagi kota Jakarta, maka rasanya perlu ada revolusi di bidang drainase.

Revolusi, secara sederhana, bermakna perubahan secara cepat. Menurut Wikipedia (lagi), Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali baru. Intinya, kalau perlu melakukan aksi secara radikal (yang sebaiknya berdasarkan perhitungan yang matang), maka itu berarti revolusi.

Bagaimana revolusi drainase untuk kota Jakarta? Saya serahkan pada ahlinya. Saya orang awam yang gusar dengan banjir yang terus menerus menimpa kota Jakarta (bahkan sejak zaman kemerdekaan). Mau sampai kapan? Mungkin waduk bisa jadi bentuk revolusi?

Selamat memikirkan revolusi yang dimaksud, wahai para pemimpin Jakarta (khususnya).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun