Mohon tunggu...
Juliansyah_Ian
Juliansyah_Ian Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Diploma 3 Bahasa Inggris di PTS di Jakarta

Namanya aja dosen; kerja utama saya mengajar. Saya juga suka menulis walaupun menulis itu nggak mudah. Kalau diiming-imingi uang, semangat menulis saya meninggi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Partai (tidak) Sama dengan Perusahaan

22 Januari 2014   16:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:34 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Melihat fenomena sosok-sosok caleg dari partai-partai tertentu yang menurut saya sangat nggak layak, saya jadi berpikir kalau partai itu nggak ada bedanya ama perusahaan. Bagaimana pendapat anda?

Tersebutlah 3 buah ‘perusahaan’, A, B, dan C. Di bulan-bulan ini hingga April 2014, kesemua perusahaan sedang sibuk-sibuknya berbenah karena sebentar lagi akan memperebutkan sebuah kesempatan besar yang disebut kekuasaan.

Untuk memperoleh kesempatan besar tersebut, perusahaan A merekrut ‘pegawai’, mulai dari tingkat bawah sampai tertingginya dari berbagai kalangan. Pendiri perusahaan A tahu bahwa tidak semua orang yang direkrutnya punya reputasi bagus, namun sang pendiri perusahaan yakin perlu merekrut mereka karena masing-masing yang direkrut mewakili kriteria yang ditentukan oleh pemilik perusahaan, yaitu terkenal dan berduit. Terkenal, makanya mereka merekrut ‘pegawai’ dari kalangan selebriti, nggak peduli prestasinya sangat tidak memberikan kontribusi positif bagi bangsa. Mereka merekrut foto model pria dewasa, selebriti yang gemar membelanjakan uang untuk beri barang mahal, dan lain-lain. Nggak salah lagi, kepopuleran dianggap akan menarik minat masyarakat untuk memilih perusahaan yang mereka pimpin. Berduit, karena memang partai butuh biaya untuk membiayai ‘promosi’ dengan perusahaan lain. Ada perusahaan yang merekrut ‘pegawai’nya yang mau ‘menyumbangkan’ uangnya lebih dari ratusan juta hingga miliaran. Alhasil, siapa yang berduit, itulah yang dianggap layak menjadi ‘pegawai’ di perusahaan mereka.

Sementara, perusahaan B hanya memilih pegawainya sebagian saja, karena sebagian lagi diambil dari pegawai yang sudah bergabung pada periode sebelumnya. Anehnya, ada pegawai yang sebetulnya sudah meninggal dunia, tapi masih tetap dicalonkan sebagai pegawai. Keanehan lagi, walaupun pegawai tersebut disinyalir terlibat korupsi, namun masih juga dimasukkan sebagai calon pegawai.

Terakhir, perusahan C, yang merekrut pegawainya berdasarkan kriteria terbaik. Semua calon pegawainya sudah melalui tes tertentu yang pada intinya mereka memahami tugas-tugas yang akan diembannya dan komit dengan tanggung jawabnya, tidak hanya di dunia tapi juga akhirat, yaitu memberikan kesejahteraan, bukan hanya kepada perusahaan, tertapi juga kepada bangsa dan Negara.

Gambaran perusahaan di atas adalah gambaran partai yang akan bertarung di Pemilu 2014 yang akan datang. Ada nggak ya kaya partai yang seperti perusahaan C?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun