Titan Infra Energy (TIE) menjadi penyuplai batu bara PLN terbesar di Indonesia saat ini. Kapasitas pasokannya ke PLN mencapai 1 juta ton per tahun. Selain memasok batu bara untuk ekspor, Titan Infra juga berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan energi dalam negeri dengan mempertahankan pasokan batu bara untuk industri dalam negeri.
TIE sebagai pemasok kebutuhan listrik nasional di Indonesia, memberikan pasokan batu bara sebesar 25% ke PLN. Anak perusahaan TIE, PT Banjasari Pribumi, melakukan aktivitas produksi batubara secara optimal.
Kebutuhan listrik nasional di Indonesia diperkirakan masih menggunakan batu bara sebagai sumber energi terbesar hingga tahun 2025. Dalam beberapa tahun terakhir, konsumsi batu bara untuk kelistrikan naik sebesar 60%, sedangkan konsumsi batu bara untuk industri luar kelistrikan naik sebesar 52%.
Rencana Digitalisasi Pembangkit Listrik PLN
Anak perusahaan PLN, PT. Pembangkitan Jawa Bali (PJB), sedang dalam proses mengintegrasikan seluruh pembangkit listrik melalui integrasi digital. Program integrasi yang disebut remote engineering, monitoring, diagnostic and optimization (REMDO) ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan mempercepat penyelesaian masalah.
Pada tahap awal, sebagai pilot project, hanya lima pembangkit yang akan terintegrasi, yaitu PLTU Paiton unit 1, 2, 9, PLTU Rembang dan Pacitan. PJB secara keseluruhan mengelola 25 pembangkit listrik yang tersebar di seluruh Indonesia.
Cara Kerja Pembangkit Listrik Digital
Setelah semua pembangkit terintegrasi, semua data yang masuk dari pembangkit bisa dikelola secara real-time dan efisiensi pembangkit listrik bisa dipantau secara langsung. Sistem ini juga akan menyimpan dan merekam semua operasi yang terjadi di semua pembangkit listrik, termasuk masalah di semua pembangkit listrik sehingga data yang direkam dapat digunakan sebagai referensi untuk menyelesaikan masalah di pembangkit listrik dengan lebih cepat dan efisien.
PJB sedang memilih vendor (mitra) untuk mengeksekusi proyek digitalisasi tersebut. Diperkirakan biaya yang diperlukan adalah sekitar Rp. 13 juta per kilowatt (kw).
Manajer REMDOC PJB M Hariyadi mengatakan, setelah pengembangan pilot project selesai, seluruh pembangkit dapat terintegrasi dengan sistem ini pada akhir 2018. Dengan sistem ini, PJB akan menjaga efisiensi pada level yang stabil dan tidak berfluktuasi, sehingga efisiensi tersebut akan tercermin pada penghematan biaya bahan bakar pembangkit listrik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H