Memang, ketika mendengar profesi seorang juru kamera, kamerawan, kameramen, seakan-akan memiliki nilai prestis yang tinggi. Juga akan terbayang mengenai tanggung jawab yang besar serta resiko yang mengikutinya.
Saya seorang juru kamera di stasiun televisi lokal. Telah bekerja lebih dari 4 tahun. Menjalankan tugas juru kamera tidak se'wah' yang dibayangkan mengenai kerumitannya --walaupun ujung tombaknya kembali kepada yang menjalaninya--.
Saya akan mencoba menceritakan mengenai apa yang saya lakukan di tempat dimana saya bekerja. Membawa kamera profesional dengan bermodal ilmu sinematografi seperlunya, tanpa harus mahir sekali.
Sebagai juru kamera, yang ada dalam benak adalah "Bagaimana menghasilkan serentetan gambar, sehingga mampu dipahami oleh orang yang melihatnya". Hal itu mutlak karna merupakan job disc seorang juru kamera.
Berikut pemaparan saya sebagai juru kamera:
Pertama, teknis pengoperasian kamera harus ada. Itu wajib. Dengan begitu, Anda akan menguasai alat sehingga mampu 'memfasilitasi' penyampaian makna melalui media gambar dan suara.
Kedua, harus ada greget untuk menciptakan hasil maksimal. Tentu hal itu sangat penting. Takkan terbayang ketika saat pengambilan gambar, hanya berorientasi pada quota 'durasi' --walau itu tetep penting-- namun mengkesampingkan isi pesan gambar yang harus disampaikan.
Ketiga, tidak perlu mahir. Yang penting memiliki keinginan yang kuat (passion) untuk menyampaikan pesan.
Judul 'sebenarnya tak rumit' di atas jangan di artikan mentah-mentah. Saya menulis hal itu untuk menghilangkan rasa minder Anda untuk menjadi seorang juru kamera. Padahal ada keinginan untuk mendalami profesi tersebut.
--Salam--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H