Oleh : Mas Anto
Hujan mulai merintik di Cileungsi, tepat pukul 16:23 pada hari Jum'at. Jas hujan warna pink yang sudah mulai pudar warnanya lungsuran istri, serta lapisan karetnya yang sudah mrepel menemani langkahku menuju lokasi ex-landhuis Klapanoenggal.Â
Dengan langkah cepat dari pos komando menuju tempat parkir, sesekali sambil ngupil, aku berpikir, "benarkah lokasi yang aku sandingkan dengan peta lama adalah lokasi yang tepat?".Â
Tanpa pikir panjang sesampainya di tempat parkir motor yang kebetulan di lantai 3, kuhidupkan starter motor dengan penuh semangat. Sebelumnya kusiapkan kartu parkir dan STNK untuk diperiksa security.
Lolos dari pemeriksaan security, kucoba geber motor tuaku bekas pakai istri menuju arah Klapanunggal. Klapanunggal lokasinya berjarak kurang lebih 5 km dari Kawasan Industri Menara Permai.Â
Sesampainya di depan Polsek Klapanunggal, sambil mengamati gang yang kuduga jalan utama menuju Landhuis Klapanoenggal, kucoba membelokkan stang motor ke arah kanan.Â
Gang ini diapit oleh rumah mewah pemilik pool kendaraan dump truck pengangkut tanahdi sebelah kanan, dan pool dump truck di sebelah kiri.
Apa yang bisa saya dapat disana? Ya, tanah berlumpur dan berbatu cadas beserta truknya, ditambah para sopir serta mess  tempat mereka berteduh.

Tidak banyak yang bisa aku temukan disana kecuali lumpur dan batu gamping. Seseorang tiba-tiba melintas melintas dari arah dalam, menggunakan kaos putih oblong dan celana levi's.Â
Kucoba untuk menstop dan bertanya tentang sejarah landhuis tersebut, namun dengan muka acuh dia menjawab tidak tahu, bahkan menyarankan untuk bertanya ke temannya yang lain. Aku berpikir percuma, bahkan kakek-kakek yang ada disekitar tempat ini pasti tidak tahu, judgement-ku.Â