Malam ini, ditepi pantai Ternate menghadap Pulau Halmahera bagian Barat.
Diantara riuh lalu lalang kendaraan serta kursi-kursi plastik yang mengelilingi meja tempat pembeli menikmati jajanan malam
Disini, Guraka disajikan dengan atau tanpa susu ditambah taburan kacang kenari sebagai minuman andalan. Dipasangkan dengan pisang goreng tipis atau tebal sesuai selera masing-masing, Â dan tiga cawan kecil berisikan kacang tanah yang juga digoreng serta sambal teri halus dan kasar.
Seteguk demi seteguk...
Harus kuakui Guraka di salah satu cafe sederhana di Tidore yang kunikmati November tahun lalu  jauh lebih nikmat.Guraka itu yang membuatku ketagihan ternyata tak mampu tergantikan oleh Guraka Ternate malam ini.
Apa yang berbeda? kekuatan jahenya? pemanis gula merahnya? pisangnya? atau karena ada kecoa yang berlari-lari diantara meja dan kursi tempatku duduk bersama suami, saat menikmati malam ini sebelum kembali lagi ke Ambon esok hari?
Guraka, kantukku hilang demi merasaimu tapi di meja ini Guraka yang disajikan bukanlah Guraka yang dulu membuatku ketagihan.
Malam semakin larut, suara hamba Allah yang melantunkan ayat-ayat suci  masih kedengaran.Â
Pengunjung tepi pantai di kawasan Tapak semakin ramai. Para pengamen pun mulai berkeliling dengan lagu-lagu pop romantis andalan dengan suara yang pas-pasan. Â
Kuhabiskan segelas Gurakaku sambil merindui Guraka yang dulu pernah kurasai di tepi pantai Tidore menghadap ke pulau yang sama, Pulau Halmahera.
------Â