Mohon tunggu...
Juliandre Mardewanto
Juliandre Mardewanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Hasanuddin

Mahasiswa S1 Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dampak Stunting pada Pertumbuhan dan Perkembangan Anak, Solusi dan Strategi Pencegahan

24 September 2024   16:58 Diperbarui: 24 September 2024   17:17 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Stunting adalah masalah gizi kronis yang menyebabkan pertumbuhan anak terhambat, yang berdampak pada fisik, kognitif, dan kesehatan mereka di kemudian hari. Di Indonesia, prevalensi stunting masih menjadi tantangan besar, terutama di daerah dengan akses kesehatan terbatas dan tingkat kesadaran gizi yang rendah. Stunting tidak hanya menurunkan tinggi badan anak, tetapi juga memiliki implikasi jangka panjang yang merugikan pada kemampuan kognitif dan potensi ekonomi mereka.

Stunting didefinisikan sebagai kondisi gagal tumbuh akibat kurangnya asupan gizi yang kronis, yang sering kali terlihat setelah anak berusia dua tahun. Anak yang terkena stunting memiliki tinggi badan yang lebih rendah dari standar usia mereka, namun dampaknya jauh lebih luas daripada sekadar tinggi badan. Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah, membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini sering kali diperburuk oleh kondisi lingkungan yang kurang higienis dan sanitasi yang buruk, yang menyebabkan penyakit seperti diare berulang.

Dampak lain yang lebih serius dari stunting adalah pada perkembangan otak. Kekurangan gizi kronis pada masa awal kehidupan, terutama pada 1000 hari pertama, dapat menyebabkan gangguan kognitif permanen. Anak-anak yang mengalami stunting cenderung memiliki IQ yang lebih rendah, prestasi akademis yang buruk, dan keterampilan sosial yang kurang berkembang. Ini dapat membatasi peluang mereka di masa depan, termasuk dalam hal karier dan pendapatan.

Faktor-faktor yang menyebabkan stunting sangat kompleks dan berkaitan dengan gizi, kesehatan, dan faktor sosial-ekonomi. Penelitian menunjukkan bahwa stunting disebabkan oleh kombinasi dari kurangnya akses terhadap makanan bergizi, infeksi berulang, dan pola asuh yang tidak memadai. Gizi buruk pada masa kehamilan dan bayi, terutama kurangnya asupan zat besi, protein, dan vitamin penting lainnya, adalah penyebab utama. Selain itu, infeksi kronis seperti diare dan penyakit saluran pernapasan juga memperburuk kondisi karena menghambat penyerapan nutrisi oleh tubuh anak.

Faktor sosial seperti pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga juga berperan penting. Ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah cenderung memiliki pengetahuan yang terbatas tentang pentingnya gizi bagi anak, yang berkontribusi pada kurangnya perhatian terhadap pemenuhan gizi. Keluarga dengan penghasilan rendah juga sering kali tidak mampu menyediakan makanan yang seimbang dan bergizi untuk anak-anak mereka.

Untuk menanggulangi masalah stunting, diperlukan pendekatan multisektoral yang melibatkan pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat. Salah satu langkah penting adalah meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama para ibu, tentang pentingnya gizi seimbang bagi anak. Edukasi tentang pola makan yang sehat harus disertai dengan penyediaan layanan kesehatan yang lebih baik dan terjangkau.

Intervensi nutrisi pada 1000 hari pertama kehidupan anak, dari masa kehamilan hingga usia dua tahun, sangat penting dalam mencegah stunting. Ini termasuk pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama, diikuti dengan pemberian makanan pendamping yang bergizi dan aman. Selain itu, pemerintah juga harus memperbaiki akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak, yang dapat membantu mengurangi risiko infeksi yang sering kali menjadi pemicu stunting. Kampanye kebersihan dan sanitasi juga penting untuk memastikan bahwa anak-anak tumbuh di lingkungan yang sehat.

Program pemerintah seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dan intervensi pangan di tingkat desa juga bisa berperan penting dalam mengurangi angka stunting. Intervensi ini harus disertai dengan upaya peningkatan status ekonomi keluarga melalui pelatihan keterampilan dan penciptaan lapangan kerja. Stunting adalah masalah serius yang memiliki dampak jangka panjang pada pertumbuhan dan perkembangan anak, serta kesejahteraan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Pencegahan stunting membutuhkan pendekatan yang komprehensif, yang mencakup peningkatan akses terhadap layanan kesehatan, edukasi gizi, dan perbaikan sanitasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun