"Al-Qur'an adalah inti sari dari semua pengetahuan. Tetapi, pengetahuan ini terkandung di dalam Al-Qur'an sebagai benih dan prinsip"
Meminjam istilah ilmu kedokteran, Al-Qur'an bisa dibedah layaknya sebuah anatomi untuk melihat dan berusaha memahami isi kandungannya. Terutama yang berkaitan dengan penciptaam alam semesta dan makhluk di dalamnya, termasuk manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.
Setiap muslim disyariatkan untuk selalu membaca, mempelajari, dan memahami isi kandungan Al-Qur'an, tanpa memandang latar belakang seorang muslim itu sendiri. Banyak ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan hal ini, seperti Surah Al Ankabut (surah ke-29) ayat 45 (selanjutnya, penyebutan surat Al-Qur'an dituliskan hanya nomor surat dan nomor ayat, seperti: QS.29:45). Dalam surat tersebut berbunyi yang artinya: "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur'an)...." Ayat lain dengan makna perintah memahami Al-Qur'an, yaitu: QS.2:121, QS.3:101 dan 113, QS.4:20 dan 82, QS.7:204, QS.8:2 dan 31, QS.12:111, QS.16:98, QS.17:45,46, dan 107, QS.18:27, QS.19:58 dan 73, QS.20:123, QS.22:72, QS.25:73, QS.27:91-92, QS.31:7, QS.35:29, QS.37:3 dan 73, QS.47:24, QS.82:21, dan QS.96:1 dan 3.
Baik muslim maupun non-muslim sepakat bahwa Al-Qur'an adalah literatur berbahasa Arab bernilai tinggi. Al-Qur'an juga telah menduduki posisi sebagai sastra Arab terbaik di muka bumi.
Al-Qur'an diyakini oleh seluruh umat Islam sebagai kitab suci yang harus dipegang teguh. Kebenarannya berlaku sepanjang zaman, dan didalamnya terdapat aturan serta petunjuk yang berasal dari Allah swt. Al-Qur'an juga diyakini dan diakui oleh umat Islam sebagai satu-satunya Kitab Suci yang belum dan tidak akan pernah mengalami perubahan sejak diturunkan.
Al-Qur'an adalah inti sari dari semua pengetahuan. Tetapi, pengetahuan ini terkandung di dalam Al-Qur'an sebagai benih dan prinsip. Al-Qur'an memuat prinsip dari segala pengetahuan, termasuk kosmologi dan pengetahuan tentang alam semesta. Al-Qur'an bukan hanya sumber pengetahuan metafisis dan religius, melainkan juga sumber dari segala pengetahuan.
Al-Qur'an menerangkan seluruh kehidupan dialam semesta, termasuk penciptaan manusia mulai didalam kandungan, lahir, masa perkembangannya sampai pada kematiannya termasuk etika dan tingkah laku baik dalam hubungannya kepada sesama manusia dan hubungannya dengan Allah swt sang pencipta.
Dunia Islam yang diterangi oleh cahaya Al-Qur'an pernah mencapai masa keemasan di bidang sains, tekhnologi, dan filsafat tepatnya dibawah Dinasti Abbasyiah yang berkuasa sekitar abad ke-8 sampai ke-15. Perkembangan tersebut melahirkan berbagai bidang ilmu dan munculnya ratusan bahkan ribuan sarjana-sarjana Muslim, seperti al-Kind (801-873 M), al-Farab (870-950 M), al-Rz (864930 M atau 251-313 H), Ibn Tufail (1105-1185 M), Ibn Bajjah (1085-1138 M), dan sejumlah pakar pada bidangknya masing-masing, seperti Ibn Rushd (11261198 M), Ibn al-Haytham (965-1040 M atau 354-430 H), dan Jabir ibn Hayyan (721-815 M) serta pakar etika muslim, Ibn Maskawaih (932-1030 M atau 330 - 421 H).
Dewasa ini, sains dalam dunia Islam mengalami kemunduran dan sains saat ini identik dengan barat. Dalam ilmu pengetahuan dan sains saat ini lebih didominasi oleh barat yang betul-betul menggeluti dan mengembangkan berbagai macam ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Kejayaan umat Islam sekarang tinggal kenangan karena negeri-negeri muslim umumnya masih terbelakang dan miskin. Selain itu, menurut Agus Purwanto, Fisikawan Teoretik, Pencinta dan Pengkaji Al-Qur'an, kondisi saat ini, umat dan ulama banyak menghabiskan waktu, pikiran, tenaga, dan dana untuk membahas persoalan fiqih, dan sering berseteru serta bertengkar karenanya. Mereka lalai atas fenomena terbitnya matahari, beredarnya bulan, dan kelap-kelipnya bintang. Mereka abaikan gerak awan di langit, kilat yang menyambar, listrik yang membakar, malam yang gelap gulita, dan mutiara yang gemerlap. Mereka juga tak tertarik pada aneka tumbuhan disekitarnya, binatang ternak maupun binatang buas yang bertebaran di muka bumi, dan aneka fenomena serta keajaiban alam lainnya.
Seiring dengan itu, menurut Syaikh Jauhari Thanthawi, guru besar Universitas Kairo, dalam tafsirnya Al-Jawair, sebagaimana dikutip oleh Purwanto, Syaikh Thanthawi menulis bahwa di dalam Kitab Suci Al-Qur'an terdapat lebih dari 750 ayat kauniyah, ayat tentang alam semesta, dan hanya sekitar 150 ayat fiqih. Anehnya, para ulama telah menulis ribuan kitab fiqih, tetapi nyaris tidak memerhatikan serta menulis kitab tentang alam raya dan isinya.