Eksistensi peninggalan kolonial Belanda di Banda Aceh menjadi salah satu bukti perlawanan Rakyat Aceh dalam perjuangan melawan penjajahan kolonial Belanda. Rakyat Aceh bersama para ulama berhasil mengusir penjajah kolonial dari tanah rencong, melalui peperangan dahsyat antara kedua belah pihak.
Sejarah membuktikan bahwa rakyat Aceh memiliki semangat juang yang tinggi terutama perlawanan kepada penjajahan kolonial Belanda. Perang yang dilakukan Belanda di Aceh adalah perang yang paling lama di Nusantara. Perang dimulai tahun 1873 sampai tahun 1942.
Akibat peperangan tersebut, menimbulkan banyak korban jiwa antara kedua belah pihak. Pihak Belanda juga banyak yang tewas dalam peperangan di beberapa wilayah Aceh.Â
Salah satu bukti adalah serdadu Belanda yang dimakamkan di pemakaman Kerkof di  Banda Aceh, terdapat sebanyak 2.200 serdadu yang dimakamkan akibat perang tersebut.
Kerkof menjadi bukti bahwa rakyat Aceh pada masa itu, sangat gigih dan berani menentang segala bentuk penjajahan, terutama demi mempertahankan agama dan bangsa Aceh.
Kerkof Peucut
Nama kerkof berasal dari bahasa Belanda yang bermakna halaman gereja atau kuburan. Masyarakat Aceh memaknai tempat pemakaman tersebut sebagai kuburan orang-orang Belanda. Kerkof disebut juga peutjoet.Â
Peutjoet merupakan nama anak laki-laki Sultan Iskandar Muda yang dihukum rajam oleh Sultan Iskandar Muda karena berbuat zina dan dimakamkan di lokasi pemakaman tersebut.
Oleh karenanya, masyarakat Aceh juga menyebutnya dengan Kerkof Peutjoet (lafalnya: Peucut). Kerkof Peucut merupakan kuburan serdadu Belanda (Tentara Kerajaan Hindia Belanda atau KNIL), yang tewas akibat perang.Â
Beberapa tokoh penting tentara Belanda yang dimakamkan di lokasi tersebut, yakni: Johan Harmen Rudolf Köhler, Johannes Ludovicius Jakobus Hubertus Pel, dan W.B.J.A. Scheepens (sumber: Wikipedia).